Bank Dunia: Pemerataan Kualitas Konektivitas Internet di Indonesia Masih Bermasalah
Satu dekade terakhir, konektivitas internet di Indonesia meningkat signifikan. Namun, perkembangan itu menyisakan problem inklusivitas. Ada ketimpangan akses antara di kota dan desa serta antarkelas ekonomi masyarakat.
JAKARTA, KOMPAS — Populasi orang dewasa di Indonesia yang terhubung ke internet meningkat empat kali lipat selama kurun 2011-2019, yakni dari 13 persen menjadi 51 persen. Meskipun pertumbuhan itu mengesankan, Bank Dunia menyebutkan, belum semua populasi orang dewasa terhubung internet.
Jika tidak ditindaklanjuti, situasi ini berpotensi menyebabkan peningkatan kesenjangan digital, baik dari dimensi spasial daerah, kelas ekonomi, maupun sosial. Hal itu terangkum dalam laporan Bank Dunia ”Beyond Unicorns:Harnessing Digital Technologies for Inclusion in Indonesia” yang dirilis di Jakarta, Kamis (29/7/2021).
Dalam laporan tersebut, Bank Dunia mencontohkan kasus pada 2019, yaitu sebanyak 62 persen orang dewasa di daerah perkotaan terhubung internet, sementara di daerah perdesaan sebesar 36 persen. Pada 2011, orang dewasa yang terkoneksi dengan internet di perkotaan dan perdesaan masing-masing 20 dan 6 persen.
Kesenjangan pendapatan warga usia dewasa memengaruhi akses ke internet. Orang dewasa dalam keluarga di kelompok ekonomi teratas memiliki kemungkinan lima kali lebih besar untuk terhubung ke internet daripada orang dewasa di kelas ekonomi termiskin, yaitu hanya 14 persen terkoneksi ke internet.
Dalam satu dekade terakhir pula, populasi orang dewasa terhubung ke internet melalui jaringan telekomunikasi seluler tumbuh lebih pesat dibandingkan dengan jaringan tetap pita lebar yang masuk ke rumah tangga. Sebanyak 95 persen populasi penduduk Indonesia diperkirakan hidup dalam jangkauan jaringan telekomunikasi seluler 4G LTE. Sementara penetrasi jaringan tetap pita lebar hanya 4 persen dari total populasi atau 16 persen dari rumah tangga.
Baca juga : Jumlah Pengaduan Terkait Jaringan Internet dan Telekomunikasi Meningkat
Sorotan lain yang dipaparkan Bank Dunia dalam laporan itu adalah kualitas populasi orang dewasa yang telah terhubung internet. Hal ini bisa dilihat dari sisi kemampuan mereka membeli layanan setelah terkoneksi internet.
Harga paket data prabayar seluler di Indonesia untuk 1 gigabita (GB) rata-rata 0,95 persen dari pendapatan nasional bruto per kapita. Jumlah itu dinilai lebih rendah dari rata-rata ASEAN yang sebesar 1,4 persen dan rata-rata global sebesar 5,5 persen. Artinya, harga Indonesia sudah sesuai dengan kriteria keterjangkauan yang ditetapkan oleh Uni Telekomunikasi Internasional dan Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), yaitu 0,95 persen dari pendapatan nasional bruto per kapita.
Akan tetapi, harga langganan layanan jaringan tetap pita lebar bulanan di Indonesia berkisar Rp 250.000 - Rp 800.000. Biaya pemasangan dan langganan bulan pertama sambungan internet jaringan tetap pita lebar menggunakan paket internet termurah sekalipun diperkirakan Bank Dunia setara dengan 1,2 kali pengeluaran per kapita bulanan rumah tangga miskin.
Inklusif
Senior Digital Development Specialist Bank Dunia Natasha Beschorner, Kamis (29/7/2021), di Jakarta, mengatakan bahwa dari sisi kecepatan, baik jaringan tetap maupun bergerak (seluler) pita lebar, akses internet di Indonesia masih tergolong rendah di Asia Tenggara. Kecepatan transfer data melalui jaringan bergerak hanya sekitar 14,05 megabit per detik (Mbps), sedangkan melalui jaringan tetap pita lebar sekitar 20,13 Mbps.
Dari sisi kecepatan, baik jaringan tetap maupun bergerak (seluler) pita lebar, akses internet di Indonesia masih tergolong rendah di Asia Tenggara.
Baca juga : Bank Dunia: Pertumbuhan Ekonomi Digital Indonesia Pesat, tetapi Belum Inklusif
Paparan temuan tersebut bukan hal baru. Sebab, sejumlah organisasi, seperti Uni Telekomunikasi Internasional, pernah menyampaikannya. Natasha mengatakan, Bank Dunia ingin menekankan bahwa konektivitas internet di Indonesia yang semakin membaik perlu diikuti dengan semangat inklusif.
