Pelindo IV Investasi Rp 1,57 Triliun Benahi Pelabuhan di Kawasan Timur Indonesia
Pelabuhan-pelabuhan di kawasan timur Indonesia terus dibenahi. Perluasan lapangan peti kemas dan penambahan fasilitas adalah bagian dari peningkatan layanan.
Oleh
Reny Sri Ayu
·4 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Sedikitnya Rp 1,57 triliun dana diinvestasikan PT Pelindo IV tahun ini untuk membangun dan mengembangkan fasilitas di beberapa pelabuhan di kawasan timur Indonesia. Pembenahan ini dilakukan untuk menunjang kinerja Pelindo IV yang terus meningkat, bahkan di tengah pandemi.
Tahun ini, menurut Direktur Utama Pelindo IV Prasetyadi, perseroan menyiapkan total investasi untuk induk dan anak perusahaan sebesar Rp 1,57 triliun. Jumlah ini dialokasikan untuk bangunan fasilitas pelabuhan, kapal, alat-alat fasilitas pelabuhan, instalasi fasilitas pelabuhan, tanah, jalan dan bangunan, peralatan, kendaraan serta emplasemen. ”Sebagian masuk dalam proyek strategis nasional,” katanya di Makassar, Rabu (15/9/2021).
Pelindo IV membawahi pelabuhan di Sulawesi, Maluku, Papua, dan Kalimantan. Tahun ini terdapat beberapa proyek strategis nasional (PSN) yang berada di wilayah operasional PT Pelindo IV dan saat ini tengah dipacu penyelesaiannya. Proyek ini di antaranya Makassar New Port (MNP), pengembangan pelabuhan Sorong, dan pengembangan Bitung Internasional Hub Port, hingga Ternate.
Prasetyadi mengatakan, untuk MNP, saat ini fase 1A yang meliputi lapangan peti kemas telah rampung dan telah beroperasi. Dia mengakui aktivitas di pelabuhan peti kemas di MNP cukup meningkat, bahkan di tengah pandemi.
Sebagai gambaran, pada semester I-2021, MNP telah melayani 203 call (kunjungan kapal) dengan 85.913 TEUs atau telah mencapai 75,58 persen dari rencana kerja dan anggaran tahun ini. Sejak beroperasi pada November 2018, MNP telah melayani sebanyak 798 call dengan 315.832 TEUs.
”Dari segi pembangunan, saat ini pengembangan MNP masih berlanjut ke fase 1B dan 1C dengan penambahan dermaga sepanjang 680 meter. Hingga saat ini, progres investasi fisik MNP tercatat telah mencapai 85 persen,” katanya.
Transformasi
Selain MNP, Pelindo IV juga tengah menggarap PSN lain, yaitu pengembangan dan transformasi Pelabuhan Sorong dengan nilai investasi Rp 165,98 miliar yang progres fisiknya telah mencapai 25 persen.
Pembenahan di pelabuhan ini antara lain meliputi pembangunan dan perkerasan lapangan peti kemas. Untuk meningkatkan produktivitas Pelabuhan Sorong, juga telah dilakukan penambahan alat, yaitu dua container crane dan dua unit rubber tyred gantry (RTG) crane.
Masih terkait investasi di KTI, saat ini juga tengah dilakukan pembangunan Bitung International Hub Port, yang konstruksinya 100 persen telah rampung dan sudah dioperasikan. Selanjutnya, pengembangan Pelabuhan Hub Internasional Bitung secara bertahap akan dilakukan untuk pengerjaan lapangan penumpukan dan dermaga peti kemas, serta proses penyelesaian Rencana Induk Pelabuhan Bitung.
Kami belum akan bicara penurunan harga, tetapi tujuan utama kami adalah memperbaiki pelayanan.
Prasetyadi mengatakan, pengembangan yang dilakukan adalah bagian dari peningkatan pelayanan kepelabuhanan di KTI. Ini juga di antaranya sebagai bagian untuk menyambut integrasi pelabuhan di seluruh Indonesia menjadi PT Pelindo.
Sebelumnya dalam temu dengan pimpinan media, persoalan logistik, terutama biaya pengiriman ke KTI yang cukup tinggi, menjadi salah satu bahasan yang mengemuka. Dirut Pelindo II Arif Suharyono mengatakan, hal tersebut menjadi salah satu tujuan penggabungan empat Pelindo di Indonesia.
”Kami belum akan bicara penurunan harga, tetapi tujuan utama kami adalah memperbaiki pelayanan. Ini terutama terkait waktu tunggu kapal dan bongkar muat barang dari kontainer yang berdampak pada beban biaya logistik. Jika pelayanan, terutama waktu tunggu, bisa diperpendek, tentu berdampak pada efisiensi biaya logistik,” tuturnya.
Sementra itu, di tengah pandemi, PT Pelindo IV mencatat realisasi pendapatan usaha yang meningkat dibandingkan dengan tahun lalu. Semester I-2021, Pelindo IV mencatat pendapatan Rp 1,86 triliun atau meningkat 6,11 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.
Prasetyadi mengatakan, naiknya pendapatan tersebut bermuara pada laba bersih perseroan. Dia menyebutkan, pada semester 1-2021 realisasi laba setelah pajak BUMN operator pelabuhan di kawasan timur Indonesia ini mencapai Rp 138,37 miliar. Jumlah ini meningkat 31,10 persen dibandingkan dengan kurun yang sama tahun lalu.
”Meningkatnya kebutuhan masyarakat di tengah situasi pandemi Covid-19 yang masih bergejolak menjadi pemantik tingginya kunjungan kapal, khususnya yang mengangkut kebutuhan pokok serta obat-obatan untuk masyarakat di wilayah timur Indonesia,” tuturnya.
Dari sisi kinerja operasional, realisasi arus kunjungan kapal secara total pada semester I-2021 sebesar 39.845 call. Angka ini meningkat 16,62 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2020.
Menurut dia, hal ini dipicu oleh realisasi arus kunjungan kapal di dermaga umum yang sebesar 17.171 call kapal di semester I-2021 atau meningkat 14,37 persen dibandingkan dengan semester 1 tahun lalu.