Petani berharap pemerintah, melalui Perum Bulog, merealisasikan janji menyerap dan mengoptimalkan pengadaan beras dari produksi dalam negeri. Cara ini dinilai efektif mengangkat harga gabah yang anjlok di tingkat petani.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Petani berharap Perum Bulog lebih agresif menyerap gabah dan beras sebagai wujud realisasi janji pemerintah menyerap produksi dalam negeri. Dengan demikian, harga jual gabah di tingkat petani terangkat.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, harga gabah di tingkat petani pada April 2021 mencapai Rp 4.275 per kilogram gabah kering panen (GKP). Berdasarkan data rata-rata bulanan, harga pada April 2021 merupakan yang terendah sejak Mei 2016.
Menurut Ketua Umum Perkumpulan Insan Tani dan Nelayan Indonesia (Intani) Guntur Subagja, panen raya musim ini diliputi hujan sehingga meningkatkan kandungan air dan menekan harga gabah. ”Petani sulit mengeringkan gabah,” ujarnya, Kamis (6/5/2021).
Berdasarkan data BPS, rata-rata nasional kadar air GKP pada April 2021 di tingkat petani mencapai 19,79 persen. Angka itu di atas standar penyerapan yang 14 persen. Namun, relatif lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata kadar air gabah pada April 2020 yang tercatat 20,12 persen.
Guntur menilai, anjloknya harga gabah pada Maret-April 2021 turut dipengaruhi oleh wacana impor beras yang memengaruhi psikologi pasar. Di tengah situasi itu, Perum Bulog belum cukup agresif menyerap gabah ataupun beras petani. Padahal, penyerapan Perum Bulog jadi wujud komitmen Presiden Joko Widodo menyerap hasil panen petani.
Sebelumnya, setelah hampir sebulan menuai pro-kontra, Presiden memastikan tidak ada impor beras, setidaknya hingga Juni 2021. Kepala Negara juga telah memerintahkan Menteri Keuangan menyiapkan anggaran yang diperlukan untuk menyerap beras petani (Kompas, 27/3/2021).
Sekretaris Perum Bulog Awaludin mengatakan, perusahaan tetap berupaya menjaga harga di tingkat petani berada di atas harga pembelian pemerintah (HPP), yakni Rp 4.200 per kg untuk GKP.
”Kami siap membeli (gabah/beras dari petani). Gudang kami cukup. Di lapangan, kami memperkuat koordinasi dengan kelompok tani. Apabila ada harga di bawah HPP, kami akan mendapatkan pemberitahuan dari mereka. Harapannya, petani tidak menjual gabah atau beras di bawah HPP,” ujarnya.
Sejak awal 2021 hingga Kamis (6/5/2021), realisasi pengadaan dalam negeri mencapai 627.000 ton setara beras. Stok beras yang dikelola Bulog mencapai 1,36 juta ton. Sepanjang Januari-April 2021, realisasi penyerapan Bulog dari dalam negeri sebanyak 569.000 ton. Jika dibandingkan, realisasi penyerapan pada periode sama tahun 2019 dan 2020 masing-masing mencapai 321.132 ton dan 176.148 ton.
Sebelumnya, Perum Bulog merencanakan penyaluran beras untuk aparatur sipil negara serta anggota TNI-Polri dengan anggaran negara. Menurut Awaludin, rencana tersebut sedang didiskusikan dengan Kementerian Keuangan.
Terkait dengan situasi harga gabah, Ketua Kelompok Tani Mekarsari II Desa Pasirmulya, Kecamatan Majalaya, Saepudin berharap harga jual bisa lebih tinggi dari HPP. ”Jangan sampai harga jatuh di bawah standar,” ujarnya.
Menurut Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Indramayu Sutatang, harga gabah anjlok hingga Rp 3.500 per kg GKP pada pertengahan April 2021. Penyebabnya, selain panen raya, juga wacana impor beras. Harga gabah tertekan karena beras di pasar melimpah, sementara penyerapannya rendah. (MEL/IKI)