Karyawan menjadi corong perusahaan untuk menceritakan langkah-langkah baik yang dilakukan di masa sulit, termasuk pandemi Covid-19.
Oleh
ANDREAS MARYOTO
·4 menit baca
Pandemi seperti saat ini menjadi beban berat bagi pebisnis. Beban itu mulai dari kelesuan daya beli, pergerakan karyawan yang terbatasi, dan mungkin pasokan bahan baku yang terganggu. Masalah ada di mana-mana dan melingkupi mereka sehingga kadang para pebisnis melupakan peran karyawan. Padahal, beban perusahaan bisa dikurangi dan sangat mungkin karyawan menjadi solusi.
Sejauh mana karyawan bercerita tentang tempat kerja mereka bekerja ketika sedang tertimpa masalah? Pertanyaan ini menjadi gugatan bagi kalangan pebisnis terkait hubungan manajemen dengan karyawan. Hubungan sekadar karyawan bekerja dan setiap bulan menerima gaji pasti tak akan menumbuhkan keterlibatan ketika perusahaan mengalami masalah. Sebaliknya, karyawan yang yakin dengan nilai-nilai tertentu di perusahaan akan bekerja melampaui target perusahaan, apalagi saat perusahaan tertimpa masalah.
Salah satu hal yang bisa dilakukan karyawan di tengah masalah yang sedang terjadi adalah bercerita baik tentang perusahaan dan produknya. Menyampaikan cerita baik tentang perusahaan sebenarnya adalah pekerjaan kecil, tetapi kadang sedikit yang melakukannya. Bercerita baik tentang perusahaan adalah sebagian dari fungsi pemasaran sehingga nama perusahaan tetap bergaung di tengah masalah yang menghadang. Peran ini mungkin bisa memperkuat divisi pemasaran di korporasi. Apalagi, jika karyawan berbicara lebih lanjut melalui kanal media sosial masing-masing sehingga diketahui publik.
Mengharapkan karyawan melakukan hal itu terkadang dianggap mustahil atau naïf. Akan tetapi, perusahaan-perusahaan yang mempunyai nilai (value) kuat bisa mengharapkan karyawan berbicara, baik tentang perusahaan maupun produk.
Kesuksesan perusahaan menggerakkan karyawan melakukan tindakan itu bergantung pada strategi yang disebut sebagai pemasaran internal. Pemasaran internal ini mensyaratkan karyawan mendapatkan informasi sejak dini yang memadai tentang misi perusahaan, nilai, produk, dan layanan. Apabila proses ini terhambat atau bahkan tidak pernah ada, kita tidak bisa berharap banyak dari karyawan untuk bergerak di tengah krisis. Pemasaran internal kadang tertutup kepentingan sesaat perusahaan, misalnya mengejar target penjualan atau tergopoh-gopoh mengalahkan kompetitor di lapangan.
Di kalangan ahli, pemasaran internal dilakukan dengan sejumlah cara, seperti mendidik karyawan tentang visi dan misi perusahaan, mendorong karyawan untuk memberikan pendapat terkait bisnis perusahaan, mendorong komunikasi dan kolaborasi, memperlihatkan kepada karyawan tentang kontribusi mereka bagi korporasi, dan membuka akses kepada karyawan terhadap layanan atau produk. Kadang kala karyawan juga perlu dilibatkan dalam pemasaran serta penjualan produk dan layanan sehingga paham dengan salah satu proses bisnis di perusahaan.
Dampak pengelolaan pemasaran internal yang baik akan menghasilkan karyawan sebagai sumber tepercaya tentang produk dan layanan perusahaan di masyarakat. Oleh karena itu, mereka perlu diajak bertindak melampaui tugas-tugas yang harus dijalankan serta diberi insentif yang memadai. Berdasarkan riset, karyawan berperan sangat penting terkait komunikasi produk dan layanan di masyarakat dibandingkan kanal-kanal komunikasi perusahaan lainnya.
Riset MSL Group memperlihatkan, pesan sebuah merek yang disampaikan karyawan akan menjangkau 561 persen lebih besar dibandingkan dengan pesan yang disampaikan kanal resmi perusahaan. Sementara, riset Social Media Today menyebutkan, konten yang disampaikan karyawan akan mendorong keterlibatan warganet delapan kali lebih besar dibandingkan dengan pesan yang disampaikan melalui kanal-kanal resmi media sosial korporasi.
Untuk melihat sejauh mana perusahaan memiliki pengelolaan pemasaran internal yang baik bisa dilihat dari sejauh mana karyawan meyakini kekuatan merek dan keterlibatan karyawan di dalam inisiatif perusahaan.
Laman EveryoneSocial menyebutkan beberapa ciri, antara lain, mereka biasanya mempunyai motivasi kuat dalam bekerja, semakin loyal maka mereka akan menjadi tim pemasar yang hebat, dan semakin menyebarkan pesan-pesan dari perusahaan. Pada saat biaya ditekan dan pendapatan berkurang, karyawan yang berbicara baik tentang perusahaan dan produk telah memperkuat peran pemasaran yang telah dilakukan, atau malah bisa menggantikan kanal pemasaran yang terpaksa dipotong anggarannya. Terkadang karyawan yang memahami nilai-nilai perusahaan dan misinya akan menjalankan fungsi pemasaran dan penjualan lebih baik dibandingkan dengan tenaga pemasaran dan penjualan.
Mereka inilah yang menjadi duta-duta perusahaan di masyarakat, di media sosial, dan di grup-grup perbincangan. Mereka ini pula yang menjadi corong-corong perusahaan di tengah krisis akibat pandemi Covid-19 yang menekan mereka. (ANDREAS MARYOTO)