Tren Pasar Properti Membaik
Harga properti hunian cenderung turun di tengah suplainya yang cenderung meningkat pada triwulan I-2021. Peluang masyarakat memiliki rumah makin besar dengan adanya stimulus pemerintah. Pasar properti dinilai membaik.
JAKARTA, KOMPAS — Peluang masyarakat membidik properti dinilai makin besar dengan adanya sejumlah insentif yang digulirkan pemerintah. Suplai properti cenderung meningkat, sementara harga properti cenderung turun.
Hasil survei Rumah.com Indonesia Property Market Index (RIPMI) memperlihatkan indeks harga properti hunian tercatat 110,3 pada triwulan I-2021 atau turun 2 persen secara tahunan. Indeks harga properti juga turun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yakni turun 0,4 persen. Penurunan indeks harga properti hunian antara lain di DKI Jakarta, yakni 0,4 persen, DI Yogyakarta 4,21 persen, dan Jawa Timur 1,64 persen.
Indeks harga apartemen tercatat 109,9 atau turun 5,3 persen secara tahunan serta turun 2,3 persen secara bulanan. Adapun indeks harga properti untuk rumah tapak 116,3 atau naik 0,5 persen secara tahunan dan tumbuh 0,6 persen dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
”Turunnya indeks harga properti hunian ini lebih terlihat pada segmen apartemen,” ujar Country Manager Rumah.com Marine Novita, dalam Review Property Market Q1 2021 di Tengah Upaya Kebangkitan Ekonomi Nasional, secara daring, Selasa (25/5/2021). RIPMI merupakan hasil analisis dari 600.000 listing properti dijual dan disewa dari seluruh Indonesia, serta diakses oleh sekitar 5,5 juta pencari properti setiap bulan.
Di sisi lain, pasokan hunian cenderung meningkat. RIPMI mencatat indeks suplai properti 178,2 atau naik 8,4 persen dibandingkan dengan triwulan IV-2020. Pertumbuhan suplai didorong oleh rumah tapak yang tumbuh 9,3 persen, sedangkan suplai apartemen turun 1,6 persen dibandingkan dengan triwulan IV-2020. Pasokan hunian didominasi di wilayah Jabodetabek, yakni mencapai 32 persen, diikuti Jawa Barat yang mencapai 30 persen dan Banten 17 persen.
Baca Juga: Investor Kembali Melirik Properti
Marine menilai harga properti hunian yang turun di tengah suplainya yang meningkat tajam merupakan peluang baik bagi konsumen untuk memiliki rumah. Selain itu, kebijakan insentif fiskal dari pemerintah dan perbankan memberikan kemudahan bagi konsumen untuk mendapatkan rumah idaman. Meskipun demikian, tingkat suku bunga kredit KPR dalam setahun terakhir baru turun di kisaran 8 persen, jauh di atas suku bunga acuan yang 3,5 persen.
”Bagi konsumen yang telah memiliki kesiapan, saat ini merupakan waktu yang tepat untuk mengambil langkah membeli properti. Suplai sedang banyak, sedangkan harga sedikit terkoreksi,” kata Marine.
Marine menambahkan, RIPMI juga memperlihatkan kenaikan tren pencarian rumah. Sebanyak 56 persen pencarian rumah pada situs Rumah.com didominasi segmen harga di bawah Rp 1 miliar per unit, sedangkan 22 persen pencarian dilakukan untuk rentang harga Rp 1,5 miliar-Rp 4 miliar per unit.
Asisten Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia Dhaha P Kuantan mengemukakan, tren konsumsi belanja rumah tangga berangsur membaik. Indeks nilai belanja masyarakat berpendapatan menengah dan bawah sudah menembus 100.
Secara spasial, indeks nilai belanja membaik di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi mulai pulih menuju level sebelum pandemi Covid-19. Adapun minat pembelian properti cenderung membaik yang ditandai dengan pembelian produk rumah yang belum dibangun utuh (inden).
Baca Juga: Pasar Hunian 2021 Ditopang Kelas Menengah
Pemerintah mendorong sektor properti pulih lebih cepat karena memiliki peran strategis dan dampak multiefek terhadap 173 industri terkait properti. Bauran kebijakan melalui insentif fiskal bertujuan memajukan sektor properti karena kebangkitan sektor ini diyakini mendorong pemulihan ekonomi.
