Disiapkan Rencana Wisata Alternatif Tanpa Harus Naik ke Candi Borobudur
Berbagai upaya termasuk wisata alternatif saat ini disiapkan di kawasan Borobudur. Upaya ini dilakukan agar pengunjung tidak terus datang berduyun-duyun, memenuhi kawasan candi dan mempercepat laju keausan batuan candi.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Balai Konservasi Borobudur atau BKB saat ini telah menyiapkan sejumlah alternatif cara, pilihan untuk berwisata di kawasan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, tanpa harus naik ke bangunan Candi Borobudur. Alternatif ini disiapkan sebagai bagian dari upaya untuk mulai mengurangi beban kunjungan wisatawan ke bangunan candi pada masa mendatang.
Demikian dituturkan Kepala BKB Wiwit Kasiyati, Kamis (11/3/2021). Penyiapan wisata alternatif dan pengurangan beban kunjungan ini dilakukan sebagai bagian dari upaya untuk menjaga kelestarian bangunan Candi Borobudur sebagai warisan budaya dunia.
Wiwit mengatakan, salah satu upaya yang dilakukan saat ini adalah menyiapkan lima situs sebagai obyek wisata alternatif. Kelima situs yang dimaksud adalah situs Candi Samberan di Desa Ringinanom, Kecamatan Tempuran.
Bisa berupa pentas musik, bisa berupa pentas tari. Ada begitu banyak cerita dalam ukiran relief Candi Borobudur yang bisa dituangkan dalam pentas kesenian. (Wiwit Kasiyati)
Tempat lain adalah Situs Plandi di Desa Pasuruhan, Kecamatan Mertoyudan; Situs Brongsongan di Desa Wringinputih, Kecamatan Borobudur; Situs Dipan di Desa Tuksongo, Kecamatan Borobudur; serta situs makam Belanda atau Kerkhoff di Kelurahan Mendut, Kecamatan Mungkid. Selain sudah dipagari dan dibersihkan, saat ini BKB juga sudah menghitung luasan tanah situs dan akan mengajukan kebutuhan anggaran untuk kebutuhan pembebasan lahan tersebut.
Wiwit mengatakan, pihaknya juga berencana bekerja sama dengan sejumlah pihak, menggelar pentas kesenian dengan mengambil inspirasi dari relief Candi Borobudur.
”Bisa berupa pentas musik, bisa berupa pentas tari. Ada begitu banyak cerita dalam ukiran relief Candi Borobudur yang bisa dituangkan dalam pentas kesenian,” ujarnya.
Pentas tersebut nantinya bisa disaksikan secara langsung di kawasan Borobudur dan diupayakan supaya nantinya bisa menjadi konten budaya yang diunggah melalui media sosial sehingga dapat disaksikan masyarakat di seluruh dunia.
Berbagai acara
Menurut dia, berbagai acara lain pun dapat digelar dengan bersumber dari relief candi, seperti pameran kuliner, makanan tradisional yang memakai bahan pangan seperti apa yang digambarkan dalam relief.
Selain itu, Wiwit mengatakan, pihaknya pun berharap agar desa-desa di sekitar kawasan Candi Borobudur juga dapat mengembangkan destinasi wisata sesuai potensinya masing-masing.
”Wisata di desa-desa pun harus dikembangkan sehingga wisatawan tidak melulu tumpah ruah berada di areal wisata dan bangunan candi,” ujarnya.
Kepala Dinas Periwisata, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Magelang Slamet Achmad Husein mengatakan, desa-desa di Kecamatan Borobudur, di sekitar kawasan candi, memiliki banyak potensi untuk menjadi destinasi wisata unggulan.
Selain apa yang sudah dibangkitkan oleh warga dan investor dari luar daerah, Pemerintah Kabupaten Magelang setiap tahun juga terus berupaya mendampingi upaya pengembangkan 20 desa wisata di Kecamatan Borobudur.
Selain potensi alam seperti pemandangan panorama matahari terbit dan terbenam dari kawasan perbukitan, menurut dia, pemandangan lahan pertanian, keseharian aktivitas warga bertani, memasak, dan berkesenian juga menjadi potensi yang cukup memikat dan menjadi daya tarik kunjungan. Hal ini terbukti dari aktivitas wisata yang sudah dijalankan warga saat ini.
Demi menghindari terjadinya penularan Covid-19, selama masa pandemi, wisatawan, selama sekitar setahun ini, sudah tidak diizinkan naik ke bangunan Candi Borobudur. Namun, berawal dari situasi inilah, pembatasan pengunjung ke bangunan candi direncanakan terus diberlakukan.
”Pandemi atau bukan pandemi, kebijakan membatasi pengunjung sangat diperlukan agar bangunan candi tetap lestari,” ujar wiwit.
Kapasitas bangunan Candi Borobudur, dalam satu waktu, sebenarnya hanya bisa menampung 123 pengunjung. Namun, dengan derasnya aliran pengunjung pada musim liburan, ribuan pengunjung bisa terus silih berganti menaiki candi.
Pada libur Lebaran, misalnya, jumlah pengunjung 40.000-50.000 orang dalam satu hari. Aliran pengunjung pun biasanya tidak dikontrol dan tidak dibatasi. Jika kondisi ini terus dibiarkan, arus kedatangan pengunjung nantinya akan semakin mempercepat keausan dan kerusakan batuan candi.