”Public Expose Live 2021” menjadi ajang maraton bagi emiten saham di Bursa Efek Indonesia memaparkan kinerja dan rencana ke depan. Banyak hal yang bisa dipelajari dari ajang ini terkait investasi dan tren ke depan.
Oleh
joice tauris santi
·3 menit baca
Sepanjang pekan ini, 49 emiten saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) secara maraton memaparkan kinerja, pencapaian, harapan, dan rencana-rencana perusahaan ke depan. Satu emiten yang sudah terjadwal, PT Perusahaan Gas Negara Tbk batal mengikuti acara ini.
Tidak hanya itu, selesai pemaparan publik, masing-masing emiten juga memberikan penjelasan tambahan kepada para wartawan. Jadi, satu emiten hadir dalam dua ruang virtual secara bergantian dengan waktu yang sangat ketat dalam kegiatan bertajuk ”Public Expose Live 2021” tersebut. Dengan demikian, ada 98 pertemuan daring dalam sepekan di ajang ini.
Pada akhir pekan, Direktur Pengembangan BEI Hasan Fawzi memaparkan, hajatan virtual tersebut dihadiri 49.395 peserta, lebih tinggi dari jumlah peserta pada Public Expose Live 2020 yang menjaring 41.361 peserta.
”Saya sangat mengapresiasi para peserta yang tidak hanya berbondong-bondong mendaftar saja, tetapi juga berkomitmen hadir dalam acara ini,” kata Hasan dalam penutupan Public Expose Live akhir pekan lalu. Bisa jadi, satu peserta ikut berkali-kali dalam beberapa paparan emiten.
Rekor pertemuan daring paparan publik ini terjadi pada sesi paparan PT Telkom Tbk dengan 3.731 peserta dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dengan 2.794 peserta.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Hoesen juga mengapresiasi penyelenggaraan Public Expose Live 2021 yang merupakan salah satu rangkaian kegiatan Peringatan 44 Tahun Diaktifkannya Pasar Modal Indonesia.
Ternyata, para peserta memiliki emiten-emiten favorit. Ada 39 sesi paparan publik yang dihadiri oleh lebih dari 500 peserta. Sementara ada 14 sesi yang dihadiri lebih dari 1.000 peserta. Rekor pertemuan daring paparan publik ini terjadi pada sesi paparan PT Telkom Tbk dengan 3.731 peserta dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dengan 2.794 peserta. Dari data statistik, sebanyak 56 persen pengakses acara ini merupakan investor muda yang berusia 24-39 tahun.
Hadapi digitalisasi
Banyak hal yang dapat diperoleh dari paparan publik tahun ini. Terlihat bagaimana manajemen emiten bersiasat, mencari peluang baru, berusaha mempertahankan penjualan sehingga kinerja keuangan tetap baik, terutama ketika pandemi melanda.
Tampak pula bagaimana new economy, perkembangan teknologi digital memengaruhi proyeksi dan kesempatan emiten pada berbagai sektor di masa yang akan datang. Mengembangkan bank digital, mencari peluang membangun data center, memaksimalkan penjualan melalui lokapasar, hanyalah beberapa strategi dari emiten dalam menghadapi disrupsi digital dan ikut masuk memanfaatkan gelombang baru ini.
Paparan publik ini juga memungkinkan wartawan dari media berbagai daerah yang mungkin sebelumnya sama sekali belum pernah meliput tentang pasar modal, berkesempatan juga belajar dan meliput.
Para peserta paparan publik, tidak hanya investor tetapi juga analis dan pemangku kepentingan lain, juga dapat melihat inovasi-inovasi bisnis yang dilakukan oleh para emiten tersebut.
Paparan publik ini juga memungkinkan wartawan dari media berbagai daerah yang mungkin sebelumnya sama sekali belum pernah meliput tentang pasar modal, berkesempatan juga belajar dan meliput. Maklumlah, sebelum pandemi, acara-acara pasar modal sebagian besar memang hanya terjadi di Ibu Kota walaupun mungkin pabrik emiten beroperasi di berbagai wilayah di Indonesia. Dilihat dari pertanyaan-pertanyaan para wartawan daerah ketika acara penutupan, mereka sangat antusias mengetahui lebih jauh tentang pasar modal.
Acara seperti ini juga dapat menarik semakin banyak orang untuk berinvestasi. Adalah pekerjaan rumah dari seluruh pemangku kepentingan di pasar modal, untuk terus memberikan edukasi dengan berbagai macam cara kepada publik, tidak hanya para investor. Apalagi, saat ini investor di pasar modal sudah mencapai 6 juta.