Pelaku usaha di sektor makanan-minuman dalam kemasan optimistis penjualan tahun ini akan membaik. Perbaikan ini seiring kondisi perekonomian Indonesia yang mulai pulih.
Oleh
DEWI INDRIASTUTI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kondisi perekonomian tahun ini lebih baik daripada tahun lalu. Bagi perusahaan yang bergerak di sektor makanan dan minuman dalam kemasan, penjualan pada periode Lebaran hingga pertengahan tahun ini akan memicu pemulihan.
Optimisme tersebut muncul seiring perbaikan penjualan pada Februari 2021.
”Untuk perusahaan yang bergerak di sektor makanan-minuman, ada waktu musiman penjualan naik menjelang Lebaran,” kata Direktur Utama PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk Hardianto Atmadja saat berkunjung ke Kompas, Kamis (1/4/2021).
Hardianto didampingi Corporate Planning & Development Director Paulus Tedjosutikno, Marketing Director Ferry Haryanto, dan Head of Corporate Communication Dian Astriana. Kunjungan diterima Pemimpin Redaksi Kompas Sutta Dharmasaputra.
Garudafood melantai di Bursa Efek Indonesia pada Oktober 2018 dengan kode emiten GOOD. Produk utamanya menggunakan merek Garuda, Gery, Chocolatos, Clevo, Leo, Prochiz, dan Top Chiz. Produk Garudafood dipasarkan di dalam negeri dan di luar negeri. Bisnis internasional fokus ke kawasan ASEAN, China, dan India, meskipun produk perusahaan diekspor ke lebih dari 26 negara.
Paulus memaparkan, penjualan perusahaan turun seiring pertumbuhan ekonomi Indonesia yang merosot pada triwulan II-2020 akibat pukulan pandemi Covid-19.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, perekonomian Indonesia pada triwulan II-2020 tumbuh minus 5,32 persen secara tahunan. Pertumbuhan ekonomi membaik pada triwulan III-2020 meskipun masih minus 3,49 persen dan membaik menjadi minus 2,19 persen pada triwulan IV-2020. Secara keseluruhan pada 2020, perekonomian Indonesia tumbuh minus 2,07 persen.
Paulus menyebutkan, dalam sembilan bulan terakhir 2020 hingga kini, perusahaan berupaya memacu kinerja. ”Penjualan Garudafood dalam empat bulan terakhir, yakni pada November 2020 sampai dengan Februari 2020, terus tumbuh. Kami optimistis kondisi pada 2021 lebih baik,” kata Paulus.
Penjualan Garudafood dalam empat bulan terakhir, yakni pada November 2020 sampai dengan Februari 2020, terus tumbuh.
Ferry menambahkan, pada awal pandemi Covid-19, yakni Maret-April 2020, penjualan produk yang berhubungan dengan kegiatan memasak meningkat. Sebab, masyarakat yang menghindari bepergian ke luar rumah mengisi waktu dengan memasak makanan. Adapun penjualan cemilan naik, tetapi tidak terlalu tinggi.
”Tahun ini mulai pulih,” ujar Ferry.
Kerja sama
Hardianto mengatakan, Garudafood membuka peluang kerja sama dengan pihak lain, termasuk dengan pelaku usaha lokal.
Pada Oktober 2020, Garudafood mengakuisisi 55 persen saham PT Mulia Boga Raya Tbk senilai Rp 953,7 miliar. Kinerja produsen keju merek Prochiz itu diproyeksikan menyumbang 10-20 persen terhadap kinerja Garudafood (Kompas, 28/10/2020).
Hardianto menyebutkan, akuisisi Mulia Boga Raya membuka peluang bagi Garudafood untuk masuk ke bisnis food service.
Garudafood membuka peluang kerja sama dengan pihak lain.
Langkah itu berlanjut melalui kerja sama Garudafood dengan penghasil cokelat dan produk kakao, Barry Callebaut Group. Melalui anak usahanya, PT Sinarniaga Sejahtera, Garudafood mendistribusikan Van Houten Proffesional, merek compound chocolate milik Barry Callebaut (Kompas, 14/2/2021).
Dalam kesempatan itu, Hardianto menyampaikan, perdagangan umum berperan besar bagi perusahaan. Di masa pandemi, pelaku perdagangan umum ritel, yakni usaha mikro, kecil, dan menengah yang bergerak di bidang penjualan, terhantam pandemi. Pelaku usaha, seperti pemilik toko kelontong, warung, dan kios, mesti berjibaku menghadapi situasi sulit akibat penjualan langsung kepada konsumen yang merosot.
”Padahal, ada sekitar 3,5 juta UMKM yang bergerak di sektor perdagangan umum,” katanya.