Menyambut masa depan penuh tantangan, perbankan punya beragam strategi untuk mencapai target dan visi mereka. Pembiayaan usaha mikro dan ultra mikro menjadi salah satu fokus utama.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Menyambut masa depan penuh tantangan, perbankan punya beragam strategi untuk mencapai target dan visi mereka. Pembiayaan usaha mikro dan ultra mikro menjadi salah satu fokus utama.
target bisnis dan aspirasi wujud capaian mereka di masa mendatang. Pendekatan untuk terus memperluas nasabah mikro yang belum terjangkau hingga mendorong pendanaan energi baru terbarukan jadi pilihan aspirasi mereka.
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) tbk Sunarso menjelaskan, perseroan terus melakukan eksplorasi sumber-sumber pertumbuhan baru yang selaras dengan aspirasi Perseroan untuk menjadi Champion of Financial Inclusion. Segmen ultra mikro telah diidentifikasi sebagai sumber pertumbuhan baru melalui pembentukan ekosistem Ultra Mikro.
“Ekosistem ini akan menyediakan layanan keuangan yang terintegrasi bagi para pengusaha segmen ultra mikro sehingga memungkinkan mekanisme naik kelas ke nasabah mikro lebih tertata dengan baik,” ujar Sunarso pada konferensi pers virtual paparan kinerja semester pertama 2021 BRI, Jumat (6/8/2021).
Ia menjelaskan, perusahaan menargetkan porsi penyaluran kredit mikro sebesar 45 persen pada 2025 dari posisi saat ini 39,44 persen. Selain itu, meningkatkan porsi penyaluran kredit UMKM pada 2025 menjadi 85 persen dari posisi saat ini 80,62 persen.
Direktur Keuangan BRI Viviana Dyah Ayu Retno menjelaskan, tahun ini pihaknya menargetkan pertumbuhan kredit pada kisaran 6 persen – 7 persen. “Meski ada Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM merespon lonjakan kasus Covid-19, kami yakin masih ada ruang pertumbuhan kredit,” ujar Viviana.
Hal senada juga dikemukakan Direktur Bisnis Mikro BRI Supari. Ia mengatakan, berdasarkan informasi dari karyawan BRI di lapangan, PPKM Darurat yang diberlakukan 3 Juli – 20 Juli sempat menghambat usaha mikro. Namun, seiring penurunan level PPKM di berbagai kota/kabupaten, ini memberi kelonggaran bagi usaha mikro untuk kembali beroperasi.
Pada kesempatan yang berbeda, Direktur Utama PT Bank BTPN Tbk Ongki Wanadjati Dana menjelaskan, pihaknya akan memperkuat layanan perbankan digital untuk mendorong bisnis kredit mikro. Perluasan layanan digital ini bisa menjadi cara untuk menjangkau lebih banyak nasabah potensial mikro yang sebelumnya tidak bisa diraih perbankan atau unbankable.
Seperti diketahui BTPN adalah perbankan pertama yang meluncurkan aplikasi bank digital yaitu Jenius. Pengembangan perbankan digital ini dilakukan dengan memperluas ekosistem digital di Indonesia. Semakin luas jaringan dan saluran maka semakin besar potensi menjangkau nasabah.
“Ke depan kami akan memanfaatkan Jenius untuk membangun bisnis digital mikro. Karena bank digital ini sifatnya lincah sehingga bisa menjangkau lebih jauh bisnis mikro,” ujar Ongki saat melakukan pertemuan virtual dengan Kompas Gramedia Grup, Jumat (6/8/2021).
Selain mengembangkan perbankan digital untuk bisnis mikro, Ongki menjelaskan pihaknya juga mendorong pendanaan yang ke sektor energi baru terbarukan atau green financing. Ini sejalan dengan peta jalan pertumbuhan berkelanjutan dari induk usaha BTPN yakni Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) Grup.
Pihaknya bekerjasama dalam berapa pembangkit listrik yakni pembangunan pembangkit listrik tenaga bayu di Sidrap, Sulawesi Selatan; pembangkit listrik tenaga surya di Sarula, Sumatera Utara; dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terapung Cirata.
“Untuk mencapai usaha yang berkelanjutan, kami mempunya visi untuk memenuhi tuntutan dan harapan akan pendekatan lingkungan, sosial, dan tata kelola (environmental, social, corporate governance/ESG),” ujar Ongki.