Pusat Kuliner dan Cendera Mata Topang KEK Likupang
Sebuah pusat jajanan kuliner dan cendera mata akan dibangun di Likupang sebagai fasilitas pendukung kawasan ekonomi khusus pariwisata. Bangunan itu akan digunakan untuk memasarkan produk-produk UMKM lokal.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·3 menit baca
MINAHASA UTARA, KOMPAS — Pusat jajanan kuliner dan cendera mata akan dibangun di Likupang, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, sebagai fasilitas pendukung kawasan ekonomi khusus pariwisata. Bangunan itu akan digunakan untuk memasarkan produk-produk usaha mikro, kecil, dan menengah lokal.
Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga langsung datang ke Desa Kinunang, Likupang Timur, Rabu (25/8/2021), untuk mencanangkan pembangunan pusat oleh-oleh itu di tepi pantai desa. Proyek ini merupakan implementasi Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia dan Bangga Wisata Indonesia. ”Ini momen bagi kita untuk sama-sama mengembangkan perdagangan, pariwisata, dan perekonomian nasional,” katanya.
Proyek itu menyerap dana APBN sebesar Rp 4,2 miliar. Dengan sistem tugas perbantuan, pembangunannya akan dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara di lahan seluas 1.000 meter persegi. Namun, pelelangan belum terlaksana, begitu pula penetapan lokasi bangunan.
Direktur Penggunaan dan Pemasaran Produk Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Ida Rustini mengatakan, pusat jajanan kuliner dan cendera mata diharapkan selesai dibangun pada awal Desember 2021. Setelah itu, akan dilaksanakan kurasi produk UMKM yang dapat mengisi kios-kios di sana. ”Jadi, harus selesai tahun ini,” katanya.
Menurut Jerry, proyek ini adalah bentuk keberpihakan pemerintah terhadap pelaku UMKM, terutama di daerah. Di tengah pembangunan kawasan ekonomi khusus (KEK), UMKM yang selalu disebut tulang punggung perekonomian Indonesia tidak boleh ditinggalkan. Pariwisata justru memberikan kesempatan bagi para pengusaha kecil untuk meningkatkan penjualan serta berkontribusi lebih banyak bagi perekonomian nasional.
Ini momen bagi kita untuk sama-sama mengembangkan perdagangan, pariwisata, dan perekonomian nasional. (Jerry Sambuaga)
Pusat jajanan kuliner dan cendera mata itu juga diharapkan dapat menggenjot ekspor dari Minahasa Utara dan Sulut. ”Di sana, produk-produk UMKM lokal yang bernilai kearifan lokal bisa dipromosikan sehingga semakin dikenal dan diminati. Melalui pariwisata, produk-produk UMKM bisa semakin diminati untuk ekspor. Inilah cara kami membuka jalan ke sana,” ujar Jerry.
Saat ini, ekspor nasional menunjukkan tren positif. Neraca perdagangan Indonesia periode Januari-Juli 2021 surplus sebesar 14,42 miliar dollar AS, rekor tertinggi selama 10 tahun. Jerry mengatakan, Sulut pun turut berkontribusi dalam pencapaian tersebut, salah satunya dengan membuka penerbangan kargo langsung dari Manado ke Tokyo, Jepang, sekali sepekan.
Ekonomi tumbuh
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut Edwin Kindangen mengatakan, ekonomi Sulut pada triwulan kedua 2021 tumbuh 8,49 persen dibandingkan periode yang sama pada 2020. Neraca perdagangan Sulut pun surplus 87,83 juta dollar AS. Salah satu faktor peningkatan ekspor itu adalah meningkatnya kebutuhan dunia akan minyak kelapa yang bahan bakunya melimpah di Sulut.
Edwin pun ingin usaha maupun industri kecil hingga menengah di Sulut, terutama yang memproduksi makanan serta cendera mata, bisa berkontribusi dalam ekspor. Hal ini akan dimulai dari pusat oleh-oleh di Likupang. Puluhan hingga ratusan prdouk unit usaha pun akan ditampung di sana melalui proses seleksi.
”Kami akan bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara untuk itu. Yang jelas, semua akan diatur agar pusat jajanan kuliner dan cendera mata yang modern ini tidak semrawut,” kata Edwin.
Ida Rustini menambahkan, pusat oleh-oleh ini bisa menjadi tempat yang nyaman bagi wisatawan nusantara ataupun mancanegara. Ia pun yakin, pertumbuhan UMKM akan semakin pesat di sana, terutama setelah pandemi Covid-19 teratasi.
Sebelumnya, pemerintah pusat telah membangun 254 penginapan (homestay) yang diberikan cuma-cuma kepada warga di tiga desa yang masuk wilayah KEK Likupang, yaitu Marinsow, Pulisan, dan Kinunang. Setiap rumah bernilai Rp 115 juta. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Maret 2021, berjanji, masyarakat desa sekitar tidak akan ditinggalkan dalam pengembangan KEK.