Presiden Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Capai 7 Persen pada Kuartal II
Kendati pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terkontraksi, Presiden Jokowi optimistis ekonomi akan tumbuh pada kuartal II sebesar 7 persen. Asalkan pertumbuhan ekonomi bisa dijaga dan pandemi Covid-19 terus dikendalikan.
Oleh
Nina Susilo dan Suhartono
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kendati pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terkontraksi, tren yang membaik disambut optimisme pemerintah. Presiden Joko Widodo optimistis ekonomi tumbuh pada kuartal II sebesar 7 persen. Asalkan pertumbuhan ekonomi disertai dengan menahan laju pandemi Covid-19.
Namun, tren ini perlu diiringi kewaspadaan dan perbaikan penanganan pandemi Covid-19. Tanpanya, pemulihan ekonomi akan kembali ambruk, bahkan kontraksi lebih dalam bisa terjadi.
”Saya optimistis ekonomi tumbuh 7 persen pada kuartal II tahun ini karena surplus perdagangan yang meningkat, seperti ditandai dengan ekspor dan impor yang terkendali,” ujar Presiden Jokowi saat menerima Tim Litbang Kompas, yang didampingi Pemimpin Redaksi Kompas, di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (5/5/2021).
Hal senada diungkapkan Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Arif Budimanta kepada wartawan. ”Presiden Jokowi optimis perekonomian Indonesia akan kembali tumbuh positif pada kuartal kedua dan kuartal berikutnya di tahun 2021,” tuturnya.
Saya optimistis ekonomi tumbuh 7 persen pada kuartal II tahun ini karena surplus perdagangan yang meningkat, seperti ditandai dengan ekspor dan impor yang terkendali.
Optimisme menyambut tren pertumbuhan ekonomi Indonesia yang membaik kendati masih kontraksi di triwulan pertama 2021 ini. Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto dalam keterangan pers secara daring, Rabu (5/5), menyebutkan pada triwulan pertama 2021, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih minus 0,74 persen yoy.
Namun, tren pertumbuhan ekonomi dinilai membaik. Sebab, di triwulan kedua 2020 ketika pertama kali pandemi berdampak, pertumbuhan ekonomi minus 5,32 persen, triwulan ketiga 2020 minus 3,49 persen, dan triwulan keempat 2020 minus 2,19 persen.
Karena itu, diproyeksikan pertumbuhan di triwulan kedua, ketiga, dan keempat tahun ini akan positif.
Pelonggaran mobilitas orang
Direktur Eksekutif CORE Mohammad Faisal mengingatkan, perbaikan pertumbuhan ekonomi ini sejalan dengan pelonggaran mobilitas orang. Saat PSBB diberlakukan sangat ketat, pertumbuhan ekonomi di triwulan kedua 2020 minus 5,32 persen.
Namun, pelonggaran mobilitas ini perlu diimbangi dengan kehati-hatian dalam penerapan protokol kesehatan 3M dan penguatan 3T atau pengetesan, pelacakan, dan penanganan pasien. ”Ketegasan pemerintah dalam menegakkan protokol kesehatan berpengaruh pada keberlanjutan pertumbuhan ekonomi ini sendiri. Sebab, belajar dari India, Turki, Brasil, semua kembali ke second wave yang lebih parah dan dampaknya kembali ke ekonomi,” tutur Faisal.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia memang beranjak pelan ketimbang China yang triwulan pertama ini tumbuh 18,3 persen, Vietnam yang sekitar 4 persen, Singapura yang juga sudah 0,2 persen. Namun, menurut Faisal, kenaikan yang perlahan ini masih lebih baik demi mencegah terjadinya lonjakan kasus baru yang bisa berdampak lebih parah pada ekonomi.
Ketegasan pemerintah dalam menegakkan protokol kesehatan berpengaruh pada keberlanjutan pertumbuhan ekonomi ini sendiri. Sebab, belajar dari India, Turki, Brasil, semua kembali ke second wave yang lebih parah dan dampaknya kembali ke ekonomi”
Penegakan disiplin protokol kesehatan perlu dikuatkan kembali. Pemerintah juga perlu menggencarkan 3T sembari melanjutkan program vaksinasi. Apalagi, saat ini varian-varian baru virus SARS-CoV-2 sudah ada di Indonesia dan transmisi lokal sudah terjadi.
Presiden Joko Widodo tampak menyadari risiko ini. Dalam Pembukaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional 2021, Selasa (4/5/2021) di Istana Negara, Jakarta, Presiden menegaskan, pengendalian Covid-19 adalah fondasi.
Di sisi lain, percepatan belanja pemerintah, terutama bansos dan program padat karya, serta belanja masyarakat harus didorong. Selain itu, Presiden mendorong supaya APBD segera direalisasikan. Sebab, akhir Maret lalu, masih ada Rp 182 triliun anggaran provinsi, kabupaten, kota yang masih mengendap di bank.
Dengan kerja sama yang solid dari banyak pihak tersebut, menurut Arif, konsumsi masyarakat dapat tumbuh tinggi tanpa kembali terganggu dengan pengetatan pembatasan sosial; pembangunan pun dapat terus berjalan dan mendatangkan investasi. Hal ini diperkuat belanja pemerintah yang ekspansif melalui berbagai program Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional yang pada 2021 ini mencapai Rp 699,43 triliun. Semua ini diyakini akan membuat target pertumbuhan positif pada triwulan II-2021 dapat dicapai.
Faktor eksternal yang dinilai turut mendorong penguatan ekonomi Indonesia adalah pemulihan ekonomi beberapa mitra dagang Indonesia. ”Beberapa negara mitra dagang utama Indonesia, seperti China (18,3 persen), Amerika (0,4 persen), dan Singapura (0,2 persen), sudah memasuki fase pertumbuhan positif. Ini diyakini bisa memperkuat permintaan ekspor Indonesia ke negara-negara tersebut,” tuturnya.