Harga Emas Diprediksi Tetap Cemerlang hingga Akhir Tahun
Harga emas diprediksi masih akan tinggi hingga akhir tahun 2020 dengan belum membaiknya pandemi dan potensi penguatan dollar AS. Emas pun tetap menjadi andalan masyarakat untuk berinvestasi.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Harga emas diprediksi masih akan tinggi hingga akhir tahun 2020 dengan belum membaiknya pandemi dan potensi penguatan dollar AS. Emas pun tetap menjadi andalan masyarakat untuk berinvestasi jangka pendek ataupun jangka panjang.
Kendati fluktuatif, harga emas masih tinggi sejak Covid-19 diumumkan menjadi pandemi pada Maret 2020. Sempat mencapai rekor tertinggi pada angka 2.072 dollar AS per troy ounce pada 7 Agustus 2020, harga emas spot sepanjang tahun sampai hari ini tumbuh 27 persen dari sekitar 1.500 dollar AS per troy ounce menjadi 1.900 dollar AS per troy ounce .
Mengutip situs Logam Mulia, harga logam mulia emas Antam juga tumbuh 30,73 persen dari Rp 771.000 per gram pada awal tahun menjadi Rp 1.008.000 per gram per hari ini, Selasa (20/10/2020), dengan harga jual kembali (buyback) sebesar Rp 901.000 per gram. Adapun harga jual emas Antam mencapai rekor Rp 1.065.000 per gram pada triwulan III-2020.
”Harga emas masih bisa cetak rekor baru, tetapi enggak seekstrem di Agustus kemarin,” kata analis dan Manajer Bisnis Indosukses Futures, Suluh Adil Wicaksono, saat dihubungi Kompas.
Meski penurunan harga mungkin akan terjadi, Suluh menilai, pelemahan harga sampai akhir tahun ini tidak akan sampai ke level Rp 800.000 per gram. Beberapa hal menjadi faktornya, seperti gelombang kedua infeksi Covid-19 di berbagai belahan dunia dan belum dimulainya vaksinasi. Alasan tersebut bisa meningkatkan permintaan emas dan menaikkan harganya.
Penguatan dollar AS yang meningkatkan harga emas juga diprediksi akan terjadi selama masa pemilihan umum presiden AS.
Investasi
Suluh menilai, emas masih akan menjadi komoditas yang paling dipilih masyarakat untuk investasi jangka pendek ataupun jangka panjang. Hal ini dibuktikan dengan tren nilai emas yang tidak seburuk komoditas atau produk investasi umum lainnya.
”Emas bisa menjadi salah satu komoditas yang diandalkan selama pandemi, selain perak atau produk investasi yang masih menjanjikan, seperti surat utang negara atau obligasi. Sementara produk lain, seperti properti, masih stagnan, saham rawan koreksi, bunga deposito juga makin rendah,” tuturnya.
Untuk investasi jangka pendek, ia menyarankan agar masyarakat membeli emas saat harga per gram sudah di bawah Rp 1 juta dan menjual saat harga naik. Adapun untuk jangka panjang, menurut dia, tidak ada kata terlambat untuk mencicil atau menabung dari sekarang atau membeli emas dalam jumlah besar agar lebih murah.
Inisiatif untuk berinvestasi emas selama pandemi dilakukan warga, salah satunya Marlina (26). Karyawan swasta di Jakarta itu mencoba berinvestasi dengan skema menabung emas yang difasilitasi e-dagang sejak Juni 2020.
”Sebelumnya, saya ragu untuk investasi emas. Tetapi, setelah mempertimbangkan alat investasi lain, di masa krisis ini emas paling positif dan berisiko rendah,” ujarnya.
Ibu rumah tangga, seperti Hikmah (28), di Yogyakarta, juga mempertimbangkan untuk berinvestasi emas sejak awal pandemi. Perhiasan emas lebih dipilihnya daripada logam mulia karena mudah dibeli.
”Saya juga punya niatan untuk menjadikan emas sebagai tabungan buat anak-anak sekolah nanti,” katanya.
Dengan kenaikan harga emas yang signifikan dibandingkan saham, pekerja swasta, seperti Abdullah (35), juga cenderung menahan diri untuk menjual emasnya. Saat ini, emas yang dia beli dalam bentuk batangan menempati sekitar 40 persen portofolio investasinya.
”Setiap bulan, saya menyisakan sisa gaji untuk membeli emas batangan atau koin dinar 24 karat. Selebihnya, dihabiskan untuk aset usaha sampingan dan investasi di pasar modal,” katanya.