Tanaman Komoditas yang Terdampak Bencana di Adonara Mulai Didata
Pemerintah Kabupaten Flores Timur terus melakukan pendataan termasuk tanaman warga Pulau Adonara yang rusak setelah diterjang siklon seroja, sekaligus membuka kesempatan bagi warga untuk melaporkan kerugiannya.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
LARANTUKA, KOMPAS - Belum terhitung total kerugian akibat longsor dan banjir bandang yang menerjang areal tanaman komoditas milik warga Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Ada warga yang mengaku rugi hingga ratusan juta rupiah. Pemerintah membuka ruang bagi warga untuk melaporkan kondisi itu agar ditindaklanjuti.
Menurut pantauan Kompas di sisi jalan yang menghubungkan Desa Pandai dan Desa Demondei di Kecamatan Wotan Ulumado pada Rabu (14/4/2021), banyak tanaman komoditas seperti kemiri, kakao, coklat, vanili, dan pinang dalam kondisi pata, tumbang, dan tercerabut dari akarnya. Bahkan, ada lahan tertentu yang tanahnya longsor bersama tanaman.
Lahan tanaman itu kebanyak berada di tebing dan di dekat daerah aliran sungai. Longsor dan banjir bandang menyeret semua tanaman. Jalan yang menghubungkan dua desa itu pun putus. Demondei yang berada di bagian hulu hingga kini masih terisolasi. Warga harus berjalan kaki sejauh tujuh kilometer melewati medan berlumpur.
Semua yang menjadi sandaran hidup kami kini sudah lenyap, sementara kebutuhan terus meningkat (Finus Lagadoni)
Tanaman hanyut
Finus Lagadoni (25), warga Demondei menurutkan, sebanyak ratusan pohon vanili milik keluarganya hanyut. Setiap tahun, dari hasil panen vanili, mereka bisa mendapatkan uang hingga Rp 100 juta. Sementara di kampung itu, puluhan keluarga membudidayakan vanili. Total kerugian diperkirakan miliar rupiah.
Di luar vanili, lanjut Finus, warga juga membudiyakan tanamam lain seperti pinang, kakao, kopi, cengkeh dan lainnya. Dalam satu tahun, penggasil yang didapat mencapai puluhan juta. Semua warga desa itu bertumpuh pada hasil komoditas.
"Semua yang menjadi sandaran hidup kami kini sudah lenyap, sementara kebutuhan terus meningkat. Belum lagi kondisi ekonomi yang sedang terganggu akibat pandemi Covid-19. Kami bingung, bahkan tidak tahu lagi seperti apa ke depan nanti. Ini terlalu berat bagi kami," katanya.
Emanuel Lagadoni (38), warga Desa Pandai menuturkan, lahan miliknya yang mengalami longsor dengan panjang sekitar 500 meter dan lebar sekitar 200 meter. Di dalam areal itu terdapat berbagai jenis tanaman komoditas yang menanti dipanen. Arael itu kini tidak bisa ditanami lagi karena sudah membentuk tebing dan jurang.
Ia berharap agar pemerintah dapat mengambil langkah untuk membantu para petani yang terdampak. "Jangan sampai yang dibantu hanyalah mereka yang rumahnya rusak akibat bencana. Kami petani juga menjadi korban. Kami yakin, pemerintah sangat memahami kondisi ini," katanya.
Sementara itu, Bupati Flores Timur Anton G Hadjon telah mengeluarkan edaran kepada masyarakat yang tanaman komoditasnya terdampak bencana. Masyarakat diminta membuat laporan kepada pemerintah desa setempat dengan melampirkan kartu tanda penduduk serta foto-foto kerusakan.
Dalam edaran yang dibacakan di masing-masing desa itu, tidak dijelaskan kategori kerusakan serta besaran stimulus yang akan diberikan pemerintah kepada masing-masing pelapor. Hingga Rabu malam, Anton belum bisa dikonfirmasi terkait hal itu.