UMKM Butuh Internet, Pendanaan, dan Penciptaan Pasar
Usaha mikro, kecil, dan menengah berupaya bertahan, bangkit, dan tumbuh di masa pandemi Covid-19. Berbagai cara dilakukan, antara lain mengadopsi layanan dan platform digital.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Agar mampu bertahan selama pandemi Covid-19 melalui digitalisasi, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memerlukan layanan internet yang terjangkau. Selain internet, tiga kebutuhan utama UMKM adalah pendanaan usaha dan penciptaan permintaan.
Berbagai kebutuhan UMKM itu mengemuka dalam riset ”Bertahan, Bangkit & Tumbuhnya UMKM di Tengah Pandemi melalui Adopsi Digital” yang diadakan Tokopedia dengan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI). Data diperoleh dari survei terhadap 11.567 mitra penjual dan 9.259 pembeli serta transaksi penjual-pembeli di ekosistem Tokopedia. Survei secara dalam jaringan berlangsung pada 20 Oktober-22 November 2021.
Kepala LPEM FEB UI Riatu Mariatul Qibthiyyah menyampaikan, survei juga menanyakan harapan pelaku UMKM terkait dukungan bisnis dari pemerintah agar bertahan selama pandemi. Responden dapat memilih lebih dari satu jawaban. ”Sebanyak 50,7 persen (responden penjual) membutuhkan internet yang terjangkau. Sebanyak 46,8 persen butuh pendanaan usaha dan 41,2 persen butuh penciptaan pasar,” katanya dalam konferensi pers secara daring, Rabu (24/3/2021).
Menurut dia, data yang dihimpun penting untuk mendesain kebijakan. Pemerintah dapat menerapkan kebijakan dalam mengembangkan potensi ekonomi digital Indonesia.
Data yang dihimpun penting untuk mendesain kebijakan.
Riset yang sama menunjukkan, sebanyak 74,2 persen responden mitra menyatakan penjualan mereka meningkat selama pandemi Covid-19. Nilai tengah atau median kenaikan penjualan sekitar 133 persen. Provinsi yang membukukan kenaikan penjualan tertinggi dari luar Jawa, yakni Nusa Tenggara Barat (144,6 persen), Sulawesi Tengah (73,4 persen), dan Sulawesi Selatan (73,3 persen).
Menurut data internal Tokopedia, mitra penjual yang pada Januari 2020 sebanyak 7,2 juta orang bertambah menjadi 10 juta orang pada saat ini. Sebanyak 68,6 persen mitra penjual Tokopedia merupakan pencari nafkah tunggal di keluarga.
Dari sisi pembeli, lebih dari 60 persen konsumen berpenghasilan di atas Rp 1 juta per bulan menyatakan akan terus berbelanja secara daring. Sebaliknya, ada 50 persen konsumen di kelompok penghasilan Rp 500.000-Rp 1 juta per bulan yang mempertimbangkan perbedaan harga toko fisik dan daring sebelum berbelanja di platform digital.
Dalam rangka menjaga momentum adopsi digital, Direktur Kebijakan Publik dan Hubungan Pemerintah Tokopedia Astri Wahyuni menilai, relevansi Tokopedia dengan kebutuhan penjual dan pembeli merupakan hal penting. Oleh karena itu, inovasi dan pengembangan produk dan layanan berorientasi pada kebutuhan mitra UMKM dan konsumen.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki menyambut positif hasil riset yang dipublikasikan LPEM FEB UI dan Tokopedia. Menurut dia, data dan riset penting untuk menunjukkan dan memetakan proses adopsi digital UMKM di Indonesia selama pandemi.
Sementara itu, AppsFlyer, SimilarWeb, dan iPrice Group, pekan lalu, memublikasikan laporan Southeast Asia’s Map of E-commerce 2020 Year-End Report. Dalam laporan itu, laman perdagangan secara elektronik atau e-dagang yang paling banyak dikunjungi pengguna di kawasan Asia Tenggara pada 2020 adalah Shopee (281,38 juta kunjungan), Lazada (137,15 juta kunjungan), Tokopedia (88,89 juta kunjungan), Bukalapak (35,72 juta kunjungan), dan Thegioididong (28,65 juta kunjungan).
Inovasi dan pengembangan produk dan layanan berorientasi pada kebutuhan mitra UMKM dan konsumen.
Laporan itu juga menyebutkan, rata-rata pengeluaran dalam satu kali transaksi e-dagang di Indonesia sebesar 21 dollar AS. Nilai itu di bawah rata-rata transaksi di Filipina (23 dollar AS), Thailand (29 dollar AS), Malaysia (41 dollar AS), dan Singapura (62 dollar AS). Namun, nilai rata-rata transaksi di Indonesia di atas Vietnam yang sebesar 17 dollar AS. Rata-rata pengeluaran di enam negara tersebut 32 dollar AS. (JUD)