Pemerintah Raih Rp 13,32 Triliun dari Samurai Bond
Sekitar 70 persen dari total penerbitan surat utang Samurai Bond berada pada tenor 5 tahun ke atas. Berkurangnya dominasi tenor pendek dinilai mencerminkan kepercayaan investor terhadap fundamental ekonomi Indonesia.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·4 menit baca
Kompas
Karyawan memantau pergerakan pasar uang dan obligasi di Global Market Bank Permata, Jakarta, beberapa waktu lalu.
JAKARTA, KOMPAS — Kepercayaan investor terhadap fundamental ekonomi Indonesia dinilai meningkat. Hal itu tecermin dari hasil penjualan surat utang negara atau SUN dalam denominasi yen Jepang yang dikenal dengan nama Samurai Bond. Secara akumulasi, pemerintah meraup total Rp 13,22 triliun dari penerbitan Samurai Bond.
Berdasarkan keterangan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, pemerintah mengumumkan penerbitan Samurai Bond untuk kedua kalinya selama masa pandemi sejak Juli 2020.
Penerbitan Samurai Bond kembali mencetak benchmark size sebesar 100 miliar yen Jepang atau sekitar Rp 13,22 triliun. Jumlah itu diperoleh dari enam seri yang diterbitkan, yaitu seri RIJPY0524, RIJPY0526, RIJPY0528, RIJPY0531, RIJPY0536, dan RIJPY0541.
Dalam keterangan yang diterima Kompas, Sabtu (22/5/2021), Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Deni Ridwan menjelaskan, penerbitan Samurai Bonds ditujukan untuk pembiayaan defisit APBN 2021, termasuk untuk penanganan Covid-19 dan upaya pemulihan ekonomi nasional.
Penerbitan Samurai Bonds ditujukan untuk pembiayaan defisit APBN 2021, termasuk penanganan Covid-19 dan upaya pemulihan ekonomi nasional.
”Sekitar 70 persen dari total nominal penerbitan Samurai Bond berada pada tenor 5 tahun ke atas. Berkurangnya dominasi tenor pendek ini mencerminkan kepercayaan investor terhadap fundamental ekonomi Indonesia,” kata Deni.
Samurai Bond seri RIJPY0524, bertenor tiga tahun dengan tingkat kupon 0,33 persen, memiliki nominal penerbitan 29 miliar yen Jepang. Sementara seri RIJPY0526 bertenor lima tahun dengan kupon 0,57 persen dan memiliki nominal penerbitan 46,8 miliar yen Jepang.
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO (DJPPR) KEMENTERIAN KEUANGAN
Detail 6 Seri Samurai Bond
Kemudian seri RIJPY0528 bertenor tujuh tahun dengan kupon 0,7 persen dengan nominal penerbitan 1,2 miliar yen Jepang. Adapun seri RIJPY0531 mendapat 18,2 miliar yen Jepang dengan tenor selama 10 tahun dan tingkat kupon 0,89 persen.
Untuk seri RIJPY0536 mendapatkan 2,5 miliar yen Jepang dengan tingkat kupon 1,17 persen dan tenor selama 15 tahun. Terakhir, seri RIJPY0541 memiliki tenor paling lama, yaitu 20 tahun, dengan kupon 1,44 persen, dan punya nominal penerbitan 2,3 miliar yen Jepang.
Adapun sebelum transaksi ini dilakukan, pemerintah telah menyelenggarakan promosi dalam format safari (roadshow) dengan model pertemuan grup virtual (online group meeting) maupun pertemuan satu lawan satu (one-on-one meeting) antara pemerintah dan investor Jepang secara virtual.
Minat investor yang tinggi, lanjut Deni, bakal membuat serapan Samurai Bond yang segera dirilis pemerintah tetap terjaga. Terlebih saat ini kontrak derivatif swap (credit default swap/CDS) Indonesia cenderung menurun dan berada di level yang rendah.
CDS sendiri memungkinkan investor untuk menukar atau mengimbangi risiko kreditnya dengan risiko investor lain. Semakin rendah level CDS, menunjukkan ekspektasi risiko investasi yang semakin rendah pula pada instrumen surat utang suatu negara.
Penuhi target
Dihubungi secara terpisah, Head of Economic Research Pefindo Fikri C Permana mengatakan, pemerintah memiliki target penerbitan surat utang yang harus dipenuhi dan obligasi dalam mata uang asing dapat menjadi diversifikasi yang menarik bagi pasar, khususnya investor global.
”Di awal tahun pemerintah sudah menerbitkan obligasi berdenominasi dollar AS dan euro. Jadi, memang sudah waktunya juga diversifikasi dengan melakukan penerbitan dalam mata uang lain, ditambah lagi tenor Samurai Bond lebih panjang,” ujarnya.
KOMPAS/PRIYOMBODO
Ilustras. Pemerintah membuka penjualan Obligasi Negara Ritel seri 10 (ORI010) melalui 20 agen resmi seperti terlihat di bank Mandiri, Jakarta, Jumat (20/9/2018).
Menurut Fikri, saat ini nilai tukar rupiah relatif stabil sehingga tidak ada salahnya menerbitkan SUN denominasi yen Jepang. Apalagi dari sisi imbal hasil, tren pasar keuangan di Jepang juga lebih rendah dibandingkan Indonesia sehingga biaya dana cost of fund bisa ditekan.
Dari sisi penyerapan, Fikri menilai Jepang merupakan salah satu pasar yang menjanjikan dengan pembeli, antara lain dari pengelola dana pensiun Jepang dan Bank Korporasi Internasional Jepang (Japan Bank of International Cooperation/JIBC).
”Terlepas ada tidaknya pandemi, dana pensiun Jepang sangat mencari imbal hasil negara-negara yang paling kompetitif, bisa dapat kupon positif saja sudah bagus dibanding imbal hasil di negara mereka yang negatif,” kata Fikri.
Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas Ariawan mengatakan, penerbitan Samurai Bond dinilai cukup tepat mengingat kondisi suku bunga rendah, termasuk Jepang. Menurut dia, minat investor dari Jepang terhadap beragam jenis obligasi global dari Indonesia akan cukup baik karena potensi keuntungan yang besar.
”Kalau investor Jepang melihat ada instrumen lain yang menawarkan imbal hasil lebih besar dibandingkan dengan yang ditawarkan emiten-emiten lokal Jepang, mereka pasti akan memilih aset tersebut, salah satunya Samurai Bond Indonesia,” ujar Ariawan.