Berkolaborasi dengan Tekfin Jadi Pilihan Bank Konvensional
Sebagai aktivitas, bank kini bukan lagi persoalan tempat, melainkan pengalaman nasabah dalam bertransaksi. Kolaborasi dengan tekfin pun dibutuhkan untuk memberikan layanan perbankan yang memudahkan pengguna.
Oleh
SHARON PATRICIA
·4 menit baca
Transformasi teknologi telah membuat bank tidak lagi bermakna sebagai sebuah tempat, tetapi lebih sebagai sebuah aktivitas. Artinya, untuk melakukan transaksi perbankan, nasabah tak perlu lagi datang ke kantor bank, tetapi bisa melakukannya di mana saja. Ini berarti, bank konvensional yang tidak segera beradaptasi dengan teknologi akan tertinggal dan tidak dapat bersaing.
Terdapat perumpamaan bahwa apabila katak dimasukkan ke dalam panci berisi air mendidih, tentu akan langsung melompat keluar. Namun, jika ditempatkan di panci dengan suhu air nyaman dan kemudian dipanaskan perlahan hingga mendidih, katak tidak akan menyadari bahaya yang mengancamnya.
Meskipun sains tidak mendukung apa yang disebut ”eksperimen katak”, perumpamaan katak berfungsi sebagai metafora untuk menggambarkan risiko yang dihadapi perbankan apabila tidak beradaptasi dengan lingkungan baru dan digitalisasi.
Spiros Margaris menuliskan analogi katak ini dalam ficer berjudul ”Why Banks Should Care about FinTech”. Tulisannya dimuat dalam buku Bank 4.0: Banking Everywhere, Never at a Bank (2019).
Perusahaan teknologi finansial (tekfin) memiliki proses inovasi yang lebih cepat, lebih murah, serta berfokus pada pelanggan. Bank yang paling cerdas akan melihat tekfin berfungsi sebagai hub inovasi virtual dan dapat menawarkan pendapatan, pelanggan, serta nama besar.
”Itulah mengapa saya yakin kita akan melihat gelombang kolaborasi antara tekfin dan bank yang akan mempercepat perubahan industri. Bagi bank-bank yang masih menolak peluang seperti itu, mereka akan semakin tertinggal dalam perubahan industri,” tulis Margaris.
Namun, bank memang perlu mengatasi dan mengelola kelemahan mendasar yang ada. Mulai dari budaya yang tidak mengizinkan ide-ide inovatif untuk diadopsi hingga asumsi bahwa pelanggan lama atau orang tua yang memiliki uang tidak peduli dengan perubahan.
Pada akhirnya, kata Margaris, semua kembali kepada tangan pemimpin. Apabila menginginkan inovasi yang cepat dengan biaya efisien di dalam bank, harus mencari cara untuk mengubah budaya internal dan menjalin kemitraan dengan perusahaan tekfin secara lebih efektif.
Bagi banyak pemain lama, dalam metafora katak, mereka gagal melihat sebuah industri dibentuk ulang oleh pemain baru. Bank yang tidak mau beradaptasi membayangkan, ada cukup momentum dalam model bisnis lama mereka untuk mengatasinya.
”Sementara bank yang cerdas akan melompat keluar dari air panas dan secara agresif mengejar kemitraan dengan perusahaan tekfin dan inovator teknologi. Mereka mengakui air mendidih sebagai salah satu peluang terbesar yang dialami industri keuangan dalam 700 tahun terakhir,” tulis Margaris.
Kolaborasi
Berbagai kolaborasi antara bank dan perusahaan tekfin kini mulai terlihat di Indonesia. Pada Senin (1/2/2021), dalam siaran pers yang diterima, digibank by DBS berkolaborasi dengan Flip.id untuk menghadirkan layanan digital keuangan sesuai kebutuhan nasabah.
Layanan digital yang dihadirkan mulai dari pilihan produk investasi (deposito, obligasi pasar perdana, dan pasar sekunder) hingga fitur transaksi untuk keperluan harian. Misalnya transfer uang, tarik tunai bebas biaya, dan pembayaran tagihan bulanan dengan satu klik dan semua proses dilakukan secara digital.
”Bank DBS Indonesia, dalam hal ini digibank by DBS, selalu berupaya bertransformasi dan berinovasi agar layanan digital perbankan memudahkan nasabah dalam bertransaksi. Kami berkomitmen terus meningkatkan layanan digital perbankan sehingga nasabah dapat bertransaksi dan berinvestasi kapan saja dan di mana saja, tanpa harus datang ke kantor cabang,” ujar Managing Director, Head of Digital Banking, PT Bank DBS Indonesia, Leonardo Koesmanto.
Pemilik perusahaan Flip.id, Rafi Putra Arriyan, mengatakan, sama seperti digibank by DBS, Flip.id juga hadir untuk memudahkan masyarakat dalam mentransfer uang antarbank secara daring dan bebas biaya. Tidak hanya itu, Flip.id memudahkan nasabah melakukan penempatan dana dengan proses mentransfer dari salah satu bank sumber dana melalui aplikasi Flip.id kemudian memindahkan dananya ke rekening digibank by DBS.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Dompet Karya Anak Bangsa, pengelola layanan pembayaran digital Gopay, Andre Soelistyo mengatakan, perusahaannya telah mengakuisisi 22,16 persen saham PT Bank Jago Tbk. Investasi di Bank Jago merupakan bagian dari strategi bisnis jangka panjang yang akan memperkuat pertumbuhan dan keberlanjutan bisnis Gopay ke depan.
”Bank berbasis teknologi akan membuka akses yang lebih luas kepada layanan perbankan digital bagi masyarakat,” ujarnya (Kompas, 23/1/2021).
Begitu pula dengan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) yang telah meresmikan kerja sama channeling pembiayaan dengan perusahaan fintech P2P lending (layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi) syariah ALAMI. Kerja sama ini merupakan bentuk kesadaran perusahaan bahwa disrupsi teknologi harus disikapi dengan positif.
Direktur Riset Center of Reform on Economics Piter Abdullah menilai, saat ini tengah terjadi lompatan era digital yang memunculkan berbagai perusahaan tekfin serta platform e-dagang. Perkembangan ini melebar dan membuat adanya ekosistem digital.
”Dengan perkembangan teknologi yang ada sekarang ini, bank harus menyesuaikan diri dan mengarah pada digitalisasi. Kalau tidak, mereka (bank) akan habis tergilas dengan majunya tekfin,” kata Piter.