Kaum Muda Jadi Motor Penggerak Hadapi Perubahan Iklim
Generasi muda diharapkan dapat terus mengobarkan semangat perubahan gaya hidup yang lebih ”sustainable” (lestari) serta memperjuangkan pembangunan Indonesia yang kian maju ke depannya dengan menekan emisi karbon.
Oleh
M Paschalia Judith J
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dalam menyikapi perubahan iklim, generasi muda menjadi tumpuan pembangunan rendah karbon Indonesia. Untuk menyokong peran tersebut, kaum muda dapat menguatkan keterampilan yang selaras dengan prinsip-prinsip ekonomi hijau serta berkolaborasi dengan generasi, pemangku kepentingan, hingga negara lainnya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai, dampak katastrofe dari perubahan iklim telah menjadi tantangan global yang berimbas pada kehidupan manusia dan kemanusiaan. ”Saya berharap, generasi muda dapat terus mengobarkan semangat perubahan gaya hidup yang lebih sustainable (lestari) serta memperjuangkan pembangunan Indonesia yang kian maju ke depannya dengan menekan produksi emisi karbon yang tidak bertanggung jawab. Dalam hal ini, generasi muda menjadi penggerak motor utama,” katanya pada konferensi Kompasfest yang diadakan Harian Kompas secara dalam jaringan, Jumat (20/8/2021).
Oleh sebab itu, lanjutnya, kaum muda diharapkan mampu meningkatkan kapasitas di bidang pembiayaan-pembiayaan yang mutakhir serta teknologi dalam menghadapi perubahan iklim. Pada laman Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), pembiayaan iklim mengacu pada pendanaan lokal, nasional, atau transnasional yang diambil dari sumber pendanaan publik, swasta, dan alternatif. Pendanaan ini bertujuan mendukung aksi mitigasi dan adaptasi yang dapat mengatasi perubahan iklim.
Dokumen berjudul ”Green Industrial Skills for a Sustainable Future” yang diterbitkan Organisasi Pengembangan Industri Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNIDO) pada November 2020 menyebutkan sejumlah kecakapan yang memenuhi prinsip-prinsip pekerjaan hijau dan berkaitan dengan teknologi. Contohnya, keterampilan teknis yang mencakup kompetensi desain, konstruksi, dan penilaian teknologi. Kemampuan ini dapat diterapkan dalam menciptakan bangunan ramah lingkungan, desain energi terbarukan, serta proyek penelitian dan pengembangan yang berorientasi pada upaya penghematan energi.
Dalam menghadapi dampak perubahan iklim, Sri Mulyani menambahkan, Indonesia membutuhkan kerja bahu-membahu yang terwujud melalui kolaborasi antargenerasi serta antarpemangku kepentingan, seperti pemerintah, swasta, dan akademisi. Saat ini, Kementerian Keuangan tengah menyusun kebijakan fiskal untuk perubahan iklim. Anggaran, pendapatan, dan belanja negara (APBN) menjadi instrumen penting dalam mewujudkan komitmen partisipasi Indonesia untuk bersama-sama menghindari konsekuensi perubahan iklim.
Dari sisi pelaku berbasis teknologi, Group Head of Sustainability GoTo Group Tanah Sullivan mengatakan perusahaan telah mengintegrasikan prinsip-prinsip kelestarian di setiap lini bisnis. Tujuannya, perusahaan dapat berubah dan mendorong operasional ke arah yang berdampak positif maksimal pada ekonomi dan sosial serta berdampak negatif mininal pada lingkungan.
Sullivan mengatakan, integrasi prinsip-prinsip itu terwujud dalam komitmen GoTo pada 2030 berjudul "Three Zeroes" yang terdiri dari nol emisi, nol sampah, dan nol penghalang. Komitmen tersebut merupakan hasil identifikasi terhadap area bisnis GoTo serta kemampuan perusahaan untuk berdampak signifikan pada kehidupan masyarakat dan bumi.
Dalam mencapai komitmen nol emisi, dia menyatakan, GoTo fokus menurunkan emisi yang timbul dari mobilitas Gojek dengan transisi ke kendaraan listrik. Emisi kendaraan listrik lebih rendah 70 persen dibandingkan angkutan biasa. Fokus ini dilatarbelakangi oleh studi internal yang menunjukkan sebanyak 95 persen emisi Gojek berasal dari mobilitas sehari-hari.
Untuk meraih komitmen nol sampah, GoTo berupaya menghindari terciptanya timbulan sampah dengan mendorong penerapan guna ulang (reuse), tujuan ulang (repurpose), dan daur ulang (recycle). Dalam hal ini, GoTo bercita-cita menjadi pelantar yang bersifat sirkular.
Komitmen nol penghalang penting untuk menciptakan kesetaraan, khususnya di ekosistem mitra GoTo, sekaligus mempersempit kesenjangan. "Masyarakat kelas bawah akan paling terdampak perubahan iklim. Selain itu, percepatan perubahan iklim juga berdampak pada ketimpangan yang paling paling dirasakan oleh negara agraris dan pesisir," kata Sullivan dalam kesempatan yang sama.
Selaras dengan prinsip ekonomi lingkungan, Environment & Social Responsibility Associate Astra Dewi Paramita mengatakan, perusahaan telah menerapkan program Semangat Kurangi Plastik. ”Gerakan ini menjadi pendekatan terintegrasi (terhadap permasalahan sampah plastik) yang bertujuan mengurangi konsumsi plastik sekali pakai sekaligus mengedukasi masyarakat. Kami mengupayakan agar plastik tidak menjadi sampah,” katanya dalam salah satu kelas Kompasfest.
Sejak diluncurkan pada Februari 2020 hingga Mei 2021, gerakan tersebut telah mengurangi timbulan sampah plastik dengan total 498,6 ton. Konsumsi plastik berkurang sebanyak 23 ton, pemanfaatan ulang sampah plastik mencapai 82 ton, serta jumlah sampah plastik yang dikelola oleh bank sampah binaan berkisar 393,6 ton. (JUD)