Perekonomian Diproyeksikan Kembali Tumbuh Cepat pada Triwulan IV-2021
Bank Mandiri memproyeksi pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2021 berada di level 3,5 persen. Adapun akumulasi sepanjang 2021 proyeksi pertumbuhan ekonomi ada di level 3,69 persen.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Laju pemulihan ekonomi dipastikan terhambat pada triwulan III-2021 sebagai imbas pembatasan mobilitas masyarakat akibat meningkatnya sebaran kasus Covid-19. Akan tetapi, jika animo konsumsi kelas menengah yang mulai meningkat awal September ini dapat terjaga, pertumbuhan ekonomi bisa kembali meningkat di triwulan IV-2021.
Berdasarkan proyeksi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2021 berada di level 3,5 persen. Adapun secara akumulasi, sepanjang 2021 proyeksi pertumbuhan berada di level 3,69 persen. Ini dengan catatan pada triwulan IV-2021 roda ekonomi kembali berputar kencang dengan pertumbuhan 5,04 persen.
Kepala ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, pelonggaran mobilitas yang dilakukan pemerintah sejak akhir Agustus 2021 tidak cukup mengompensasi pengetatan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) sejak awal Juli 2021. PPKM darurat telah berimbas pada terbatasnya kegiatan bisnis terutama di sektor esensial.
Pelonggaran mobilitas yang dilakukan pemerintah sejak akhir Agustus 2021 belum cukup mengompensasi pengetatan PPKM sejak awal Juli 2021. (Andry Asmoro)
”Pada akhir Juni 2021 terjadi peningkatan signifikan kasus harian Covid-19. Mau tak mau pemerintah harus mengambil langkah rem darurat,” ujarnya dalam Macroeconomic Outlook 2021 Bank Mandiri bertajuk ”Ekonomi Indonesia 2021-2022: Menjaga Momentum Pertumbuhan” secara virtual, Kamis (9/9/2021).
Berdasarkan Mandiri Spending Index (MSI) hasil kajian Mandiri Institute, sepanjang pemberlakuan PPKM darurat yang berlanjut pada PPKM level 4, terjadi penurunan konsumsi masyarakat secara signifikan. Per Agustus, MSI menurun sekitar 6 persen dibandingkan awal pelaksanaan PPKM pada Juni.
Pengetatan mobilitas masyarakat sejak awal Juli telah berdampak pada penurunan kasus Covid-19 sehingga secara bertahap pelonggaran kegiatan ekonomi dapat dilakukan. MSI pun mulai mengalami peningkatan sejak PPKM dilonggarkan.
”Pelonggaran mobilitas masyarakat akan berdampak pada peningkatan komponen konsumsi rumah tangga yang menjadi penopang terbesar perekonomian domestik,” kata Andry.
Ia berharap penerapan protokol kesehatan dan percepatan vaksinasi akan mengurangi tingkat penularan Covid-19. Dengan begitu, diharapkan hingga pengujung tahun 2021 tidak akan ada lagi pembatasan dalam skala besar.
”Vaksinasi dan protokol kesehatan akan menopang perekonomian di sepanjang tahun ini. Pelonggaran kegiatan ekonomi tetap harus diimbangi dengan penerapan protokol kesehatan dan percepatan vaksinasi,” ucapnya.
Dengan harapan kasus harian akan terus menurun ditambah akselerasi vaksinasi yang semakin meningkat, Andry optimistis pertumbuhan ekonomi di triwulan IV-2021 kembali meningkat dan diproyeksikan berada di kisaran 5,04 persen.
Selanjutnya, melalui skenario kasus Covid-19 tidak lagi mengalami lonjakan serta kekebalan komunal mulai terbentuk di tahun 2022, maka tahun depan pertumbuhan ekonomi diproyeksi berada di kisaran 5,18 persen.
”Ini bisa terwujud dengan catatan bahwa PPKM sudah benar-benar longgar dan bahkan sudah mulai ada pembukaan sektor ekonomi secara penuh pada paruh kedua tahun depan,” ujar Andry.
Sementara itu dalam diskusi bersama Kompas, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu optimistis pemulihan ekonomi Indonesia tahun ini lebih baik ketimbang negara-negara dengan level ekonomi yang setara.
Ia mencontohkan, pada triwulan II-2020 pertumbuhan ekonomi Malaysia terkontraksi hingga negatif 17,2 persen. Adapun pada triwuan II-2021 ekonomi Malaysia tumbuh 16,1 persen. Indonesia, menurut dia, lebih baik karena pada triwulan II-2020 pertumbuhan ekonomi terkontraksi negatif 5,32 persen. Lalu pada triwulan II-2021 ekonomi tumbuh 7,07 persen.
”Sederhananya setelah turun lima anak tangga (negatif 5,32 persen), ekonomi Indonesia naik tujuh anak tangga (7,07 persen). Sementara Malaysia setelah turun 17 anak tangga, baru mampu naik 16 anak tangga,” kata Febrio.
Meski mengakui pertumbuhan ekonomi tidak bisa dibandingkan sesederhana itu, setidaknya pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 2 persen poin di atas basis penurunan tahun sebelumnya. Di samping itu, pemulihan ekonomi juga terlihat dari perbaikan angka pengangguran, yang disebabkan oleh penyerapan kembali tenaga kerja ketika produksi di industri mulai kembali menggeliat.
Merujuk pada data Bada Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka sudah menurun sejak Februari 2021, meskipun ekonomi Indonesia masih terkontraksi negatif 0,74 persen pada triwulan I-2021. Data BPS menunjukkan terdapat penurunan tingkat pengangguran sebesar 1,02 juta orang pada Februari 2021 terhadap Agustus 2020.
”Ini indikator bahwa Indonesia tidak hanya pulih dari basis rendah, tapi perekonomian kita berhasil menyerap tenaga kerja. Jadi, pemulihan ekonomi sampai Februari 2021 itu telah menciptakan lapangan pekerjaan baru,” kata Febrio.