Para pelaku pasar saham telah mengantisipasi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM darurat seiring dengan lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia.
Oleh
joice tauris santi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Para pelaku pasar saham telah mengantisipasi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM darurat seiring dengan lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia. Akan tetapi, terbuka kemungkinan harga saham akan tetap turun terbatas jika kasus tetap tinggi. Pemulihan indeks saham akan lebih singkat jika PPKM darurat yang berlangsung 3-20 Juli 2021 dilaksanakan dengan baik serta diawasi ketat.
Secara umum, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2021 ini bisa jadi akan menekan perkiraan semula. Ekspor neto diperkirakan akan membantu menggantikan penurunan konsumsi karena ada pembatasan tersebut.
”Kenaikan kasus positif Covid-19 belakangan ini sudah diperhitungkan oleh pasar karena pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tetap datar saja walaupun kasus Covid-19 positif mencapai di atas 20.000 per hari. Pemerintah memperketat PPKM dan seharusnya dapat mengurangi risiko,” demikian tim analis RHB Sekuritas yang terdiri dari Andrey Wijaya, Michael Setjoadi, dan Christopher Andre Benas, dalam laporan ”Indonesia Strategy”, di Jakarta, Jumat (2/7/2021).
Mereka juga memperkirakan, dampak PPKM darurat terhadap IHSG juga terbatas dengan level 5.800 sebagai batas bawahnya. Indeks turun sekitar 3 persen sejak kasus Covid-19 di Indonesia meningkat. Kemungkinan indeks akan tertekan jika jumlah kasus harian semakin tinggi.
Indeks turun sekitar 3 persen sejak kasus Covid-19 di Indonesia meningkat. Kemungkinan indeks akan tertekan jika jumlah kasus harian semakin tinggi.
Pemulihan indeks juga akan lebih cepat karena pembatasan gerakan ini. Andrey mencermati, ketika diberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pada Maret 2020, IHSG memerlukan waktu bulan untuk berkonsolidasi sebelum kembali menanjak. Sementara selama PSBB kedua pada September 2020, waktu konsolidasi lebih pendek lagi atau sekitar 1,5 bulan. Dia memperkirakan, indeks akan terkonsolidasi sekitar 1,5 bulan setelah pemberlakukan PPKM darurat ini.
Tim analis RHB tersebut juga menyatakan, pembatasan ini bisa jadi akan menunda pemulihan ekonomi Indonesia. ”Pada awalnya, kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4 persen pada triwulan III-2021. Pemberlakuan karantina akan mengurangi perkiraan pertumbuhan ekonomi tersebut walaupun penurunan konsumsi dapat ditopang oleh ekspor neto,” demikian laporan tim analis.
Sementara itu, Head of Equity Analist Mandiri Sekuritas Adrian Joezer mengatakan, lonjakan kasus Covid-19 belakangan ini akan menganggu kegiatan ekonomi dalam jangka pendek. ”Namun, kami tetap berharap bahwa pemulihan akan semakin baik pada semester kedua. Varian Delta menjadi perhatian utama dan seharusnya dapat diatasi dengan kecepatan vaksniasi yang meningkat akhir-akhir ini,” katanya.
Pemberlakuan karantina akan mengurangi perkiraan pertumbuhan ekonomi tersebut walaupun penurunan konsumsi dapat ditopang oleh ekspor neto.
Pemberlakuan PPKM ini akan menekan kinerja emiten peritel. Pengelola industri ritel, seperti PT Matahari Department Store Tbk, berharap pemerintah juga memberikan dukungan kepada pelaku industri ritel. ”Saya merasa pelaku industri ritel membutuhkan lebih banyak dukungan pemerintah sebagai sebuah industri, secara langsung,” kata CEO Matahari Department Store Terry O’Connor dalam diskusi virtual pada Kamis (2/7).
PPKM darurat mengurangi jam operasional pengelola toko ritel. Di sisi lain, perusahaan masih harus tetap memberikan hak-hak karyawan ditambah dengan biaya yang mungkin timbul karena penerapan protokol kesehatan bagi karyawan. Matahari Department Store memiliki 148 gerai di Indonesia dan sebagian besar berada di Jawa dan Bali.
O’Connor belum dapat memperkirakan berapa potensi kehilangan atau kerugian dari penutupan 86 gerai Matahari selama PPKM darurat berlangsung. ”Sangat berat tentunya bagi seluruh perusahaan ritel untuk kehilangan 56 persen pendapatannya,” kata O’Connor.