Dengan kata lain, keterhubungan orang dewasa ke internet perlu diperluas agar merata, baik sisi kuantitas maupun kualitas, sehingga mendukung akselerasi manfaat ekonomi digital. ”Baik jaringan tetap maupun jaringan bergerak (seluler) di Indonesia perlu akselerasi. Perbaikan mutu kedua bentuk mode akses internet itu harus berjalan bersamaan,” katanya.
Karena orang dewasa di Indonesia cenderung mengakses internet lebih banyak melalui jaringan seluler, dia memandang, prioritas pertama Indonesia bisa menyasar ke pengelolaan spektrum frekuensi yang lebih baik. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja mewajibkan dua tahun migrasi siaran televisi analog ke digital demi mengamankan dividen digital berupa spektrum frekuensi 700 megahertz (MHz).
Langkah itu dinilai akan sangat penting dalam menurunkan biaya modal yang diperlukan untuk menyediakan konektivitas yang terjangkau ke bagian-bagian terpencil di Indonesia.
Selain itu, spektrum frekuensi 2.600 MHz yang saat ini digunakan untuk televisi satelit dapat direalokasi untuk menambah kapasitas jaringan di pusat kota dan mengurangi kepadatan jaringan. Cara lain yang bisa diambil ialah Pemerintah Indonesia membuat kejelasan peraturan tentang pemakaian bersama infrastruktur pasif dan peningkatan persaingan usaha pada penyedia layanan pita lebar tetap.
”Indonesia sudah menuju implementasi 5G secara masif. Oleh karena itu, kecukupan spektrum frekuensi penting sekali. Jika tidak, kualitas transfer data internet melalui jaringan seluler akan tetap kurang seperti sekarang,” imbuh Natasha.
Kolaborasi
Direktur dan Chief Operating Officer PT Indosat Tbk (Indosat Ooredoo) Vikram Sinha, secara terpisah, mengatakan, pada paruh pertama 2021, jumlah pengguna layanan Indosat Ooredoo tercatat 60,3 juta atau naik 5,3 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2020. Pelanggan data 4G tumbuh menjadi 40 juta orang.
Pengeluaran rata-rata per pengguna untuk membeli layanan (ARPU) meningkat 8,2 persen dibandingkan dengan semester I-2020 atau menjadi Rp 34.000. Hal ini terutama didorong oleh pertumbuhan yang kuat dalam lalu lintas data yang naik 40,2 persen selama semester I-2021 dibandingkan dengan semester I-2020.
Indosat Ooredoo mengumumkan peluncuran layanan 5G komersial pertamanya di Kota Surakarta. Komersialisasi ini akan diikuti ke kota-kota lainnya. Bersamaan dengan itu, 50 persen dari total kabel yang dimiliki perusahaan telah diganti ke fiber optik sehingga lebih mendukung 5G.
”Kami menyadari bahwa spektrum frekuensi memegang peranan vital untuk kualitas layanan, apalagi masuk ke era 5G. Maka, kami secara perlahan akan mematikan 3G sehingga alokasi spektrum bisa dipakai untuk generasi teknologi akses seluler terbaru,” ujarnya.
Implementasi 5G berbeda dengan generasi teknologi akses seluler terdahulu. Operator telekomunikasi seluler tidak bisa bekerja sendiri. Kolaborasi realisasi 5G butuh kolaborasi, bahkan dengan pemerintah daerah dan perusahaan swasta lain.
Menanggapi rekomendasi Bank Dunia, Vikram menyampaikan bahwa implementasi 5G berbeda dengan generasi teknologi akses seluler terdahulu. Operator telekomunikasi seluler tidak bisa bekerja sendiri. Kolaborasi realisasi 5G butuh kolaborasi, bahkan dengan pemerintah daerah dan perusahaan swasta lainnya.
Baca juga : NTT Butuh 2.000 Layanan Internet untuk Kebutuhan Sekolah dan Puskesmas
Sementara itu, XL Axiata berkomitmen memperluas penetrasi jaringan tetap pita lebar atau layanan internet masuk ke rumah tangga dengan produk XL Home. Direktur dan Chief Commercial Officer-Home and Enterprise XL Axiata Abhijit Navalekar mengatakan, per Rabu (28/7/2021), XL Home bahkan sudah hadir di sebagian besar daerah Bandung Raya yang meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, dan Kabupaten Sumedang.
”Hingga saat ini, layanan XL Home di Bandung Raya telah melayani lebih dari 43.000 homepass, melonjak dari sekitar 14.000 homepass setahun lalu. Dari sisi jangkauan layanan, XL Home di Bandung Raya telah melayani pelanggan di lebih dari 200 kelurahan/desa, di 70 kecamatan,” katanya.
Meski tidak menyebut detail rencana, Abhijit mengatakan, perusahaan berkomitmen meningkatkan jangkauan XL Home. Upaya ini disertai dengan paket konten hiburan.