Warga di Jakarta mulai memborong bahan pangan murah saat adanya program subsidi pangan dari pemerintah. Hal itu mereka lakukan untuk mengantisipasi lonjakan harga barang menjelang Ramadhan.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pasar murah di sejumlah pasar dan gerai di Jakarta disambut warga dengan memborong cabai rawit yang harganya kini sedang meroket. Bagi warga, pasar murah ini cukup membantu memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari di tengah masih lesunya ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Pasar murah ini diadakan oleh Kementerian Pertanian dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta lewat program Gelar Pangan Murah. Program ini telah diselenggarakan sejak Senin (8/3/2021) dan akan berlangsung hingga 30 Maret mendatang.
Rusmini (38), warga Jakarta Pusat, memanfaatkan kesempatan pasar murah yang diadakan di Pasar Senen dengan membeli 1 kilogram cabai rawit yang dijual seharga Rp 75.000. Harga ini 50 persen lebih murah dibandingkan harga pasaran cabai rawit di pedagang yang bisa mencapai Rp 150.000 per kg.
”Saya juga beli minyak goreng, 900 mililiter, harganya Rp 12.000. Lumayan murah. Ini separuh harga dibandingkan di pasar,” ujarnya.
Nanik (40), warga Jatinegara, Jakarta Timur, juga memanfaatkan pasar murah dengan membeli 1 kg cabai rawit dan bahan pokok lainnya di Toko Tani Indonesia Centre di Klender. Dia mengincar cabai karena di pasaran harganya masih tinggi. Menurut Nanik, 1 kg cabai itu cukup untuk memenuhi kebutuhan memasak selama sebulan.
”Beberapa (bahan pangan) yang awet masih disimpan sambil lihat harga menjelang Ramadhan nanti. Cabai, misalnya, bisa tahan sebulan di kulkas asalkan disimpan dalam wadah plastik dan tetap kering,” kata ibu rumah tangga ini.
Rusmini dan Nanik mengaku cukup tertolong dengan adanya pasar murah saat ini. Tak hanya karena perekonomian masih lesu akibat pandemi, tetapi naiknya sejumlah bahan makanan juga cukup membebani mereka untuk memenuhi konsumsi rumah tangga,
Bahkan, mereka pun mengkhawatirkan bahan-bahan pokok lainnya juga akan mengalami kenaikan harga menjelang bulan Ramadhan pada April mendatang. ”Sekarang saya khawatir bahan makanan lainnya akan ikut naik harganya menjelang Ramadhan. Seperti sekarang, harga bawang juga mulai naik,” ujar Rusmini.
Menurut situs resmi Info Pangan DKI Jakarta per 9 Maret 2021, harga sejumlah jenis cabai berkisar Rp 50.000 hingga Rp 121.000 per kg, dengan harga cabai rawit merah yang paling mahal. Harga bawang putih berkisar Rp 30.000 per kg, sedangkan bawang merah berkisar Rp 41.000 per kg. Harga daging ayam dijual berkisar Rp 37.000 per kg.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian DKI Jakarta Suharini Eliawati menyampaikan, program pangan murah ditujukan untuk warga kurang mampu. Sejumlah komoditas seperti cabai, bawang-bawangan, daging, telur, serta minyak goreng dijual lebih murah hingga 30 Maret mendatang. Meski begitu, stok pangan murah dari pemerintah dijual terbatas setiap hari.
”Gelar pangan murah menjadi bantuan pemerintah di tengah kendala distribusi pasokan. Selagi menjalankan program pangan murah, Kementerian Pertanian memperkirakan stok bahan pangan akan stabil pada bulan depan,” ujar Suharini.
Persoalan mahalnya bahan pangan terus menjadi keluhan warga di Jakarta sejak awal tahun ini. Kelompok pengusaha warteg yang tergabung dalam Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara) sebelumnya juga mengeluhkan penurunan omzet harian mulai dari 50 persen hingga 90 persen. Sebagian warteg yang bermodal besar dengan omzet harian di atas Rp 5 juta kini bahkan ada yang hanya mendapat Rp 500.000 sehari.
Ada pula sebagian pengusaha warteg yang mengorbankan uang lebih untuk menjaga pelanggan setia. ”Kalau yang modalnya besar, masih bisa begitu. Tetapi, kalau modalnya cekak, mau enggak mau mungkin akan ngurangin takaran atau porsi masakan,” ujar Ketua Kowantara Mukroni, Jumat (5/3/2021).
Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri menyampaikan, faktor tingginya harga saat ini adalah masalah distribusi yang belum merata hingga ke Jakarta. Musim hujan turut memengaruhi proses distribusi itu.
Abdullah pun mengingatkan, ketersediaan pasokan bahan makanan jangan sampai berkurang karena bulan depan mulai memasuki masa Ramadhan. Apabila stok tidak tercukupi, harga bahan pangan bisa makin tinggi.
Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Mohammad Faisal, menilai, kecemasan publik di tengah lonjakan harga bahan pangan cukup wajar karena situasi sedang tidak pasti. Dalam kondisi seperti ini, mereka cenderung menekan pengeluaran dan berusaha menabung.
Di satu sisi, Faisal memandang warga masih pesimistis dengan situasi saat ini. Hal tersebut terlihat dari Indeks Keyakinan Konsumen pada Februari yang tumbuh tipis menjadi 85,8 poin dari bulan sebelumnya 84,9 poin.
”Kenaikan tipis menandakan tingkat konsumsi sudah bergerak ke arah positif, tetapi masih sangat lambat sehingga masih ada di zona pesimistis,” ujarnya, Senin (8/3/2021).
Untuk memperbaiki lagi kepercayaan konsumen, program Pemulihan Ekonomi Nasional yang telah dirancang harus diperbaiki dan diperlancar penyalurannya. Begitu pula perbaikan dalam penanganan pandemi Covid-19.