Gopan-Pinsar: Peternak Telah Taati Larangan Penggunaan Antibiotik pada Pakan
Dua organisasi yang menaungi peternak ayam potong di Indonesia menyatakan, peternak ayam broiler di Indonesia telah menaati larangan penggunaan antibiotik pada pakan dan manajemen pemeliharaan ayam.
JAKARTA, KOMPAS — Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia menyatakan, peternak ayam broiler di Indonesia telah menaati larangan penggunaan antibiotik pada pakan dan manajemen pemeliharaan ayam. Sementara Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional menyatakan sudah lebih dari dua tahun tidak ada pemakaian antibiotic growth promoter atau AGP dalam pakan ayam.
Kedua organisasi ini menyampaikan protes atas pemberitaan harian Kompas pada 16 Juli 2021 yang berjudul ”Penyalahgunaan Antibiotik di Peternakan Ayam Broiler”. Dalam surat tertulis yang ditandatangani Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia Singgih Januratmoko, tertanggal 17 Juli 2021, Pinsar menyatakan, larangan penggunaan antibiotik baik pada pakan maupun pada manajemen pemeliharaan ayam telah dilaksanakan dan ditaati secara saksama oleh peternak dengan pengawasan ketat oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian.
Sebelumnya, liputan investigasi harian Kompas mengungkap penggunaan antibiotik berlebih dan tidak tepat pada sejumlah peternakan ayam broiler di Jawa Barat. Peternak menggunakan antibiotik meskipun ayam broiler tidak dalam kondisi sakit. Mereka beralasan penggunaan antibiotik tersebut untuk pencegahan penyakit. Dalam pemberitaan tersebut, Kompas juga memuat hasil riset Center for Indonesian Veterinary Analytical Studies bersama World Animal Protection, dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia yang menemukan bakteri kebal antibiotik pada rantai pangan ayam broiler.
Dalam suratnya, Pinsar Indonesia menyebut pemberitaan tentang penyalahgunaan antibiotik di peternakan ayam broiler merusak usaha mereka dalam kampanye peningkatan gizi masyarakat. Selain itu, Pinsar juga memprotes pemberitaan tersebut karena dianggap tidak ikut ambil bagian dalam usaha membangun peternakan rakyat.
Senada dengan Pinsar, Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan) dalam surat tertulis yang ditandatangani Ketua Umum H Herry Dermawan dan Sekretaris Jenderal Sugeng Wahyudi juga menyebut pemberitaan tentang penyalahgunaan antibiotik di peternakan ayam broiler menimbulkan keresahan, khususnya di kalangan peternak.
”Dapat dibayangkan beberapa hari ke depan ini, adanya isu tentang residu dan penyalahgunaan antibiotik dalam budidaya ayam broiler pasti akan membuat peternak lebih terpuruk lagi. Dikarenakan masyarakat takut mengonsumsi daging ayam, dibayangi ketakutan akan meningkatkan risiko kesehatan masyarakat,” ujar Herry dalam surat tersebut.
Adanya isu tentang residu dan penyalahgunaan antibiotik dalam budidaya ayam broiler pasti akan membuat peternak lebih terpuruk lagi. Dikarenakan masyarakat takut mengonsumsi daging ayam, dibayangi ketakutan akan meningkatkan risiko kesehatan masyarakat.
Gopan menilai tudingan bahwa peternak menggunakan antibiotik secara berlebihan sehingga menyebabkan timbulnya bakteri yang resisten, sebagai pandangan yang cenderung menggeneralisasi persoalan. ”Pandangan yang cenderung generalisasi seolah semua peternak melakukan hal tersebut. Bahkan konsumen ditakut-takuti bahwa krisis bakteri resisten ini akan menimbulkan ancaman yang dapat melampaui pandemi Covid-19.” demikian tertulis dalam pernyataan Gopan.
Secara terpisah Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PB PDHI) Muhammad Munawaroh menilai, sudah semestinya sektor peternakan nasional berbenah dalam penggunaan antibiotik yang tidak tepat dosis. Cara yang dapat dilakukan adalah mengurangi penggunaan antibiotik dan lebih ketat menerapkan protokol biosekuriti di kandang. Protokol biosekuriti akan mencegah risiko penyakit. Dengan berkurangnya risiko itu, pengeluaran untuk obat yang cukup mahal juga bisa ditekan.
Sudah semestinya sektor peternakan nasional berbenah dalam penggunaan antibiotik yang tidak tepat dosis. Cara yang dapat dilakukan adalah mengurangi penggunaan antibiotik dan lebih ketat menerapkan protokol biosekuriti di kandang
PDHI bersama Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) serta Kementerian Pertanian tengah menyusun pedoman umum penggunaan antibiotik untuk sektor peternakan. Munawaroh berharap, pedoman yang akan mulai disosialisasikan Agustus nanti dapat meningkatkan kesadaran terhadap penggunaan antibiotik.
Peternakan di Indonesia semestinya sudah mengarah ke situ (biosekuriti dan pengurangan antibiotik). Sehingga kejadian residu antibiotik dan resistensi antimikroba bisa dicegah, karena penggunaan obatnya sejak dari kandang juga sudah minim,” jelas Munawaroh.
Sementara itu, Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menjelaskan, temuan bakteri resistan pada daging ayam bukan sesuatu yang perlu ditakuti oleh konsumen. Daging ayam tetap dibutuhkan sebagai salah satu sumber protein utama bagi manusia. Terlebih masyarakat Indonesia selama ini paling familiar dengan ayam broiler ketimbang protein hewani lainnya.
”Jadi, memang kita masih sangat membutuhkan pasokan protein hewani yang cukup. Apakah itu ayam, sapi, atau ikan,” kata Tulus.
Tulus mengingatkan, konsumsi daging ayam masyarakat Indonesia saat ini masih jauh tertinggal dibandingkan masyarakat di negara lain, bahkan di tingkat Asia Tenggara sekalipun. Badan Pusat Statistik (BPS) dalam survei konsumsi bahan pokok memperkirakan, konsumsi daging ayam nasional pada 2019 sebesar 12,13 kilogram per kapita per tahun (Kompas, 27/1/2021).
”Jadi masih sangat rendah dibandingkan Malaysia yang sudah mencapai 34 kilogram per kapita per tahun,” katanya.