Kawasan Industri Sidoarjo di Jabon Segera Tersuplai Listrik Tegangan Tinggi
Kawasan Industri Sidoarjo terima pasokan listrik bertegangan tinggi untuk kebutuhan industri terutama pengolahan baja. Hal itu akan mendukung terciptanya iklim industri yang kondusif guna mempercepat pemulihan ekonomi.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Kawasan Industri Sidoarjo yang berlokasi di Kecamatan Jabon segera menerima pasokan listrik bertegangan tinggi untuk memenuhi kebutuhan pelaku industri, terutama pengolahan baja. Hal itu diyakini mendukung terciptanya iklim industri yang kondusif guna mempercepat pulihnya pertumbuhan ekonomi regional yang terimplikasi pandemi Covid-19.
General Manager Perusahaan Listrik Negara (PLN) Unit Induk Pembangunan (UIP) Jawa Bagian Timur dan Bali (JBTB) Djarot Hutabri mengatakan, Kawasan Industri Sidoarjo (KIS) di Jabon akan teraliri listrik dengan kapasitas 60 MVA. Pengoperasian listrik ini dilakukan menyusul rampungnya tahap pemberian tegangan pada gardu induk di kawasan tersebut.
Pasokan listrik tersebut cukup untuk menyuplai kebutuhan Konsumen Tegangan Tinggi (KTT), terutama pelanggan industri. Salah satunya PT New Asia International (NAI) yang bergerak di bidang pengolahan baja.
”Selain industri besar, pasokan listrik juga bisa digunakan untuk pelanggan tegangan menengah dan tegangan rendah. PLN telah menyediakan trafo untuk menurunkan tegangan listrik sesuai kebutuhan,” ujar Djarot, Selasa (3/9/2021).
Dia mengatakan pembangunan Gardu Induk (GI) KIS di Jabon tersebut dimulai sejak September 2020 lalu dan telah menghabiskan waktu setahun. Setelah ini gardu akan dioperasikan dan diserahterimakan kepada Unit Pengusahaan, yaitu PLN Unit Induk Transmisi Jawa Bagian Timur dan Bali (UIT JBM).
Sebelum itu, PLN UIP JBTB melalui Unit Pelaksana Proyek Jawa Bagian Timur dan Bali (UPP JBTB) telah menuntaskan pembangunan GI 150 kV KIS di kawasan industri di Desa Tambak Kalisogo, Kecamatan Jabon. Kawasan Industri Sidoarjo di Jabon tengah dipersiapkan untuk mendukung iklim investasi dan pengembangan industri di Jatim.
Bersinergi
General Manager PLN UID Jatim Adi Priyanto menambahkan, pihaknya telah bersinergi dengan pemerintah daerah untuk menyediakan pasokan listrik yang andal serta mendukung terciptanya iklim industri yang kondusif demi mendorong pertumbuhan ekonomi regional.
”PLN juga memastikan keandalan pasokan listrik di KIS Jabon. Hal itu karena GI 150 kV KIS tersambung dengan GI yang ada di lokasi sekitar, yakni GI 150 kV Bangil dan GI 150 kV New Porong, sehingga bisa saling dukung untuk keandalan suplai tenaga listrik,” kata Adi Priyanto.
KIS Jabon merupakan salah satu sentra industri yang dikembangkan oleh Pemkab Sidoarjo. Kawasan seluas 294 hektar ini telah dibebaskan sebanyak 140 ha. Harapannya sentra industri ini mampu menyerap 100.000 tenaga kerja.
Selain industri besar, pasokan listrik juga bisa digunakan untuk pelanggan tegangan menengah dan tegangan rendah. PLN telah menyediakan trafo untuk menurunkan tegangan listrik sesuai kebutuhan. (Djarot Hutabri)
Salah satu investor yang sudah menanamkan modalnya adalah PT NAI dan PT Great Wall Street asal Tiongkok. Kedua perusahaan tersebut sama-sama bergerak di bidang industri baja. Namun, PT NAI diprediksi beroperasi lebih dulu karena pembangunan proses konstruksi, peralatan, dan sarana pendukungnya hampir selesai.
Selain Jabon, kawasan industri dikembangkan di Kecamatan Sidoarjo, Buduran, dan Krian. Di Kecamatan Buduran, misalnya, terdapat Safe and Lock Halal Industrial Park (HIP). Kawasan ini merupakan sentra pengembangan industri halal untuk kawasan Indonesia timur.
Sekretaris Daerah Sidoarjo Achmad Zaini mengatakan, saat ini sudah ada 21 investor yang menanamkan modalnya. Namun, mayoritas merupakan pelaku usaha mikro kecil dan menengah. Mereka berasal dari Sidoarjo dan sejumlah daerah lain di Jatim. Investor dari luar Jatim juga mulai melirik.
”Pemkab Sidoarjo terus berupaya mempromosikan industri halal kepada investor,” ujarnya. Untuk mendukung hal itu, beragam fasilitas telah disediakan, seperti kemudahan pengurusan izin usaha, sebagai daya tarik. Namun, pandemi Covid-19 berdampak besar pada kondisi ekonomi makro, termasuk sektor industri.
HIP disiapkan agar Indonesia, terutama Jatim, bisa lebih optimal menggarap potensi pasar halal yang semakin terbuka lebar. Meski demikian, tantangan yang dihadapi tidaklah ringan. Salah satunya upaya mempromosikan dan mengundang pelaku usaha agar kawasan ini segera beroperasi dan menyerap banyak tenaga kerja.
Pemeriksa halal
Tantangan lain melengkapi fasilitas yang dibutuhkan di dalam kawasan industri halal, seperti lembaga pemeriksa halal, ketersediaan penyelia halal, laboratorium, instalasi pengolahan air baku halal, dan layanan keuangan syariah. Pemda telah bekerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi, seperti Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) untuk lembaga pemeriksa halal.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa optimistis industri halal akan mampu berkembang dengan baik. Alasannya, Jatim memiliki daya saing industri yang tinggi karena tersedianya sumber daya manusia yang andal, dan sumber daya alam yang melimpah. Selain itu tersedia infrastruktur jalan, pelabuhan, dan bandara yang memadai.
Pembangunan kawasan industri produk halal merupakan implementasi dari pengembangan ekonomi syariah sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden 28 Tahun 2020 tentang Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), yakni pengembangan industri produk halal.
Sidoarjo merupakan sentra industri terbesar atau jantungnya industri di Jatim. Adapun sektor industri, terutama manufaktur, merupakan penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar di Jatim dengan kontribusi lebih dari 30 persen.