Presiden Jokowi Undang Jerman Masuk Investasi Hijau
Presiden Joko Widodo mengundang Jerman untuk berperan dalam transformasi digital di Indonesia. Salah satu area prioritasnya adalah pembangunan ekonomi hijau.
Oleh
FX LAKSANA AS
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo mengundang Jerman untuk berperan dalam transformasi digital di Indonesia. Salah satu area prioritasnya adalah pembangunan ekonomi hijau.
”Saya ingin mengajak Jerman untuk bermitra mewujudkan transformasi digital di Indonesia. Indonesia sudah menyiapkan roadmap implementasi Making Indonesia 4.0,” kata Presiden dalam pidato pembukaan pameran Hannover Messe 2021 secara virtual dari Istana Negara, Jakarta, Senin (12/4/2021).
Terdapat tiga hal utama dalam peta jalan tersebut. Salah satunya adalah investasi pada pembangunan ekonomi hijau. Merujuk Forum Ekonomi Dunia, potensi ekonomi hijau sangat besar, yakni bernilai peluang bisnis sebesar 10,1 triliun dollar AS dan berpeluang menciptakan 395 juta lapangan pekerjaan baru hingga 2030.
Sejauh ini, menurut Presiden, Indonesia sudah melakukan sejumlah terobosan, misalnya pembangunan biodiesel berbahan baku kelapa sawit. Ada juga pemasangan pembangkit listrik tenaga surya atap untuk rumah tangga. Proyek ini diyakini akan menciptakan puluhan lapangan kerja baru sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca.
Pada saat yang sama, Indonesia siap berkontribusi pada energi masa depan. Sebagai negara produsen nikel terbesar di dunia, Indonesia juga mengembangkan pengolahan biji nikel menjadi baterai litium sebagai komponen utama pengembangan baterai telepon seluler maupun mobil listrik.
”Kemitraan Indonesia dan Jerman untuk pembangunan hijau ke depan adalah salah satu prioritas. Saya mengapresiasi Green Infrastructure Initiative Jerman senilai 2,5 miliar euro. Program ini diharapkan dapat mendukung program infrastruktur hijau di Indonesia,” kata Presiden Jokowi.
Sementara dua hal utama lainnya dalam peta jalan implementasi Making Indonesia 4.0 adalah penguatan sumber daya manusia (SDM) dan penciptaan iklim investasi yang kondusif bagi industri 4.0. Untuk penguatan SDM, tantangannya adalah menyiapkan SDM yang mampu menghadapi tantangan masa depan yang eranya adalah big data, kecerdasan buatan, dan internet of think.
”Saya yakin Jerman dapat mendukung penguatan SDM Indonesia melalui pengembangan pendidikan investasi, penguatan riset, dan penguatan universitas berbasis teknologi,” kata Presiden.
Adapun untuk penciptaan iklim investasi yang kondusif bagi industri 4.0, Pemerintah Indonesia, antara lain, telah mengesahkan Undang-Undang Cipta Kerja. Undang-undang ini akan mempermudah izin usaha, memberikan kepastian hukum, memberikan insentif, dan mendukung pengembangan industri 4.0.
Sehubungan dengan itu, Indonesia saat ini memiliki 2.195 perusahaan rintisan, terbesar ke-5 di dunia. Indonesia juga mempunyai 5 unicorn dan 1 decacorn.
”Ke depan, industri ini akan berkontribusi ke produk domestik bruto sekitar 133 miliar dollar Amerika Serikat pada 2025. Didukung 185 juta penduduk yang memiliki 8 akses internet ke-4 terbesar di dunia, kemajuan industri 4.0 akan menjadikan Indonesia Top 10 ekonomi global pada 2030,” kata Presiden.
Hannover Messe adalah salah satu pameran industri terbesar di dunia yang digelar setiap tahun di kota Hannover, Jerman. Tahun ini, akibat pandemi Covid-19, pameran digelar secara virtual pada 12-16 April oleh Jerman yang bermitra dengan Indonesia. Hadir pula dalam pembukaan secara virtual itu, Kanselir Jerman Angela Merkel.
Menyambut undangan Presiden Jokowi, Merkel dalam sambutannya menyatakan, Jerman juga ingin menjadi mitra erat Indonesia dalam melakukan digitalisasi dan transformasi teknologi.
”Tahun 2022 Indonesia menjadi ketua G-20 dan tahun depan Jerman menjadi ketua G-7. Jadi, kita sama-sama berperan penting. Saya harap negara Indonesia bisa memberi kontribusi untuk penguatan dan pembangunan ekonomi kedua negara,” kata Merkel.
Pandemi yang menyebabkan gangguan rantai pasok, menurut Merkel, menjadi catatan penting agar setiap negara melakukan diversifikasi perdagangan. Pada saat yang sama, setiap negara harus meningkatkan kedaulatannya. Ini bukan berarti setiap negara membatasi kerja sama, melainkan justru harus memperkuat ekonomi dan industri global maupun domestik.
Untuk itu, Merkel berharap Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Uni Eropa-Indonesia bisa secepatnya tuntas dan ditandatangani. Dalam hal ini, pameran Hannover Messe bisa berperan karena menyediakan peluang kerja sama dan daya tahan terhadap krisis.