Penggabungan Pelindo Bisa Tekan Biaya Logistik di Kawasan Timur
Empat Pelindo di Indonesia akan resmi bergabung awal Oktober nanti. Penggabungan ini diharapkan menciptakan standar pelayanan yang sama di seluruh pelabuhan di Indonesia.
Oleh
Reny Sri Ayu
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Integrasi empat perusahaan Pelindo menjadi PT Pelabuhan Indonesia diharapkan menciptakan standar pelayanan jasa dan bisnis antara kawasan timur dan barat Indonesia. Penggabungan ini juga diharapkan menjadi solusi untuk menekan biaya logistik, terutama di kawasan timur Indonesia.
Hal ini mengemuka dalam temu pemimpin media dengan jajaran PT Pelindo I, II, III, dan IV yang dipusatkan di Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (14/9/2021). Hadir, antara lain, Direktur Utama PT Pelindo I Prasetyo, Dirut PT Pelindo II Arif Suhartono, Dirut PT Pelindo III Boy Robyanto, dan Dirut PT Pelindo IV Prasetyadi.
Pertemuan ini adalah rangkaian sosialisasi menuju penggabungan empat Pelindo di Indonesia, yakni PT Pelindo I, II, III, dan IV. Dalam penggabungan ini, PT Pelindo II akan bertindak sebagai surviving entity atau perusahaan penerima penggabungan. Menurut rencana, penggabungan akan resmi diumumkan awal Oktober mendatang.
Nantinya, induk perusahaan, yakni PT Pelindo, akan membawahkan beberapa regional yang sebelumnya adalah Pelindo I, II, III, dan IV. Selain itu, ada empat subholding, yakni PT Pelindo Terminal Petikemas, PT Pelindo Multi Terminal, PT Pelindo Solusi Logistik, dan PT Pelindo Jasa Maritim. Subholding ini nantinya juga berada di masing-masing bekas Pelindo.
”Integrasi Pelindo akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi melalui standardisasi proses bisnis dan pelayanan di pelabuhan. Hal ini secara bertahap akan berdampak terhadap penurunan harga barang yang diangkut,” kata Dirut Pelindo IV Prasetyadi.
Dia menyebutkan, saat ini biaya logistik nasional masih tergolong tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain, yakni sekitar 23 persen dari total produk domestik bruto Indonesia. Hal itu disebabkan operasi dan infrastruktur pelabuhan yang belum optimal.
”Dengan integrasi Pelindo, pemerintah bisa meningkatkan konektivitas nasional dan standardisasi pelayanan pelabuhan, layanan logistik yang terintegrasi, serta meningkatkan skala usaha dan penciptaan nilai BUMN Layanan Pelabuhan melalui keunggulan operasional serta komersial dan keuangan,” ucapnya.
Persoalan logistik, terutama biaya pengiriman ke kawasan timur Indonesia (KTI) yang cukup tinggi, menjadi salah satu pertanyaan yang mengemuka dalam pertemuan ini. Dirut Pelindo II Arif Suhartono mengatakan, hal tersebut menjadi salah satu tujuan penggabungan ini.
”Kami belum akan bicara penurunan harga, tetapi tujuan utama kami adalah memperbaiki pelayanan. Ini terutama terkait waktu tunggu kapal dan bongkar-muat barang dari kontainer yang berdampak pada beban biaya logistik. Jika pelayanan, terutama waktu tunggu, bisa diperpendek, tentu berdampak pada efisiensi biaya logistik,” katanya.
Terkait penggabungan ini, seluruh jajaran Pelindo mengatakan sudah siap, termasuk distribusi pegawai ke subholding Pelindo nantinya. Prasetyadi memastikan dalam penggabungan nanti tak akan ada pemutusan hubungan kerja. Pegawai akan ditempatkan ke sub-subholding sesuai minat dan kemampuan.
”Karena itu, kami sudah mempersiapkan semuanya, termasuk memberi pelatihan untuk menambah kapasitas. Tentu saja semua hal terkait penggabungan ini akan dilakukan bertahap,” kata Prasetyadi.
Dia menambahkan, penggabungan ini juga tak akan mengganggu sejumlah pembangunan dan pengembangan pelabuhan yang sedang atau akan dilakukan. Proyek Makassar New Port, misalnya, tetap berjalan dengan progres saat ini 85 persen. Di sisi lain, penggabungan ini juga akan meningkatkan posisi Pelindo terintegrasi menjadi operator terminal peti kemas terbesar ke-8 dunia dengan target throughput peti kemas 16,7 juta TEUs.