Salah satu yang perlu dibangun di dalam perusahaan adalah suasana yang membuat karyawan terbuka dan senang bercerita. Mereka bisa bercerita apa pun.
Oleh
Andreas Maryoto
·4 menit baca
CEO America West Airlines Douglas Parker saat itu pusing ketika mulai memimpin maskapai tersebut. Apalagi, 10 hari kemudian terjadi serangan 11 September 2001. Masalah bertumpuk dan ia harus menyelamatkan perusahaan. Apa hal yang kelak menjadi motivasinya bekerja keras menyelamatkan perusahaan? Kisah seorang pramugari.
Parker merasa tertekan. Ia bahkan sempat berpikir bakal menjadi CEO dengan periode paling singkat dan paling tidak sukses dalam sejarah. Ia berhitung dan menekuni angka-angka untuk menyelamatkan maskapai. Namun, ia tak berkutik, hingga bertemu seorang pramugari senior bernama Mary di tengah masalah yang mengimpit.
”Dia mengatakan kepada saya bahwa dia tidak akan membiarkan maskapai ini hancur. Sebab, jika maskapai hancur, hidupnya sebagai orangtua tunggal akan berantakan,” kata Parker dalam wawancara dengan Simon Sinek, penulis buku The Infinite Game. Mendengar semangat karyawannya, Parker bekerja makin keras menyelamatkan perusahaan. Ia tidak lagi menomorsatukan angka-angka target, tetapi lebih memperhatikan nasib karyawan.
Cara-cara Parker tergolong tidak ramah pasar. Analis pasar sinis dengan pilihannya. Pasar pasti lebih menghendaki pemutusan hubungan kerja (PHK) dan perbaikan kinerja keuangan yang memberi keuntungan langsung kepada pemegang saham daripada memedulikan nasib karyawan di tengah kondisi berat. Akan tetapi, pasar meleset.
Parker sukses menyelamatkan perusahaan. Kini ia memimpin American Airlines Group Inc. Maskapai ini merupakan maskapai terbesar di dunia dan seluruh karyawan selamat alias tidak ada yang di-PHK. Ia menjadi contoh bagi perusahaan dalam menyelamatkan perusahaan, bukan dengan angka-angka target keuangan, melainkan dengan menemukan tujuan semua orang bekerja di perusahaan itu.
Tujuan bekerja menjadi ”mesin pendorong” saat bergumul dengan masalah, bahkan di tengah masa krisis. Kisah Mary menginspirasi Parker dan karyawan lain untuk bekerja lebih keras dan menyemangati orang-orang di perusahaan untuk membawa maskapai selamat dari badai. Banyak orang yang ingin maskapai itu selamat.
Kisah atau cerita di dalam perusahaan telah lama menjadi bahasan di kalangan pengamat dunia bisnis. Kondisi perusahaan sebenarnya bisa diamati dari cerita karyawannya. Cerita Mary yang ingin perusahaannya selamat bukan cerita yang muncul begitu saja. Ia pasti memiliki pergumulan personal sebagai orangtua tunggal dan pengaruh kultur perusahaan sehingga dengan semangat mengatakan tidak akan membiarkan maskapainya hancur meski kondisinya sangat sulit.
Kisah atau cerita di dalam perusahaan telah lama menjadi bahasan di kalangan pengamat dunia bisnis.
Bagi pemimpin bisnis, sebenarnya cukup sederhana untuk mendapatkan cerita-cerita dari karyawan. Mereka cukup mendatangi dan mendengarkan suara mereka di berbagai kesempatan. Semua cerita, baik negatif maupun positif, bisa menginspirasi mereka untuk membuat perubahan. Perusahaan yang beruntung adalah perusahaan yang mempunyai karyawan yang memiliki cerita yang terus-menerus menginspirasi, membangkitkan, dan mendorong perbaikan.
Salah satu yang perlu dibangun di dalam perusahaan adalah suasana yang membuat karyawan terbuka dan senang bercerita. Mereka bisa bercerita apa pun, masalah pribadi, keluarga, pengalaman masa lalu, pengalaman semasa liburan, dan lain-lain. Satu di antara berbagai cerita mereka pasti akan menginspirasi, baik untuk sesama karyawan maupun untuk perusahaan. Sebuah perubahan besar bisa dimulai dari sebuah cerita karyawan.
Di kalangan pengamat pemasaran juga muncul istilah ”the power of employee stories” yang memperlihatkan cerita-cerita karyawan ternyata mempunyai kekuatan meningkatkan citra perusahaan. Cerita karyawan kerap menjadi wahana memperkuat merek mereka ke pihak luar. Kuncinya, perusahaan harus memberi kesempatan dan ruang agar karyawan bisa bercerita. Pebisnis perlu memandang karyawan adalah bagian terpenting di dalam bisnis.
Kunci dari semua itu, pemimpin bisnis ternyata tidak perlu menomorsatukan target angka-angka pada saat krisis. Semangat karyawan yang muncul dari cerita mereka bisa mengawali perubahan. Sebaliknya, karyawan bakal enggan bercerita ketika perusahaan lebih banyak menuntut target angka karena tidak ada ruang untuk berkisah. Sebab, semua divisi fokus pada angka-angka saja.
Kunci dari semua itu, pemimpin bisnis ternyata tidak perlu menomorsatukan target angka-angka pada saat krisis.
Perubahan tidak akan terjadi. Kita bisa membayangkan divisi pemasaran yang seharusnya membuat cerita di pasar akhirnya terpaku pada cara-cara mereka meraih angka penjualan. Pekerjaan menjadi terasa kering. Pengalaman dari berbagai perusahaan terlihat semua tujuan bisnis tercapai ketika seorang pemimpin menomorsatukan tujuan bersama, yang salah satunya bisa dibangun oleh cerita, bahkan cerita dari karyawan biasa.