Warga Destinasi Wisata Likupang Dibekali Keterampilan Kerajinan
Pemerintah bertekad mengembangkan bidang kerajinan dalam ekonomi kreatif sebagai bentuk pelibatan warga di KEK Likupang. Program-program pelatihan akan digenjot.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dan Kabupaten Minahasa Utara bertekad mengembangkan bidang kerajinan dalam ekonomi kreatif sebagai bentuk pelibatan warga di Kawasan Ekonomi Khusus Likupang. Program-program pendampingan akan digencarkan sembari menggali kearifan lokal yang memiliki potensi ekonomi.
Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sulut menunjukkan, pada 2019, terdapat 416 industri kecil menengah (IKM) yang bergerak di bidang pangan. Jumlah ini hampir empat kali lebih banyak daripada IKM di bidang sandang yang hanya berjumlah 113 unit. Hanya sebagian kecil industri kecil menengah yang bergerak di bidang kerajinan.
Kepala Disperindag Sulut Edwin Kindangen mengatakan, IKM di bidang kuliner masih sangat mendominasi di Sulut. ”Dalam satu pameran, pernah saya membawa 42 pelaku IKM, 39 di antaranya makanan, sisanya baru kerajinan,” katanya, dalam gelar wicara yang digelar di Desa Marinsow, Likupang Timur, Minahasa Utara.
Pada saat yang sama, pemerintah berniat melibatkan masyarakat dalam meraup untung dari rencana pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Likupang. Terdapat setidaknya empat desa di sekitar KEK seluas 197,4 hektar di Likupang Timur itu, yakni Desa Marinsow, Kinunang, Pulisan, dan Kalinaun.
Pemerintah telah menghibahkan 254 rumah panggung kayu khas Minahasa kepada masyarakat desa-desa tersebut, kecuali Kalinaun, untuk dijadikan penginapan (homestay) sebagai bagian dari pengembangan ekonomi kreatif. Namun, Pemprov Sulut, Pemkab Minahasa Utara, dan pelaku pariwisata sepakat perlunya membangun daya tarik lain melalui kerajinan.
”Kami selalu berupaya mempromosikan dan memfasilitasi, menyediakan peralatan dan barang, tetapi menyesuaikan dengan dana yang tersedia. Karena itu, pelatihan dari Masata (Masyarakat Sadar Wisata) dan Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional Daerah) akan sangat membantu. Hasilnya akan bisa dipajang di gerai milik kami sehingga peminatnya bisa langsung menghubungi produsen,” kata Edwin.
Kepala Dinas Pariwisata Sulut Henry Kaitjily mengatakan, produk domestik bruto dari subsektor ekonomi kreatif pada 2019 mencapai Rp 1.200 triliun. Sulut telah banyak berkontribusi di bidang kuliner, contohnya dengan produksi kopi Minahasa yang berindikasi geografis, seperti masarang, koya, tompaso, dan tomohon.
Namun, ia belum dapat menyebut banyak contoh hasil kriya kecuali semacam keranjang anyaman dari Desa Budo di Wori, Minahasa Utara. Kerajinan dari Likupang pun, menurut dia, masih perlu digali demi menciptakan pendapatan warga dari ekonomi kreatif.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Sulut Merry Karouwan mengatakan, untuk mengembangkan ekonomi kreatif di Likupang, pegiat pariwisata perlu terlebih dahulu menggali cerita-cerita dan kearifan lokal yang memiliki nilai jual. Hal ini akan membantu promosi sehingga orang berminat berkunjung.
Selama ini, promosi pariwisata sudah sangat minimal akibat pandemi yang mendera dunia pariwisata. Hal ini akan semakin sulit jika tidak ada produk ataupun daya tarik lain yang bisa ditawarkan. ”Kalau kita promosikan produk yang bukan milik kita sendiri, kan, segan juga. Makanya, perlu pelatihan agar bisa bikin produk-produk sendiri,” katanya.
Kami akan membantu menemukan potensi yang ada sekaligus mempromosikan.
Wakil Ketua Dekranasda Minahasa Utara Kristi Lotulung-Arina mengatakan, pihaknya akan berfokus pada program-program pelatihan. Menurut dia, daerah sekitar KEK Likupang memiliki potensi kearifan lokal, tetapi belum dituangkan dalam ekonomi kreatif. ”Kami akan membantu menemukan potensi yang ada sekaligus mempromosikan,” katanya.
Upaya itu akan ditopang oleh percepatan akses keuangan daerah. Di samping itu, Kristi, yang juga pegawai Otoritas Jasa Keuangan (OJK), menyatakan akan membantu mencarikan off-taker (pembeli). ”Ini sangat butuh kerja sama dengan pemerintah daerah, kabupaten, dan pusat,” ujarnya.
Sejak awal April, Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara dan Pemprov Sulut telah mengadakan berbagai acara promosi pariwisata, dimulai dari ajang duathlon, kombinasi antara bersepeda dan lari. Pada Rabu-Jumat (7-9/4/2021), diadakan pula Gebyar Dekranasda. Acara itu diisi festival kuliner, pentas musik, tari, peragaan busana, hingga atraksi kembang api.
Ketua Masyarakat Sadar Wisata (Masata) Sulut Dino Gobel mengatakan, acara ini adalah buah sinergi pemerintah daerah dengan pusat. Masyarakat juga ia sebut sangat antusias mendukung program promosi ini. Ke depan, Masata akan mendorong kesadaran wisata dengan membuat aplikasi yang memuat informasi wisata di lima destinasi superprioritas, termasuk Likupang.