Emas masih menjadi salah satu pilihan investasi paling menarik bagi masyarakat dari berbagai kalangan. Emas tergolong aman dan memiliki fluktuasi harga yang rendah.
Oleh
PRITA HAPSARI GHOZIE
·4 menit baca
Beberapa waktu lalu, saya membuka polling di platform Instagram mengenai bagaimana keluarga Minang mengatur keuangannya. Dari sekian ratus respons yang masuk, rupanya menjadikan emas sebagai alat investasi utama mereka. Bahkan, cukup banyak cerita lucu para tetuo yang masih menyimpan emas di bawah lantai keramik rumah, lumbung padi, ataupun lokasi nyentrik lainnya. Bagaimana dengan Anda? Apakah sudah siap memahami jenis aset investasi yang paling ramah untuk orang awam?
Sejak puluhan tahun lalu, masyarakat Indonesia sebenarnya sudah mengenal investasi melalui emas. Alasannya sederhana, apabila disimpan dalam bentuk uang kertas, kemungkinan besar akan terpakai untuk kebutuhan sehari-hari, seperti belanja harian atau jajan anak. Namun, jika disimpan dalam bentuk perhiasan emas, sudah pasti akan lebih sulit untuk membelanjakannya.
Dengan demikian, tak heran pada saat memiliki uang yang jumlahnya lebih banyak daripada biasanya, para perempuan pergi ke toko emas untuk membeli perhiasan senilai uang yang mereka miliki tersebut, lalu menyimpannya. Kemudian, suatu saat nanti saat dibutuhkan, perhiasan emas itu akan dijual kembali.
Menurut teori valuasi dari Aswath Damodaran di salah satu bukunya yang populer dan menjadi salah satu text book saya saat masa kuliah, emas termasuk ke dalam kelompok komoditas yang mudah untuk dihargai, tetapi lebih sulit divaluasi dibandingkan dengan aset keuangan seperti saham. Harga emas dipengaruhi berbagai hal, termasuk persediaan dan permintaan emas dunia. Lalu, untuk harga jual-beli di Indonesia tentu saja juga terpengaruh oleh nilai tukar rupiah dan dollar AS.
Emas termasuk ke dalam kelompok komoditas yang mudah untuk dihargai, tetapi lebih sulit divaluasi dibandingkan dengan aset keuangan, seperti saham.
Secara statistik, harga emas dalam jangka di atas lima tahun mengalami kenaikan. Sebagai contoh, harga emas dalam rupiah pada tahun 2015 di kisaran Rp 500.000 per gram, lalu menurun pada tahun 2016 ke kisaran Rp 450.000 per gram. Pada tahun 2020 bahkan mencapai kisaran Rp 1 juta per gram. Maka, emas masih menjadi aset investasi yang menarik bagi masyarakat.
Pengamatan saya, ada tiga alasan berbeda kenapa seorang investor memilih emas sebagai salah satu pilihan berinvestasi. Investor mungkin ingin melindungi nilai kekayaan atau ingin mencapai target saldo tertentu untuk memenuhi kebutuhan di masa depan. Bisa juga investor ingin mendapatkan keuntungan dari selisih harga beli dan harga jual kembali emasnya.
Sebagian lagi juga ada yang menggunakan emas untuk alternatif penyimpanan dana darurat. Lalu, bagaimana cara berinvestasi emas?
Pertama, membeli emas dalam bentuk fisik. Emas paling ideal untuk aset investasi dalam bentuk fisik adalah emas batangan dengan kadar emas 99,9 persen atau kerap dikenal dengan istilah logam mulia. Emas batangan tersedia dari ukuran kecil, yaitu 0,5 gram hingga ukuran besar, yaitu 1 kilogram. Harga pembelian emas batangan umumnya meliputi harga beli emas, harga cetak emas, dan harga sertifikat.
Emas paling ideal untuk aset investasi dalam bentuk fisik adalah emas batangan dengan kadar emas 99,9 persen atau kerap dikenal dengan istilah logam mulia.
Oleh sebab itu, semakin besar gram emas, semakin murah harga jualnya. Investasi emas dalam bentuk emas batangan membutuhkan surat atau sertifikat agar aset yang dibeli tersebut memiliki standar. Selain itu, pemilik juga membutuhkan penyimpanan yang aman.
Kedua, membeli emas dalam bentuk digital. Saat ini, ada beberapa platform yang khusus menjualbelikan emas dalam format digital. Saat berbicara tentang konsep emas digital, perlu dipahami skema jual-beli yang ditawarkan. Konsep pertama adalah menabung emas yang memberikan kesempatan masyarakat umum mengumpulkan terlebih dahulu gram emas sesuai kemampuan finansial tanpa harus menyimpan sendiri bentuk fisiknya.
Keamanan
Suatu hari nanti, investor dapat memegang fisik emas dengan cara melakukan proses cetak emas fisik. Adapun konsep jual-beli komoditas emas umumnya dilakukan para trader untuk berbagai tujuan, seperti lindung nilai atau hedging ataupun spekulatif untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi.
Lantas, bagaimana dengan keamanan emas digital yang diperdagangkan di bursa berjangka? Saat ini, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan telah mengeluarkan aturan yang harus dipatuhi semua penyedia layanan pembelian dan penjualan emas digital. Dengan demikian, syarat utama yang harus dipahami calon pembeli adalah hanya melakukan transaksi bersama dengan penyedia layanan yang telah mendapatkan lisensi dari Bappebti. Mekanisme perdagangan tersebut telah diatur melalui bursa berjangka dan semua transaksi akan diselesaikan melalui Lembaga Kliring Berjangka.
Meski membeli emas dalam bentuk perhiasan masih diminati, untuk keperluan investasi sangat disarankan beralih ke emas batangan.
Meski membeli emas dalam bentuk perhiasan masih diminati, untuk keperluan investasi sangat disarankan beralih ke emas batangan. Dalam perencanaan keuangan, emas adalah aset yang sangat sesuai dipergunakan oleh investor yang berprofil konservatif, moderat, dan agresif.
Bagi investor konservatif, emas tergolong aman dan memiliki fluktuasi harga yang rendah. Sementara bagi investor agresif, emas sangat sesuai menjadi penyeimbang portofolio sebagai aset safe haven. Namun, pastikan investor telah memiliki dana darurat minimal tiga kali pengeluaran rutin bulanan sebelum berinvestasi.
Jadi, sudah siap berinvestasi emas? Live a beautiful life!