Teknologi Permudah Investasi, Pemula Kenali Dulu Profil Risikonya
Kemudahan berinvestasi yang dihadirkan teknologi finansial pun tetap harus dipelajari agar terhindar dari risiko yang tidak diinginkan dan tujuan keuangan tercapai.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tidak sesederhana menabung uang di bank, berinvestasi mengharuskan kita memahami profil risiko keuangan dan berstrategi saat menaruh uang di produk investasi yang dipilih. Kemudahan berinvestasi yang dihadirkan teknologi finansial pun tetap harus dipelajari agar terhindar dari risiko yang tidak diinginkan dan tujuan keuangan tercapai.
Investasi dilakukan dengan menyisihkan uang menganggur untuk mekanisme pasar yang menghasilkan untung dan rugi. Produk investasi pun beragam, mulai dari permodalan usaha sederhana, komoditas, seperti emas, hingga efek dalam bentuk saham atau obligasi.
Beragam produk investasi tersebut dapat dibeli masyarakat dengan nominal rendah dan berbagai kemudahan lainnya menggunakan teknologi finansial. Contohnya, platform pembayaran digital dan layanan finansial, seperti OVO, yang bekerja sama dengan platform finansial dan investasi terintegrasi Bareksa. Model kemudahan tawaran berinvestasi yang ditawarkan perusahaan teknologi ini digandrungi investor baru dari kalangan pemula.
Dalam keterangan pers yang dikutip Kompas, Sabtu (3/4/2021), lebih dari 250.000 investor baru dengan usia rata-rata 26 tahun membeli produk reksa dana pasar uang Manulife OVO Bareksa Likuid (MOBLI) kelolaan Manulife Aset Manajemen Indonesia. Produk yang baru diluncurkan akhir Januari 2021 itu memungkinkan investor berinvestasi mulai dari Rp 10.000.
Penyedia jasa uang elektronik GoPay, yang bekerja sama dengan aplikasi investasi Bibit, juga memungkinkan penggunanya berinvestasi mulai dari Rp 10.000. Kini, bahkan mereka menghadirkan fitur investasi autodebit.
Melalui fitur baru ini, pengguna Bibit bisa menjadwalkan pembelian investasi reksadana secara otomatis, dalam periode harian, mingguan, atau bulanan, lewat pemotongan saldo GoPay.
Sejak awal pandemi, animo masyarakat untuk berinvestasi menggunakan GoPay terus meningkat, termasuk di aplikasi Bibit. Data GoPay menunjukkan nilai transaksi GoPay untuk investasi naik hingga tujuh kali lipat. Pengguna Bibit juga sudah meningkat 10 kali lipat setahun terakhir. Pada 2020, lebih dari 1 juta investor pemula bergabung dengan aplikasi Bibit.
”Kami harap masyarakat semakin merasakan praktisnya berinvestasi sehingga lebih banyak lagi masyarakat Indonesia yang aktif berinvestasi di pasar modal demi perencanaan keuangan yang lebih baik,” kata Head of Marketing GoPay Fibriyani Elastria dalam keterangan tertulis.
Dengan memahami profil risiko, ini bisa menjadi panduan untuk menentukan besaran dan produk investasi yang dipilih.
Dengan kemudahan yang ditawarkan penyedia teknologi finansial, khususnya untuk investor pemula, pakar keuangan Dani Rachmat mengingatkan agar investor tetap mempelajari profil risikonya sebelum berinvestasi.
Profil risiko dapat disederhanakan sebagai takaran perasaan kita saat berinvestasi, yang bisa jadi senang karena bisa beli di harga yang lebih murah atau takut ketika investasinya malah turun.
”Dengan memahami profil risiko, ini bisa menjadi panduan untuk menentukan besaran dan produk investasi yang dipilih,” ucapnya.
Setidaknya ada enam profil risiko yang harus diketahui, yaitu ekstra konservatif, konservatif, moderat, seimbang, agresif, dan ekstra agresif. Semakin konservatif, investor disarankan memilih opsi yang benar-benar aman, dapat diambil atau dicairkan kapan saja, dan tidak ada risiko sama sekali karena dijamin pemerintah. Sebaliknya, semakin agresif, investor harus siap dengan risiko tinggi sehingga disarankan berinvestasi dalam waktu jangka panjang.
Risiko tidak bisa dihilangkan, hanya bisa diminimalisir. Semua investasi itu ada risikonya apa pun jenis investasinya. Risiko dan keuntungan itu berjalan beriringan.
Investor dengan profil risiko konservatif, yang biasanya dimiliki pemula, bisa mulai berinvestasi di reksa dana pasar uang. Komposisinya pun bisa disesuaikan, misal 90 persen pasar uang dan 10 persen di pendapatan tetap. Sementara investor dengan profil ekstra agresif dapat memilih 80 persen atau bahkan 100 persen produk saham.
Dani juga mengingatkan agar investor tetap berhati-hati ketika berinvestasi di produk reksa dana karena uang yang disetorkan oleh investor dikelola oleh manajer investasi. Investor perlu mengecek riwayat manajer investasi, berapa dana yang mereka kelola dan perkembangan nilai aset bersih (NAB) dan kinerja secara historis.
”Risiko tidak bisa dihilangkan, hanya bisa diminimalisir. Semua investasi itu ada risikonya apa pun jenis investasinya. Risiko dan keuntungan itu berjalan beriringan. Beberapa tips analisis risiko bagi pemula dari saya antara lain ketahui profil risiko, tentukan horizon investasi, pergunakan jasa profesional, dan pilih produk yang sesuai,” tuturnya.
Edukasi
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor ritel di Indonesia tumbuh 56 persen secara tahunan di 2020. Peningkatan ini disumbang oleh kalangan millenial umur 21-40 tahun, yang 92 persennya merupakan investor baru pada 2020.
Dengan tingginya animo masyarakat berinvestasi, Head of Corporate Communications OVO Harumi Supit pun menyadari pentingnya edukasi investasi untuk para investor pemula. Apalagi, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), literasi pasar modal masyarakat Indonesia hanya 4 persen, jauh lebih rendah dari indeks literasi keuangan yang mencapai sekitar 38 persen.
”OVO tengah menyelenggarakan webinar bertajuk ’OVO Fintalk’, yaitu seminar edukasi sebanyak delapan episode yang berlangsung sejak 25 Februari 2021 sampai 15 April 2021 nanti. Dengan delapan tokoh finansial ternama yang akan berbagi pengetahuan seputar investasi dan keuangan,” tuturnya.