Stimulus pembiayaan perumahan, antara lain pelonggaran rasio pinjaman terhadap nilai (LTV/FTV) rumah hingga 100 persen atau uang muka kredit rumah nol persen. Selain itu, mulai Maret 2021, pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah (PPN-DTP) sebesar 50-100 persen untuk penjualan rumah siap huni. Pelonggaran juga diberikan untuk kredit pemilikan rumah (KPR) inden, yakni menghapus ketentuan tentang kewajiban pencairan bertahap untuk pemilikan properti yang belum tersedia utuh, serta besaran maksimum dalam pencairan bertahap.
Dhaha menambahkan, sebagian bank dinilai telah melakukan pelonggaran LTV dan penyesuaian ketentuan DP nol persen terhadap debitur yang memiliki kualitas baik ataupun developer besar. Hasil survei juga menunjukkan beberapa bank besar telah melonggarkan pencairan bertahap KPR inden terhadap developer besar atau developer yang sudah bekerja sama dengan pihak bank.
Ia memprediksi permintaan properti akan terus meningkat, termasuk di segmen konsumen milenial. Dampak pandemi mendorong kebutuhan rumah sehingga menabung untuk membeli properti menjadi salah satu prioritas ke depan. ”Ke depan, penjualan properti berpotensi semakin meningkat,” kata Dhaha.
Baca Juga: Rumah Tapak Kian Bergeliat
Managing Director Strategic Business & Services Sinar Mas Land Alim Gunadi meyakini pasar properti akan terus membaik, terutama karena masih ada kekurangan rumah 11 juta unit di Indonesia. Ia menilai ada empat unsur penggerak properti, yakni pasar kelompok milenial yang terus berkembang, stimulus pemerintah, optimisme konsumen terhadap distribusi vaksinasi Covid-19 untuk mendorong pemulihan ekonomi, serta pandemi Covid-19 yang mendorong konsumen bekerja dari rumah dengan akses digital.
Adapun stimulus properti yang besar merupakan momentum bagi konsumen untuk membeli properti dengan harga diskon. Perbankan memberikan tingkat suku bunga kredit terendah dalam 10 tahun terakhir, sedangkan beberapa pengembang juga memberikan stimulus tambahan, seperti BPHTB. ”Saat ini adalah waktunya membeli,” kata Alim.
Ia menambahkan, dampak pandemi Covid-19 mendorong kebutuhan properti bergeser, yakni hunian yang memiliki fasilitas ruang terbuka hijau, kawasan hunian yang tidak padat, aspek kesehatan serta mendukung kegiatan bekerja dan belajar di rumah. Pengembang dinilai perlu berinovasi menciptakan pasar, yakni model perumahan yang lebih fungsional sesuai kebutuhan pasar, serta demografi usia dan pendapatan konsumen.
Pasar properti yang diprediksi terus membaik juga mendorong PT Adhi Commuter Property, anak usaha PT Adhi Karya Tbk, melakukan penawaran saham perdana (IPO) pada akhir tahun ini untuk pengembangan bisnis. Salah satu proyek properti unggulan ACP adalah LRT City.
Direktur Operasi 2 PT Adhi Karya Tbk Pundjung Setya Brata menilai pasar properti sudah membaik sehingga IPO dijadwalkan akan berlangsung akhir tahun ini. PT ACP juga sudah menyiapkan obligasi senilai Rp 500 miliar untuk penguatan bisnis dan terserap pasar seluruhnya. Hal itu menunjukkan respons pasar yang sangat positif.
”Akhir tahun ini, kami harapkan bisa IPO sekitar 30 persen,” kata Pundjung, dalam konferensi pers Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan PT Adhi Karya Tbk Tahun 2020, secara daring, Selasa (25/5/2021).
Baca Juga: Bunga Acuan Rendah Percepat Pemulihan
PT Adhi Karya Tbk menargetkan perolehan kontrak baru tahun ini senilai Rp 24 triliun-Rp 25 triliun atau naik 20 persen dari perolehan tahun lalu. Hingga April 2021, realisasi perolehan kontrak baru berkisar Rp 3,5 triliun. Adapun laba bersih pada 2020 tercatat sebesar Rp 23,98 miliar.
”Laba yang dibagikan tidak terlalu besar sehingga keseluruhan laba itu dijadikan cadangan,” kata Direktur Utama Adhi Karya Entus Asnawi Mukhson.
Selama tahun 2020, ADHI mencatat perolehan kontrak baru sebesar Rp 21,1 triliun (di luar pajak), atau naik sebesar 43,5 persen dibandingkan dengan tahun 2019 sebesar Rp14,7 triliun (di luar pajak). Kontribusi per lini bisnis pada perolehan kontrak baru selama tahun 2020 meliputi lini bisnis konstruksi dan energi sebesar 94 persen, properti sebesar 5 persen, dan sisanya merupakan lini bisnis lain.