Indonesia dan Dua Perempuan di Organisasi Perdagangan Dunia
Dua perempuan terpilih menempati posisi penting organisasi dunia terkait perdagangan, Ngozi Okonjo-Iweala di WTO dan Isabelle Durant di UNCTAD. Indonesia ingin keduanya menyuarakan kebutuhan mengatasi hambatan dagang.
Oleh
M Paschalia Judith J
·4 menit baca
Sosok perempuan memimpin dua organisasi yang berkaitan dengan perdagangan di kancah mancanegara. Ngozi Okonjo-Iweala kini menjadi pilot Organisasi Perdagangan Dunia atau WTO sebagai Direktur Jenderal serta Isabelle Durant memegang kemudi Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perdagangan dan Pembangunan atau UNCTAD selaku Sekretaris Jenderal.
Dalam masa kepemimpinannya, Ngozi berkomitmen mereformasi WTO. ”Kurangnya kepercayaan antaranggota menjadi tantangan reformasi ini. Tak hanya antara China dan Amerika Serikat, tetapi juga negara maju dan berkembang lainnya. Dalam reformasi ini, saya ingin memodernisasi aturan WTO,” katanya saat konferensi pers yang disiarkan secara daring, Selasa waktu setempat.
Reformasi itu turut menyangkut penyelesaian sengketa (dispute settlement/DS) WTO yang dinilai belum berjalan optimal. DS WTO merupakan wadah satu-satunya di dunia untuk menyelesaikan sengketa dagang antaranggota. Reformasi DS WTO dibutuhkan untuk menjaga relevansi dengan situasi terkini perdagangan dunia.
Perdagangan di tengah pandemi Covid-19 beserta pemulihan ekonomi yang memperhatikan prinsip-prinsip berkelanjutan juga menjadi prioritas Ngozi. Tekanan pada perekonomian dan perdagangan berdampak pada kehilangan pekerjaan dan berkurangnya pendapatan. Namun, dia melihat ada cercah harapan dari sejumlah data proyeksi.
Mengutip proyeksi Dana Moneter Internasional, volume perdagangan dunia diperkirakan tumbuh 8 persen sepanjang 2021 dan 6 persen sepanjang 2022. Tren ini sejalan dengan perkiraan pertumbuhan produk domestik bruto global yang sebesar 5,5 persen pada 2021 dan 4,2 persen pada 2022.
Tak hanya itu, Ngozi juga menggarisbawahi peran WTO dalam e-dagang karena pandemi Covid-19 telah mengakselerasi ekonomi digital. Saat ini, WTO belum memiliki aturan mengenai e-dagang. Padahal, e-dagang membuat aktivitas perekonomian dan perdagangan semakin inklusif, terutama bagi perempuan.
Dia merupakan perempuan pertama sekaligus warga Afrika pertama yang menjadi pemimpin WTO. ”Jujur saja, saya merasa ada beban tambahan. Sebagai yang pertama berarti harus mampu menunjukkan kinerja. Artinya, saya harus menunjukkan hasil (result),” katanya.
Okonjo-Iweala adalah salah satu sosok yang ikut mengubah wajah Nigeria di tataran global. Pada awal era 2000-an, Nigeria dinilai sebagai negara yang korup, salah kelola, dan tampak tidak memiliki harapan. Okonjo-Iweala hadir di saat negara itu memulai tekad dan menerapkan serangkaian perubahan politik dan ekonomi secara menyeluruh.
Lewat pengalamannya, Okonjo-Iweala terlibat dalam tim reformis yang berkomitmen memperbaiki situasi-situasi pelik di Nigeria. Secara perlahan, tetapi pasti tim itu memperbaiki serangkaian lembaga yang rusak, mengoptimalkan kemampuan ekonomi Nigeria lewat sumber-sumber pertumbuhan yang lebih mantap dalam jangka menengah panjang.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Persatuan Bangsa-bangsa António Guterres menunjuk Isabelle Durant, warga negara Belgia, untuk memimpin UNCTAD. Antonio tengah mengadakan proses perekrutan untuk mencari penerus Kepala UNCTAD Mukhisa Kituyi. Dia juga memberikan amanah kepada Isabelle untuk memastikan kelancaran transisi tersebut.
Isabelle Durant menilai, dia memimpin UNCTAD di masa yang kritis, yakni ”peperangan” dunia melawan pandemi Covid-19. ”Saya berkomitmen untuk bekerja bersama semua pemangku kepentingan guna memastikan anggota-anggota yang kami layani mendapatkan dukungan selama krisis serta merasakan kehadiran kami dalam proses pemulihan,” tuturnya melalui laman resmi UNCTAD.
Sebelumnya, dia berkiprah sebagai Deputi Sekretaris Jenderal UNCTAD sejak 3 Juli 2017. Sepanjang berkarya di UNCTAD, dia berkontribusi dalam membuat perdagangan dunia kian inklusif dan memenuhi prinsip-prinsip ekonomi hijau serta mengadvokasi kesetaraan jender. Selama pandemi Covid-19, dia telah memimpin UNCTAD dalam membahas isu terkait ekonomi sosial, seperti keuangan, teknologi, investasi, dan pembangunan berkelanjutan.
Terpilihnya Ngozi dan Isabelle, menurut Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Internasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta Widjadja Kamdani, patut diapresiasi karena perempuan relatif jarang memimpin di organisasi tersebut.
”Mereka memiliki posisi sebagai promotor, fasilitator, dan mediator bagi negara-negara di dunia untuk menciptakan perdagangan multilateral yang lebih terbuka dan setara berdasarkan prinsip-prinsip dan perjanjian-perjanjian dagang multilateral yang sudah ada,” ujarnya saat dihubungi, Kamis.
Dia menyatakan, pelaku usaha dan industri Tanah Air berharap kedua pemimpin aktif menyuarakan kebutuhan normalisasi perdagangan global, khususnya dalam menekan hambatan-hambatan, baik secara teknis maupun non-teknis. Normalisasi juga menyangkut kepentingan untuk menerapkan kebijakan perdagangan yang inklusif dan tidak diskriminatif bagi negara-negara yang ada di dunia.