Pemerintah Tetap Menginginkan Penambahan Jaringan Tulang Punggung Palapa Ring
Pemerintah tetap menginginkan proyek Palapa Ring Terintegrasi dijalankan agar ada jaringan tulang punggung yang melengkapi jaringan sama pada proyek Palapa Ring sebelumnya.
Oleh
Mediana
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Realisasi proyek infrastruktur jaringan tulang punggung telekomunikasi Palapa Ring Terintegrasi akan dimulai pada 2022. Proyek ini dibangun untuk melengkapi dan menyambung dengan jaringan tulang punggung Palapa Ring yang sudah ada sebelumnya.
Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Anang Latif menyampaikan, nilai proyek Palapa Ring Terintegrasi sebesar Rp 8 triliun. Panjang kabel jaringan tulang punggung telekomunikasi untuk proyek ini hampir sama dengan proyek Palapa Ring sebelumnya, yaitu sekitar 12.000 kilometer.
Proyek Palapa Ring Terintegrasi juga akan memakai skema kerja sama pemerintah badan usaha (KPBU) seperti proyek sebelumnya. Dengan skema ini, sumber pembiayaan proyek bisa dicari melalui perbankan dari dalam dan luar negeri.
”Tujuan pencetusan proyek Palapa Ring Terintegrasi adalah menciptakan ketangguhan dan meningkatkan utilisasi jaringan tulang punggung telekomunikasi pada proyek Palapa Ring sebelumnya,” kata Anang saat menghadiri webinar bertajuk ”Apa Kabar Tol Langit?”, Selasa (14/9/2021), di Jakarta.
Proyek Palapa Ring yang sudah ada terbagi tiga bagian, yaitu Palapa Ring Barat, Palapa Ring Tengah, dan Palapa Ring Timur. Total panjang kabel darat 4.156 kilometer, sedangkan kabel laut dari proyek itu 8.073 kilometer.
Panjang kabel jaringan tulang punggung telekomunikasi untuk proyek ini hampir sama dengan proyek Palapa Ring sebelumnya, yaitu sekitar 12.000 kilometer.
Palapa Ring Barat dan Palapa Ring Tengah dibangun pada 2016 dan diluncurkan 2018. Sementara pembangunan Palapa Ring Timur pada 2017 dan selesai 2019. Per Agustus 2021, tingkat utilisasi untuk Palapa Ring Barat masih 37,67 persen dari total kapasitas, Palapa Ring Tengah 23,83 persen, dan Palapa Ring Timur 21,21 persen.
Menurut Anang, pengoptimalan utilisasi jaringan tulang punggung telekomunikasi yang sudah terbangun perlu dilakukan oleh operator telekomunikasi. Misalnya, mereka memanfaatkan jaringan tulang punggung itu untuk kebutuhan pembangunan jaringan akses. Kemudian, dari sisi kementerian/lembaga lainnya menciptakan aneka peruntukan berbasis layanan telekomunikasi, seperti program bantuan sosial nontunai.
Daerah pelosok
Presiden Direktur PT Mora Telematika Indonesia Galumbang Menak, salah satu mitra kerja Bakti Kemenkominfo yang membangun kabel jaringan tulang punggung Palapa Ring Barat dan Timur, mengatakan, pencapaian tingkat utilitas Palapa Ring seperti sekarang tidak sesuai target awal. Untuk Palapa Ring Timur, misalnya, tingkat utilitasnya saat ini diharapkan sudah menyentuh 30 persen.
Meningkatkan tingkat pemanfaatan kabel jaringan tulang punggung Palapa Ring mesti melalui cara pembangunan jaringan akses. Namun, dia menyadari tidak semua medan area sasaran pembangunan jaringan telekomunikasi itu mudah dilalui. Apalagi, letak lokasi jaringan pada proyek Palapa Ring yang dibangun berada di daerah nonkomersial serta daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T).
Pencapaian tingkat utilitas Palapa Ring seperti sekarang tidak sesuai target awal. Untuk Palapa Ring Timur, misalnya, tingkat utilitasnya saat ini diharapkan sudah menyentuh 30 persen.
Tantangan berikutnya, imbuh Galumbang Menak, saat membangun jaringan di daerah seperti itu adalah keamanan. Penyerangan ataupun pengrusakan jaringan bisa terjadi kapan saja.
Ketua Program Studi Magister Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Joseph Matheus Edward, secara terpisah, berpendapat, kemunculan proyek jaringan tulang punggung Palapa Ring karena operator telekomunikasi enggan membangun di daerah nonkomersial dan dan 3T. Di daerah seperti itu, prospek pendapatan layanan telekomunikasi tidak sebanding dengan investasi yang harus dikeluarkan operator untuk membangun.
Dia menduga ada masalah lain di balik rendahnya pemanfaatan jaringan tulang punggung Palapa Ring, seperti persoalan penawaran model bisnis dan interkoneksi jaringan ke jaringan milik operator telekomunikasi. Permasalahan ini perlu diselesaikan.
”Solusinya, Bakti Kemenkominfo membuat tambahan jaringan yang memiliki interkoneksi internet. Lalu, beberapa pihak operator telekomunikasi diberikan insentif dalam bentuk pertukaran infrastruktur yang saling menguntungkan,” tutur Ian.