Tren Pertumbuhan Industri Makanan Minuman Berlanjut
Para pelaku industri makanan minuman optimistis pertumbuhan sektoral bakal berlanjut tahun ini. Peningkatan permintaan konsumen menjelang Ramadhan dan Lebaran diharapkan mendongkrak penjualan dan kinerja industri.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO / DEWI INDRIASTUTI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kinerja industri makanan dan minuman dinilai membaik seiring dengan semakin pulihnya perekonomian nasional tahun ini. Peningkatan permintaan konsumen menjelang bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri diharapkan menopang pertumbuhan.
Ketika secara umum industri pengolahan terkontraksi 4,34 persen pada triwulan III-2020 dan 3,14 persen pada triwulan IV-2020, industri makanan minuman tumbuh positif 0,66 persen dan 1,66 persen secara tahunan pada triwulan III dan IV tahun lalu. Pada awal tahun ini, pertumbuhan itu diyakini bakal berlanjut.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman, ketika dihubungi Jumat (2/4/2021), menyatakan, sektor makanan dan minuman berkinerja baik pada Januari 2021. Para pelaku sektor makanan dan minuman optimistis kondisi bisnis bakal semakin bagus. Optimisme itu antara lain dari permintaan dari peritel menjelang bulan puasa dan Lebaran tahun ini.
Adhi menambahkan, jika perekonomian Indonesia mampu tumbuh berkisar 5-6,1 persen tahun 2021, Gapmmi memperkirakan pertumbuhan industri makanan minuman akan berkisar 5-7 persen. ”(Kinerja sektor makanan minuman) Sampai Februari 2021 juga baik. Namun, di akhir Maret 2021 sedikit datar karena ada pelarangan mudik,” ujarnya.
Menurut Adhi, pelarangan mudik, apalagi diumumkan kurang dari satu bulan sebelum puasa, menyebabkan kebingungan di kalangan pelaku sektor riil. Alih-alih melarang mudik, pemerintah sebaiknya mengintensifkan penerapan protokol kesehatan hingga tingkat mikro atau keluarga.
Sementara itu, Kementerian Perindustrian mencatat, industri pengolahan nonmigas menunjukkan menuju pemulihan pada triwulan I-2021. Hal ini terlihat dari Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Maret 2021 yang mencapai 53,2.
PMI Maret 2021 ini meningkat 2,3 poin dibandingkan dengan Februari 2021 yang 50,9. ”Di tengah masa-masa sulit, kenaikan yang signifikan ini menunjukkan rebound ekonomi Indonesia akan kian cepat,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan pers, Kamis (1/4/2021).
Menurut Agus, PMI lima bulan terakhir menunjukkan kinerja manufaktur Indonesia berada di posisi ekspansi dan diharapkan mendorong pertumbuhan triwulan I-2021. ”Pemerintah telah memberikan berbagai stimulus agar sektor manufaktur cepat ekspansif dan terus menunjukkan pertumbuhan positif,” katanya.
Bagi perusahaan yang bergerak di sektor makanan dan minuman dalam kemasan, periode Ramadhan dan Lebaran menjadi periode yang penting untuk menggenjot penjualan. Para pelaku optimistis pemulihan ekonomi nasional akan berlanjut tahun ini.
Optimisme itu muncul seiring dengan perbaikan penjualan pada Februari 2021. ”Untuk perusahaan yang bergerak di sektor makanan-minuman, ada waktu musiman penjualan naik menjelang Lebaran,” kata Direktur Utama PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk Hardianto Atmadja saat berkunjung ke Kompas, Kamis (1/4/2021).
Hardianto didampingi Corporate Planning and Development Director Paulus Tedjosutikno, Marketing Director Ferry Haryanto, dan Head of Corporate Communication Dian Astriana. Kunjungan diterima Pemimpin Redaksi Kompas Sutta Dharmasaputra.
Garudafood melantai di Bursa Efek Indonesia mulai Oktober 2018 dengan kode emiten GOOD. Produk utama Garudafood menggunakan merek Garuda, Gery, Chocolatos, Clevo, Leo, Prochiz, dan Top Chiz yang dipasarkan di dalam dan luar negeri. Bisnis internasional Garudafood fokus ke kawasan ASEAN, China, dan India, meskipun produk perusahaan diekspor ke lebih dari 26 negara.
Paulus memaparkan, penjualan perusahaan turun seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang merosot pada triwulan II-2020 akibat pukulan pandemi Covid-19. Namun, dalam sembilan bulan terakhir 2020 hingga kini, perusahaan berupaya memacu kinerja.
”Penjualan Garudafood dalam empat bulan terakhir, yakni pada November 2020 sampai Februari 2020, terus tumbuh. Kami optimistis kondisi 2021 lebih baik,” kata Paulus.
Garudafood membuka peluang kerja sama dengan pihak lain, termasuk pelaku usaha lokal. Pada Oktober 2020, Garudafood mengakuisisi 55 persen saham PT Mulia Boga Raya Tbk senilai Rp 953,7 miliar. Kinerja produsen keju merek Prochiz itu diproyeksikan menyumbang 10-20 persen terhadap kinerja Garudafood.
Langkah itu berlanjut melalui kerja sama dengan penghasil cokelat dan produk kakao, Barry Callebaut Group. Melalui anak usahanya, PT Sinarniaga Sejahtera, Garudafood mendistribusikan Van Houten Proffesional.