Bantuan Sosial Turut Berperan Menahan Tekanan Ekonomi, Masyarakat Diminta Jangan Lengah
Ekonom Muhammad Chatib Basri mengingatkan pertumbuhan ekonomi yang terkesan tinggi saat ini adalah data year on year. Untuk mendorong ekonomi tetapi memastikan semua tetap aman, maka dibutuhkan akselerasi vaksinasi.
Oleh
Mawar Kusuma Wulan/Nina Susilo
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hasil publikasi Badan Pusat Statistik atau BPS menyebutkan, ekonomi Indonesia pada triwulan II 2021 tumbuh 7,07 persen (year on year). Sejumlah kebijakan pemerintah melalui program bantuan sosial dan pemulihan ekonomi nasional disebut turut berperan membantu menahan tekanan kepada masyarakat dan juga pelaku usaha.
Menurut Staf Khusus dan Juru Bicara Presiden Bidang Ekonomi Arif Budimanta, pemerintah akan terus berupaya dengan sejumlah kebijakan fiskal, moneter, maupun insentif perlindungan sosial dan pemulihan ekonomi agar perekonomian Indonesia tetap tangguh dan tumbuh. ”Capaian ini merupakan hasil kerja sama semua pihak,” ujar Arif melalui keterangan pers tertulis yang diterima Kompas, Kamis (5/8/2021).
Menurut Staf Khusus dan Juru Bicara Presiden Bidang Ekonomi Arif Budimanta, pemerintah akan terus berupaya dengan sejumlah kebijakan fiskal, moneter, maupun insentif perlindungan sosial dan pemulihan ekonomi agar perekonomian Indonesia tetap tangguh dan tumbuh.
Jika melihat struktur pertumbuhan pada triwulan II, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) dan ekspor memiliki kontribusi yang baik kepada perekonomian nasional. ”Artinya jika ini terus dipertahankan, akan membuat perekonomian nasional ke depan tidak hanya mengandalkan kekuatan konsumsi rumah tangga, tetapi beralih ke arah yang lebih produktif yakni investasi dan ekspor. Pemerintah terus berupaya menjaga momentum ini,” tambah Arif.
Pada triwulan II-2021, terlihat pertumbuhan ekonomi beberapa negara mitra telah masuk ke fase ekspansif, seperti Amerika Serikat 12,2 persen (year on year), China 7,9 persen (year on year), Korea Selatan 5,9 persen (year on year). ”Untuk itu, kegiatan perekonomian di dalam negeri terus dikonsolidasikan untuk dapat merebut peluang dari pemulihan ekonomi global tersebut,” ucap Arif.
Beberapa indikator ekonomi lainnya pada triwulan II juga menunjukkan banyak penguatan di mana indeks keyakinan konsumen (IKK) meningkat 16,4 poin menjadi 104,4 dibandingkan posisi IKK pada triwulan I-2021, yakni sebesar 88,0 poin. Realisasi investasi pada triwulan II-2021 juga tumbuh 16,2 persen (year on year ) atau secara kumulatif dari Januari hingga Juni 2021 tercatat tumbuh 10 persen (year on year).
Sementara dari sisi pemerintah, hingga semester I-2021 telah membelanjakan APBN sebesar Rp 1.170,13 triliun atau 42,55 persen dari total belanja negara. Adapun realisasi tersebut naik 9,38 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2020.
Selain itu, ketahanan eksternal triwulan II-2021juga masih cukup baik dengan posisi neraca perdagangan yang secara konsisten mengalami surplus sejak April 2020 hingga Juni 2021. Surplus neraca perdagangan Januari hingga Juni 2021 tercatat 11,86 miliar dollar AS.
Perbaikan ekonomi
Ekonom Muhammad Chatib Basri dalam dialog ekonomi yang diselenggarakan Kementerian Perdagangan, Kamis (5/8/2021), secara daring mengapresiasi perbaikan ekonomi yang terjadi di triwulan II-2021 ini. Hal ini, katanya, konsisten dengan berbagai indikator seperti penjualan mobil yang meningkat berkat kebijakan penurunan PpnBM yang mendorong konsumsi otomotif, kenaikan ekspor 31 persen, pertumbuhan kinerja industri manufaktur, juga pertumbuhan harga komoditas.
Pertumbuhan triwulan kedua ini juga sangat dipengaruhi pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Sebab, konsumsi rumah tangga ini hampir 50 persen dari GDP Indonesia.
Kendati demikian, dia mengingatkan pertumbuhan ekonomi yang terkesan tinggi ini adalah data year on year. Jadi data pertumbuhan triwulan II-2021 dibandingkan dengan data pertumbuhan triwulan II di 2020 yang saat itu kontraksi 5,3 persen.
”Jadi ini perbandingan dengan tahun lalu yang low base dan pertumbuhan Q2 yang konsisten. Memang ada recovery,” tuturnya.
Pertumbuhan ekonomi yang terkesan tinggi ini adalah data year on year. Jadi data pertumbuhan triwulan II-2021 dibandingkan dengan data pertumbuhan triwulan kedua di 2020 yang saat itu kontraksi 5,3 persen.
Dia pun mengingatkan, meskipun ekonomi bergerak di bulan April-Juni karena pelonggaran, risikonya adalah penularan Covid-19 melonjak lagi. Akibatnya, mobilitas harus diketatkan kembali.
Untuk mendorong ekonomi tetapi memastikan semua tetap aman, Chatib Basri mencontohkan beberapa negara. Di negara-negara bagian yang melakukan vaksinasi secara baik, seperti di New York dan Massachusetts, Amerika Serikat, performa ekonomi lebih baik. Namun, di negara bagian yang proses vaksinasi kurang baik seperti di Missoury, kinerja pertumbuhan ekonominya juga lambat.
Karena itu, disebutkan selain harus menjalankan protokol kesehatan, pemerintah perlu mempercepat vaksinasi. ”Kalau mau menjaga momentum (pertumbuhan ekonomi) 7 persen, percepatan vaksin tidak bisa dilepas,” tambahnya.
Untuk itu, pemerintah bisa menggunakan bantuan langsung tunai sebagai instrumen syarat. Apabila ingin menerima BLT, warga harus mengikuti vaksinasi.
Namun, ditambahkan pula, hal ini bergantung pada persediaan vaksin. Apabila ketersediaan vaksin aman, hal tersebut diberlakukan, diyakini kekebalan imunitas bisa dicapai dan pertumbuhan ekonomi bisa dijaga.
Arif juga meminta masyarakat tetap berhati-hati karena situasi pandemi masih terjadi dengan varian baru yang sangat mungkin kembali menjangkiti berbagai negara yang saat ini telah membaik menjadi kembali memasuki situasi ”krisis.” Pandemi bisa saja memaksa pemerintah untuk kembali melakukan pembatasan sosial yang lebih ketat.
Menghadapi situasi pandemi, seluruh pihak diharapkan tetap harus bergotong royong menghadapi berbagai persoalan yang masih mungkin terjadi. ”Agar ekonomi Indonesia semakin tangguh dan tetap tumbuh,” ucap Arif.
Dalam acara dialog ekonomi yang diselenggarakan Kementerian Perdagangan tersebut, Ketua Kadin Arsjad Rasjid mengharapkan Indonesia tetap mengambil posisi utama dalam permintaan global. Karena itu, sektor manufaktur, terutama yang berorientasi ekspor, perlu dibuka.
Untuk itu, pengusaha harus bisa memastikan seluruh pekerja sudah divaksinasi dan menjalankan protokol kesehatan.