Pasar Apartemen Masih Lesu, Pembelian Didominasi Pengguna
Sektor kondominium dan perkantoran diprediksi masih melemah tahun ini. Investasi properti diperkirakan masih tertahan sehingga sejumlah penyesuaian mesti dilakukan pengembang untuk menyikapi situasi pasar.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pasar apartemen diprediksi masih tertekan pada tahun 2021. Investasi kondominium atau apartemen milik masih tertahan, sedangkan tren pembelian akan didominasi pengguna atau end user.
Director Knight Frank Donan Aditria mengemukakan, tren penjualan kondominium menurun sejak 2016 dan semakin menurun pada tahun 2020 saat berlangsung pandemi Covid-19. Investor kondominium terus menurun dan saat ini masih akan melihat dan menunggu (wait and see).
Sejalan dengan pelemahan pasar, muncul kecenderungan pengembang menahan suplai apartemen. Pasokan apartemen pada tahun 2021-2024 akan mengalami penundaan hingga 28-30 persen sehingga diprediksi berjumlah 45,781 unit. Hal ini dinilai sebagai respons pengembang untuk mengantisipasi pelemahan pasar.
”Developer (Pengembang) Indonesia sudah punya pengalaman krisis (properti) di tahun 1998-1999 sehingga cukup responsif menahan suplai,” katanya, dalam konferensi pers virtual, Kamis (28/1/2021).
Donan menambahkan, tren pembeli apartemen di kelas menengah ke atas saat ini didominasi oleh pengguna (end user). Berkurangnya investor diikuti dengan meningkatnya profil pembeli yang merupakan pengguna.
Pasokan apartemen strata sampai akhir tahun 2020 tercatat 220.775 unit, dengan tingkat serapan 95,2 persen. Adapun harga jual apartemen cenderung menurun.
Serapan apartemen terbesar berasal dari segmen menengah ke bawah, yakni 143.581 unit atau 65,03 persen. Dari jumlah itu, tingkat serapan di segmen menengah 41,6 persen, dan menengah bawah 23,4 persen.
Pelemahan juga diprediksi berlanjut untuk pasar perkantoran sewa. Senior Research Knight Frank Syarifah Syaukat mengemukakan, tingkat hunian perkantoran stagnan di 74-77 persen. Hal ini menyebabkan harga sewa ruang perkantoran sewa pada semester II-2020 turun 3 persen secara tahunan. Meski sektor perkantoran dalam kondisi tertekan, sewa ruang perkantoran dengan tipe premium grade A masih cenderung positif.
Ia memperkirakan, penurunan okupansi ruang perkantoran sewa masih berlanjut pada tahun 2021 sejalan dengan efisiensi ruang kantor oleh penyewa (tenant) dan strategi ulang kegiatan usaha. Di sisi lain, penyewa melakukan relokasi ruang kantor ke gedung dengan kualitas lebih tinggi guna meningkatkan efektivitas kerja dan memastikan protokol kesehatan bisa lebih efektif dan efisien.
Secara kumulatif, tingkat kekosongan ruang perkantoran di Jakarta sekitar 1,7 juta meter persegi (m2) dari total pasokan 6,9 juta m2. Jika dibandingkan kota-kota besar di Asia Pasifik, tingkat kekosongan ruang perkantoran di Jakarta menempati peringkat ke-4, yakni masih lebih baik dibandingkan Kuala Lumpur (Malaysia), Beijing dan Shanghai (China).
”Tren penyesuaian harga untuk ruang perkantoran masih akan berlangsung di tahun ini. Tingkat okupansi masih akan turun karena pola bekerja dari rumah masih berlanjut dan kasus pandemi masih menanjak. Hal itu akan memberikan pengaruh tinggi terkait okupansi ruang kantor,” kata Syarifah.
Syarifah menambahkan, pemberlakuan UU Cipta Kerja diharapkan membawa angin segar bagi perkembangan sektor industri dan residensial. Beberapa kemudahan untuk kepemilikan residensial bagi warga asing menjadi daya tarik bagi investasi asing di sektor residensial. Selain itu, perpanjangan hak guna bangunan menjadi langsung 50 tahun, dari yang sebelumnya 30 tahun dan diperpanjang 20 tahun.
Pemberlakuan UU Cipta Kerja diharapkan membawa angin segar bagi perkembangan sektor industri dan residensial.
Secara terpisah, Ketua Umum Real Estat Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida mengakui, permintaan apartemen didominasi pengguna. Pasokan hunian vertikal dinilai masih tertahan dan saat ini pengelola terus menyosialisasikan bahwa pengelolaan apartemen telah memenuhi kaidah protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-18.
”Kebutuhan pembelian apartemen bukan untuk investasi, melainkan bagaimanapun arahnya tetap bisa untuk investasi. Kita optimistis penjualan apartemen meningkat, apalagi peraturan pelaksana Undang-Undang Cipta Kerja akan segera terbit,” ujarnya.