Perusahaan Rintisan Teknologi Ramai-ramai Melantai di Bursa Saham
Pada Selasa (27/7/2021), perusahaan teknologi penyedia kupon belanja diskon di Indonesia yang lebih dikenal dengan nama merek Ultra Voucher resmi mencatatkan saham perdananya. Jumat pekan depan giliran PT Bukalapak.com.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan rintisan teknologi mulai marak mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan teknologi penyedia kupon belanja diskon di Indonesia, PT Trimegah Karya Pratama Tbk atau lebih dikenal dengan nama merek Ultra Voucher, resmi mencatatkan saham perdana (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia, Selasa (27/7/2021). Adapun Jumat (6/8/2021) pekan depan, PT Bukalapak.com akan resmi melantai di bursa.
Ultra Voucher yang mencatatkan sahamnya dengan kode UVCR melepas 500 juta lembar saham atau setara dengan 25 persen total kepemilikan saham perusahaan. Adapun satu lembar saham dijual mulai dari harga Rp 100. Melalui IPO ini, perusahaan berhasil meraih pendanaan sebesar Rp 50 miliar.
Peluncuran saham perdana UVCR ini melibatkan tiga perusahaan sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Tiga perusahaan itu adalah PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, PT Surya Fajar Sekuritas, dan PT NH Korindo Sekuritas Indonesia.
”Puji syukur kepada Tuhan, hari ini Ultra Voucher berhasil mencapai milestone baru dan strategis untuk semakin memperkuat dan memperluas bisnis perusahaan. Kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang turut membantu kesuksesan IPO UVCR,” ujar Direktur Utama Ultra Voucher Hady Kuswanto dalam acara virtual listing UVCR.
Direktur Ultra Voucher Riky Boy Permata menjelaskan, dana yang terkumpul akan digunakan untuk ekspansi usaha ke Malaysia dan Singapura. Di sana, mereka sudah memiliki mitra bisnis yang akan membantu mereka ekspansi.
Selain itu, mereka memperkirakan, pascapandemi berakhir, pariwisata antarnegara di kawasan Asia Tenggara akan kembali bergairah. Wisatawan suka membeli voucer untuk membeli barang atau mendapatkan diskon barang.
”Ini persiapan kami untuk ekspansi tak hanya di skala nasional, tapi juga regional,” ujar Riky.
Trimegah Karya Pratama adalah perusahaan teknologi yang bergerak di industri voucer belanja/gift card, baik berupa fisik maupun digital. Berdiri pada tahun 2014, perseroan berperan sebagai generator voucer yang disebarluaskan kepada masyarakat di seluruh Indonesia.
Tahun 2017, perseroan mengeluarkan platform utama bernama Ultra Voucher yang digunakan untuk mendistribusikan voucer kepada konsumen. Ultra Voucher adalah aplikasi yang menjual berbagai macam voucer fisik dan digital dari merchant yang telah bekerja sama dengan Ultra Voucher.
Riky menjelaskan, Ultra Voucher telah menjalin kerja sama dengan 300 merek dan lebih dari 40.000 gerai (outlet) di seluruh Indonesia. Adapun merchant yang bekerja sama dengan Ultra Voucher saat ini berasal dari berbagai segmen, yakni kecantikan dan relaksasi, toserba (department store), perdagangan elektronik (e-commerce), hiburan, makanan dan minuman, hotel dan perjalanan, aksesori dan perhiasan, gaya hidup, dan investasi.
Perusahaan yang telah bekerja sama antara lain Tokopedia, Shopee, Gojek, Grab, dan Bukalapak. Aplikasi Ultra Voucher juga sudah diunduh lebih dari 200.000 kali di perangkat Android ataupun iOS.
Pada triwulan pertama tahun ini, perusahaan mencatat pendapatan bersih sebesar Rp 194,48 miliar. Catatan itu bertumbuh dua kali lipat dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 92,30 miliar. Adapun laba bersih perusahaan pada triwulan pertama tahun ini sebesar Rp 543,49 juta setelah merugi pada periode sebelumnya Rp 2,79 miliar.
Penawaran umum
Perusahaan rintisan teknologi yang akan segera menyusul melantai di bursa, PT Bukalapak.com, mulai resmi melakukan masa penawaran umum pada 27-30 Juli 2021. Ini dilakukan setelah mereka resmi memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menawarkan sahamnya kepada masyarakat.
Selama masa penawaran umum, Bukalapak akan menawarkan 25.765.504.800 lembar sahamnya atau setara dengan 25 persen kepemilikan saham. Dengan penawaran umum saham berkisar Rp 750-Rp 850 per saham, nilai penawaran umum saham perdana sebanyak-banyaknya akan mencapai Rp 21,9 triliun. Adapun pencatatan saham perdananya di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) dijadwalkan pada 6 Agustus 2021.
Dalam keterangannya, Selasa, Chief Executive Officer Bukalapak Rachmat Kaimuddin menjelaskan, seluruh dana hasil IPO, setelah dikurangi biaya penerbitan, akan digunakan untuk mendanai kebutuhan modal kerja. Adapun pengalokasiannya sebesar 66 persen untuk Bukalapak dan 34 persen untuk kebutuhan modal kerja entitas anak Bukalapak.
Rinciannya, alokasi pembagian modal kerja anak usaha itu sebesar 15 persen masing-masing untuk PT Buka Mitra Indonesia (BMI) dan PT Buka Usaha Indonesia (BUI). Selain itu, sebesar 1 persen masing-masing untuk PT Buka Investasi Bersama (BIB), PT Buka Pengadaan Indonesia (BPI), Bukalapak Pte Ltd, dan PT Five Jack.
Sementara itu, perusahaan teknologi yang telah lebih dulu mencatatkan sahamnya di bursa, yaitu PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk, menunjukkan kinerja keuangan positif. Pada triwulan pertama tahun ini, emiten aplikasi dan jasa internet berkode saham DIVA ini mencatat pendapatan sebesar Rp 943 miliar, bertumbuh 9,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.