Animo Masyarakat Tinggi, Kimia Farma Tunda Vaksinasi Gotong Royong Individu
Kimia Farma, selaku BUMN yang menyelenggarakan vaksinasi gotong royong individu, memutuskan menunda pelaksanaan vaksinasi berbayar tersebut. Program ini menuai beragam pendapat di masyarakat.
Oleh
ARIS PRASETYO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Kimia Farma Tbk memutuskan untuk menunda pelaksanaan vaksinasi gotong royong individu yang sedianya dimulai pada hari ini, Senin (12/7/2021). Besarnya animo dan banyaknya pertanyaan yang masuk membuat manajemen memutuskan untuk memperpanjang masa sosialisasi vaksinasi tersebut.
Sekretaris Perusahaan PT Kimia Farma Tbk Ganti Winarno, saat dihubungi pada Senin sore, mengatakan, besarnya animo serta banyaknya pertanyaan yang masuk membuat manajemen memutuskan untuk memperpanjang masa sosialisasi vaksinasi gotong royong individu. Manajemen juga akan mengatur pendaftaran calon peserta vaksinasi.
“Kami mohon maaf karena jadwal vaksinasi gotong royong individu yang semula dimulai hari Senin, 12 Juli 2021, akan kami tunda hingga pemberitahuan selanjutnya,” ujar Ganti melalui layanan aplikasi WhatsApp.
Ia juga menyampaikan ucapan terima kasih atas pemahaman pelanggan, termasuk animo untuk bersama-sama mendorong tercapainya kekebalan komunal yang lebih cepat di Indonesia.
Manajemen memutuskan untuk memperpanjang masa sosialisasi vaksinasi gotong royong individu. Manajemen juga akan mengatur pendaftaran calon peserta vaksinasi.
Sebelumnya, diberitakan bahwa Kimia Farma mengadakan peluncuran perdana (soft launching) vaksin gotong toyong individu pada 9-10 Juli 2021. Badan usaha milik negara (BUMN) tersebut direncanakan membuka layanan vaksin gotong royong di 8 titik, yakni Kimia Farma Senen, Jakarta, dengan kapasitas 200 orang per hari; Kimia Farma Pulogadung Jakarta (200 orang per hari); dan Kimia Farma Blok M, Jakarta (100-200 orang per hari).
Selai itu, Kimia Farma Supratman, Bandung (200 orang per hari); Kimia Farma Citarum, Semarang, (100 orang per hari); Kimia Farma Sukoharjo, Solo (500 orang per hari); Kimia Farma Sedati, Sidoarjo (200 orang per hari); serta Kimia Farma Batubulan, Bali (100 orang per hari).
Ketua Center for Health Economics and Policy Studies Universitas Indonesia Hasbullah Thabrany menilai keberadaan vaksinasi individu yang biayanya dibebankan kepada pribadi tak masalah sebagai komplementer vaksinasi program yang diselenggarakan pemerintah secara gratis.
”Dalam memperoleh vaksin, ada kelompok masyarakat yang ingin lebih fleksibel dari sisi giliran. Artinya, mereka membayar untuk fleksibilitas tersebut. Namun, yang patut digarisbawahi, jangan sampai ada financial interest berupa pengambilan untung yang dikenakan kepada individu tersebut. Pengambilan untung itu tidak etis di tengah situasi seperti ini, apalagi dilakukan BUMN,” katanya saat dihubungi, Minggu (11/7/2021).
Vaksinasi individu yang biayanya dibebankan kepada pribadi tak masalah sebagai komplementer vaksinasi program yang diselenggarakan pemerintah secara gratis.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani berharap keberadaan program vaksin individu yang berbayar tidak sampai mengganggu kuota vaksinasi gotong royong bagi dunia usaha yang sudah mengantre untuk memvaksin karyawannya.
Sementara itu, anggota Komisi IX DPR, Saleh Daulay, mempertanyakan kemunculan program vaksinasi individu. Menurut dia, pemerintah selama ini belum pernah membicarakan program tersebut dengan DPR. Saleh menilai program tersebut bertentangan dengan komitmen awal pemerintah serta prinsip dasar vaksinasi yang seharusnya diberikan gratis.