Bisnis ritel menggunakan platform digital saat ini menikmati penjualan tertinggi, meskipun ada yang berjualan secara hibrid. Untuk meraih peluang, perusahaan harus berinovasi mengikuti demografi dan perilaku konsumen
Oleh
Ninuk M Pambudy
·4 menit baca
Perubahan cepat perilaku konsumen akibat pandemi tampak melalui nilai penjualan tertinggi 100 usaha ritel Asia-Pasifik tahun 2020. Perusahaan Indonesia yang menggunakan platform digital berjaya di Asia Pasifik.
Lembaga riset pasar Euromonitor International menempatkan Tokopedia pada urutan ke-26. Dalam laporan yang terbit akhir Mei 2021, nilai penjualan Tokopedia tercatat 11.683 juta dollar AS, naik dari 7.439 juta dollar pada tahun 2019.
Di urutan teratas Alibaba dengan nilai penjualan 367.060 juta dollar AS, disusul JD.com senilai 261.231 juta dollar. Tokopedia berada di atas Apple Inc di lposisi ke-27 (11.278 juta dollar) dan di urutan ke-25 adalah Softbank Corp (12.436 juta dollar).
Selain Tokopedia, ada Sumber Alfaria Trijaya Tbk di urutan ke-49, Salim Group (53), dan Bukalapak (79). Di dalam peringkat 50 usaha ritel terbesar Asia Tenggara dari Indonesia ada Trans Retail Indonesia, Erajaya Swasembada Tbk, Djarum Group, dan Matahari Putra Prima Tbk.
Laporan tersebut memperlihatkan, bisnis ritel menggunakan platform digital menikmati penjualan tertinggi, meskipun ada yang berjualan secara hibrid. Sepanjang tahun 2020 nilai penjualan ritel di Asia Tenggara turun 6 persen karena pandemi, tetapi bisnis e-dagang naik pesat, seperti dialami. Tokopedia dan Sea Ltd, pemilik Shopee, yang menjadi lokapasar produk nondigital.
Euromonitor memprediksi bisnis ritel Asia Tenggara tumbuh 6,7 persen per tahun hingga 2025. Sementara McKinsey Global Institute mencatat, separuh lebih pertumbuhan konsumsi dunia ada di Asia Pasifik, begitu juga jumlah kelas menengah atas. Sebanyak 54 persen transaksi bisnis dunia antara pelaku usaha dan konsumen serta antarindividu secara luring dan daring hingga tahun 2025 juga terjadi di Asia-Pasifik.
Untuk meraih peluang itu, perusahaan harus berinovasi mengikuti demografi dan perilaku konsumen
Untuk meraih peluang itu, perusahaan harus berinovasi mengikuti demografi dan perilaku konsumen. Generasi baby boomers meskipun baru belakangan mengenal internet, juga mengadopsi konsumi daring. Konsumsi mereka umumnya berhubungan dengan kesehatan dan gaya hidup waktu luang, seperti buku, musik, berkebun, hewan peliharaan.
Ketika jumlah vaksinasi mencapai target populasi, orang akan kembali berbelanja ke toko dan mal atau restoran untuk rekreasi atau pengalaman melihat dan menyentuh produk, sementara kebiasaan berbelanja daring menetap. Inovasi dibutuhkan untuk memberi layanan hibrid antara toko fisik dan daring tanpa hambatan (seamless).
Di Asia Pasifik, digital natives—lahir antara tahun 1980 dan 2012, termasuk generasi Z dan milenial—menjadi penggerak sepertiga konsumsi. Riset McKinsey tentang generasi Z memperlihatkan, mereka membeli produk yang berbeda dari generasi X.
Lebih 70 persen generasi Z yakin dapat memenuhi tujuan keuangan mereka. Oleh karenanya, mereka tidak ragu berkonsumsi yang dipermudah oleh akses platform digital serta meminjam ke layanan keuangan.
Analis riset senior Euromonitor International, Deepika Chandrasekar, kepada Kompas menyebutkan, merger antara Tokopedia dan Gojek menjadi GoTo akan menjadi kekuatan teknologi berpengaruh di Asia Tenggara. GoTo Group dengan dukungan investor seperti Alibaba Group Holding, Tencent Holdings, dan Alphabet, akan sangat siap meluncurkan jasa, seperti pengantaran memakai kendaraan (ride hailing), pengantaran makanan, e-dagang, logistik, dan layanan keuangan.
Saat ini Tokopedia menjadi lokapasar bagi lebih 11 juta penjual, 86,5 persennya pedagang baru. Menjangkau hingga lebih dari 99 persen kecamatan di Indonesia, setiap bulan ada lebih 100 juta pengguna aktif. “Kami 100 persen hanya membawa UMKM Indonesia,” kata Vice President Corporate Communication Tokopedia Nuraini Razak.
Meskipun tidak semua kebutuhan pembeli dapat dipenuhi dari produk dalam negeri, Nuraini berargumen dengan Tokopedia hanya membawa UMKM dan jenama lokal, pasar Indonesia sepenuhnya dinikmati pelaku usaha domestik dan ekonomi berputar di dalam negeri. Pun ketika GoTo melepas sahamnya ke publik, mungkin secara dual listing, pembeli pertama ditargetkan adalah masyarakat Indonesia, khususnya mitra pengemudi dan UMKM yang bertumbuh bersama GoTo.
Indonesia tengah memasuki periode bonus demografi dengan jumlah penduduk usia produktif mendominasi.
Indonesia tengah memasuki periode bonus demografi dengan jumlah penduduk usia produktif mendominasi. Meskipun tenaga kerja muda di bawah 30 tahun mengecil peluangnya mendapat penghasilan sebaik generasi sebelum pandemi, mereka konsumen potensial.
Pemerintah perlu membantu angkatan kerja yang lahir setelah tahun 1991 mendapat pekerjaan berkualitas dengan penghasilan baik agar menjadi kelas menengah kokoh.
Tugas pemerintah juga menumbuhkan wirausaha muda. Mereka didorong menggunakan sumberdaya lokal serta teknologi untuk meningkatkan daya saing dan ramah lingkungan, termasuk ekonomi sirkuler. Merekalah penghela pertumbuhan berkelanjutan ketika bonus demografi melandai.