Pariwisata Anjlok, Banyak Agen Perjalanan Beralih Usaha
Selain menjadi yang paling awal terdampak pandemi, agen perjalanan menjadi pelaku usaha yang paling sulit bangkit di tengah pandemi. Beralih usaha pun dilakukan agar tetap bisa bertahan.
JAKARTA, KOMPAS — Selain menjadi yang paling awal terdampak penyebaran virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19, agen perjalanan menjadi pelaku usaha yang paling sulit bangkit di tengah pandemi. Beralih usaha pun dilakukan agar tetap bisa bertahan.
Adib, pendiri dan pengelola operator perjalanan kecil di Jakarta yang ikut terpukul pandemi, mencoba peruntungan usaha di bidang transportasi pada awal 2021. Upaya ini dilakukan karena masih suramnya geliat pariwisata di dalam negeri.
”Dua bulan terakhir saya coba jalanin penyewaan mobil. Ini terpaksa saya lakukan karena banyak masalah di usaha pariwisata akibat pandemi,” ujarnya di Jakarta, Selasa (20/4/2021).
Usaha operator perjalanan yang digeluti Adib sebelum pandemi adalah membantu agen perjalanan besar mencari klien untuk wisata di dalam dan luar negeri.
Sebelum pandemi, Adib bisa mendapatkan puluhan hingga ratusan wisatawan setiap bulan. Ia pun bisa mengantongi jutaan rupiah per bulan dari usaha yang telah dimulainya pada 2016. Sayangnya, sejak Mei 2020 usahanya lumpuh total.
Dengan tiga mobil pribadinya, ia memanfaatkan peluang yang ada. Peluang yang baru dirintis ini tidak hanya untuk membantu menghasilkan pendapatan pribadi, tetapi juga untuk tetap menggerakkan kegiatan mobilitas dan pariwisata.
”Mobil yang saya sewakan banyak dimanfaatkan masyarakat yang butuh transportasi untuk pulang ke kampung halaman atau berlibur dengan perjalanan darat dan staycation. Jadi, dengan usaha ini saya bisa ikut juga bantu menggerakkan pariwisata, tentunya masih dengan terus mengikuti kebijakan pemerintah,” tuturnya.
Baca juga: Mudik Dilarang, Bisnis Wisata di Kota-kota Besar Bakal Marak
Usaha baru yang dijalankan agen perjalanan Wesly Tour and Travel pun ternyata mengarah pada kebangkitan ekonomi pariwisata. Akhir Februari 2021, Mercy Dewi Putri Panggabean, pemilik agen tersebut, mulai menangani permintaan produk fashion wanita berbahan kain ulos Batak.
Usaha ini dilakukan untuk mengisi kekosongan karena belum pulihnya bisnis pariwisata di dalam negeri, khususnya di Sumatera Utara. Bulan lalu, ia bahkan terpaksa menutup kantornya dan bertahan hanya dengan usaha hotel 28 kamar di Medan, Sumatera Utara.
Mercy bercerita, awalnya permintaan itu datang ketika ia memakai tas dari kain ulos dalam sebuah acara pariwisata pada Oktober 2020. Tas yang ia kreasikan sendiri ternyata diminati banyak orang sehingga ia mencoba membuat lebih banyak tas untuk diperkenalkan.
”Awalnya ketika ada yang pesan, saya tidak merespons. Setelah dipikir, saya kira ini jadi peluang, apalagi masih ada hubungannya sama pariwisata. Karena semakin banyak permintaan, saya cari lebih banyak kain ulos dari perajin, buat model, lalu produksi dengan penjahit sendiri,” kata Mercy.
Ia pun kini telah memproduksi puluhan set tas, dompet, dan masker berbahan ulos. Produk tersebut ia jual dengan harga sekitar Rp 250.000. Harga yang terjangkau dijaga dengan membeli kain ulos tradisional yang ada dan memberdayakan karyawan bisnis utamanya. Hal ini juga untuk memastikan peminat dengan daya beli terbatas dapat mampu membeli.
Dengan prospek bisnis yang ada, Mercy pun berencana membuat galeri produk kreatif tersebut. Selain membuat satu galeri di hotelnya di Medan, ia juga berencana membuka galeri di Jakarta dan Pekanbaru. Galeri ini direncanakan tidak hanya menjual barang, tetapi juga cerita.
”Dengan membuka galeri, saya berpikir ini bisa jadi pancingan agar orang mau mengenal ulos beserta budaya dan sejarahnya. Ini juga saya harap bisa jadi pancingan agar orang mau datang berwisata ke Sumatera Utara setelah pandemi reda,” tuturnya.
Kebangkitan pariwisata
Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Didin Junaedi mengatakan, sekitar 80 persen operator atau agen perjalanan beralih usaha untuk bertahan di tengah pandemi. Ia pun memohon agar mereka kembali bangkit untuk memulihkan pariwisata dalam negeri.
Survei Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) pada sekitar 180 anggotanya menyebutkan bahwa 41,7 persen masih mencoba usaha baru dan 26,5 persen lainnya sudah mencoba usaha baru selama pandemi. Ini dilakukan seiring agen perjalanan terpaksa mengurangi atau menonaktifkan karyawannya (81,2 persen) dan menutup operasional kantor (37, 6 persen).
Astindo pun mencoba berbagai upaya untuk membangkitkan kembali bisnis agen perjalanan. Kendati belum bisa memasarkan produk wisata secara maksimal, Sekretaris Jenderal Astindo Pauline Suharno mengatakan, mereka membatu para anggotanya untuk berjualan, di antaranya dengan masuk ke pasar e-dagang.
”Kita menjalin kerja sama dengan salah satu e-dagang agar teman-teman travel agent dapat memasarkan produk ritel secara daring. Setiap bulan, kita membuat promo tematik yang berbeda-beda. Agen bisa mengunggah produk unggulan masing-masing dan konsumen bisa mendapat potongan harga khusus yang disubsidi oleh platform e-dagang,” katanya.
Di tengah berbagai aturan pembatasan perjalanan yang dibuat pemerintah, Astindo juga mencari celah dengan bekerja sama dengan beberapa fasilitas kesehatan terkait kebutuhan perjalanan di tengah pandemi. Strategi ini jadi satu cara untuk memberi tambahan keuntungan bagi agen perjalanan.
Baca juga: Protokol Kesehatan dan Wisata yang Belum Sejalan
Pelaku industri pariwisata didorong untuk ikut memfasilitasi layanan kesehatan dan protokol kesehatan yang baik guna mempercepat pemulihan pandemi. Hal ini juga disampaikan Didin dalam acara deklarasi melawan pandemi Covid-19 yang diselenggarakan di Jakarta, kemarin.
”Ada pula harapan kepada pemerintah agar melanjutkan pemberian bantuan dan dukungan dengan sasaran yang lebih tepat,” imbuhnya di hadapan para pelaku industri terkait pariwisata dan jajaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, pemerintah berkomitmen membantu menyiapkan destinasi wisata yang memenuhi unsur-unsur kebersihan, kesehatan, keamanan, dan keberlangsungan lingkungan.
”Dengan komitmen tersebut diharapkan dapat menciptakan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan. Itulah komitmen nyata kita semua di sini, harapannya secara konkret pariwisata menjadi lebih berkualitas karena saat pandemi ini jadi kesempatan bagi kita untuk berbenah dan pulih lagi,” kata Sandiaga.