Perubahan pola konsumsi masyarakat selama pandemi Covid-19 dihadapi perusahaan dengan bertransformasi.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha/Maria Paschalia Judith
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 memaksa sektor industri berubah. Pelaku usaha mesti beradaptasi dengan cepat dan dituntut siap mengantisipasi segala kondisi yang tidak pernah diprediksi sebelumnya.
”Bagi kami yang berada di industri makanan dan minuman dan harus memenuhi ketersediaan produk pangan olahan di masyarakat, tantangannya adalah menjamin keselamatan dan kesehatan karyawan sebagai aset utama perusahaan,” ujar Direktur Utama PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk Hardianto Atmadja seusai mengikuti acara Kompas100 CEO Forum, Kamis (21/1/2021).
Kompas100 CEO Forum bertema ”Let’s Collaborate: Rising in Pandemic Era” diikuti CEO emiten dalam daftar Kompas100.
Dalam pidato kunci di awal acara, Presiden Joko Widodo menyampaikan, 2021 adalah tahun untuk bangkit mendorong pemulihan kesehatan dan ekonomi. Kolaborasi antarpemimpin perusahaan diperlukan untuk keluar dari krisis.
Bagi dunia usaha, lanjut Hardianto, program insentif pajak dan pemberian bantuan langsung tunai dalam bentuk bantuan sosial yang sudah berjalan paling dirasakan langsung berdampak. Apalagi, di tengah situasi penurunan permintaan konsumsi masyarakat.
Menurut Hardianto, subsidi di bidang kesehatan bisa menjadi solusi untuk dipenuhi pemerintah. Sebab, saat ini cenderung menjadi prioritas utama masyarakat. Dengan demikian, masyarakat lebih tenang dan level kepercayaan konsumen dapat meningkat seperti pada kondisi sebelum pandemi Covid-19.
”Sementara, bagi kelas menengah dan menengah ke atas bukan subsidi yang dibutuhkan, tetapi jaminan keamanan saat beraktivitas. Keamanan dalam hal kesehatan, khususnya yang bisa dipenuhi pemerintah melalui program vaksinasi,” ujarnya.
Garudafood berupaya terus menempuh berbagai terobosan baru dalam meningkatkan penjualan melalui jalur distribusi, segmen dan pangsa pasar yang baru, serta peluncuran produk baru yang inovatif di tengah daya beli masyarakat yang belum pulih dan pembatasan kegiatan masyarakat.
Hardianto menilai sektor logistik menjadi salah satu industri yang tak hanya mampu bertahan di tengah pandemi, tetapi tumbuh signifikan. Hal ini didukung perubahan perilaku masyarakat untuk berbelanja melalui e-dagang serta memanfaatkan jasa pengiriman paket sebagai solusi pembatasan sosial.
Sektor logistik menjadi salah satu industri yang tak hanya mampu bertahan di tengah pandemi, namun tumbuh signifikan.
Terkait momentum perubahan pada 2021, Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Achmad Bakir Pasaman menyebutkan, bisnis akan bertransformasi seiring kemajuan teknologi presisi dan digital, pupuk berkandungan nutrisi tinggi, serta praktik pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan.
”Karena pola subsidi pupuk berubah, perusahaan juga bertransformasi dalam memperkuat penjualan ritel atau nonsubsidi. Kami mempromosikan penggunaan pupuk nonsubsidi kepada petani,” katanya saat dihubungi setelah Kompas100 CEO Forum.
Kebiasaan petani memperoleh pupuk dengan harga murah karena subsidi pemerintah menjadi tantangan transformasi tersebut. Perusahaan ingin menggandeng petani untuk budidaya sesuai dengan kaidah ilmiah serta membeli bahan produksi, seperti benih, pupuk, dan pestisida, dengan harga komersial.
Kebiasaan petani memperoleh pupuk dengan harga murah karena subsidi pemerintah menjadi tantangan transformasi tersebut.
Sebagai jalan tengah, perusahaan berkolaborasi dengan pemerintah daerah, perbankan, asuransi, dan penyerap hasil panen atau off-taker dalam program Agro Solution. Solusi ini juga dapat menghindarkan petani dari jeratan rentenir. Dia berharap kesejahteraan petani dapat terjaga meskipun membeli bahan produksi pertanian dengan harga komersial.
Vaksinasi mandiri
Hardianto mengatakan, jika pemerintah membuka peluang untuk vaksinasi Covid-19 secara mandiri, maka Garudafood akan ikut berpartisipasi. ”Saat ini kami sudah menjajaki dua pihak, yakni BUMN dan Swasta, tetapi keduanya masih menunggu arahan dari pemerintah,” ujarnya.
Apabila inisiatif ini diikuti para pelaku usaha lainnya, tidak hanya akan menghemat anggaran yang harus pemerintah keluarkan untuk melayani kebutuhan masyarakatnya yang hampir 270 juta jiwa di seluruh Indonesia. Namun, juga dapat mempercepat pemerataan pemenuhan vaksin.
”Jika vaksinasi mandiri bisa benar-benar terjadi, kondisi pemulihan di berbagai bidang, baik sosial maupun ekonomi, dapat berjalan lebih cepat,” ujarnya.