Jabar Tingkatkan Lobi Dagang dan Siapkan Produk UMKM
Ekspor Jabar terus tumbuh seiring membaiknya perekonomian global. Jawa Barat menjadi penyumbang terbesar ekspor nasional. Untuk menjaga tren itu, lobi dagang dengan negara-negara tujuan ekspor ditingkatkan.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Jawa Barat menjadi penyumbang terbesar ekspor nasional pada Januari-Juni 2021 dengan nilai 16,08 miliar dollar atau 15,63 persen. Untuk menjaga tren itu, lobi dagang dengan negara-negara tujuan ekspor akan ditingkatkan. Produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) juga disiapkan untuk dipasarkan ke luar negeri.
Ekspor Jabar terus tumbuh seiring membaiknya perekonomian global. Nilai ekspornya sempat anjlok menjadi 12,44 miliar dollar AS pada Januari-Juni 2020, turun 14,18 persen dibandingkan periode yang sama pada 2019.
”Ekonomi Jabar terus membaik. Ekspornya tertinggi se-Indonesia. Investasi juga sama, hampir Rp 70 triliun masuk selama enam bulan (Januari-Juni),” ujar Gubernur Jabar Ridwan Kamil di Bandung, Jumat (27/8/2021).
Membaiknya ekspor dan investasi menopang ekonomi Jabar tumbuh 6,13 persen pada triwulan II 2021 secara tahunan. Hal ini menjadi momentum positif setelah mengalami kontraksi pada empat triwulan sebelumnya.
Emil, sapaan Ridwan Kamil, mengatakan, ekspor Jabar semakin membaik karena mitra dagang masih memberikan kepercayaan di tengah pandemi Covid-19. ”Lobi dagang terus dilakukan untuk membuka pasar luar negeri yang saat ini mulai membaik membuat ekspor non migas Jabar tumbuh tinggi,” ujarnya.
Selama Januari-Juni 2021, nilai ekspor nonmigas Jabar tumbuh 29,64 persen dibanding priode yang sama 2020. Ekspor masih didominasi oleh produk industri.
Emil menuturkan, pihaknya mendorong agar ekspor juga dilakukan pelaku binsis skala kecil. Oleh karenanya, produk-produk UMKM disiapkan untuk dipromosikan dan dipasarkan ke negara mitra dagang.
Pemperintah Provinsi Jabar bekerja sama dengan perusahaan platform perdagangan elektronik untuk membantu digitalisasi produk UMKM. ”Dikasih tahu teknik pergudangan dan peta pemasarannya. Jadi, citra ekspor (hanya) perusahaan besar sudah lewat,” katanya.
Emil mengatakan, saat ini terdapat 10.000 produk UMKM yang disapkan untuk ekspor. Ia menargetkan jumlahnya meningkat sepuluh kali lipat pada tahun depan.
Ekonomi kreatif menjadi salah satu sektor paling potensial di Jabar. Terdapat 1,5 juta pelaku usaha di sektor ini, mulai dari kuliner, fesyen, kriya, hingga desain produk.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran Ina Primiana mengatakan, tren peningkatan ekspor mesti tetap dijaga. Terdapat peluang yang digunakan oleh industri dalam negeri untuk memasuki pasar-pasar yang ditinggalkan negara lain.
”Menjaga agar industri esensial bisa tetap produksi dan terus bertambah dengan protokol kesehatan ketat. Diawasi dan dikomunikasikan kepada polisi dan satpol PP, terutama yang sudah memiliki IOMKI (Izin Operasional dan Mobilitas Kegiatan Industri). Bila industri tidak ketat prokes, dapat ditindak juga secara tegas,” ucapnya.
Ina, yang juga Wakil Ketua Harian Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Daerah Jabar, menuturkan, mulai menggeliatnya aktivitas industri dapat dilihat dari struktur penggunaan barang impor Jabar. Pada periode Januari-Juni 2021, impor bahan baku mencapai 81,08 persen. Persentase itu meningkat 0,79 persen dari periode yang sama tahun lalu.