Vaksinasi memberikan sentimen positif bagi wisatawan. Namun, xenofobia dan aturan perjalanan di sejumlah negara masih menghambat pergerakan wisatawan.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Selain menyebabkan resesi, pandemi Covid-19 juga menyebabkan pembatasan pada perjalanan wisatawan, baik di dalam negeri maupun perjalanan lintas negara. Pandemi juga mengubah pola perjalanan wisatawan. Tingkat vaksinasi di suatu negara atau wilayah sangat berpengaruh pada minat kunjungan wisatawan.
Hal itu mengemuka dalam webinar ”Scenario Planning for International Visitor Arrivals in Asia Pasific 2021-2023” yang diselenggarakan Pasific Asia Travel Association (PATA), Selasa (19/1/2021). Narasumber dalam acara itu adalah Founder & CEO Travel Competitive Intelligence Research Olivier Henry Biabaud, Head of Travel Research Euromonitor International Caroline Bremner, serta Haiyan Song dari School of Hotel and Tourism Management The Hong Kong Polytechnic University.
Biabaud mengatakan, vaksinasi di suatu wilayah menjadi pertimbangan utama wisatawan untuk berkunjung. Semakin luas vaksinasi dilaksanakan di suatu wilayah, hal itu akan memberikan sentimen positif bagi wisatawan untuk berkunjung. Di sisi lain, diperkirakan masih akan ada pembatasan perjalanan wisatawan yang berasal dari negara dengan temuan kasus varian baru Covid-19.
”Pilihan destinasi pariwisata masih terbuka di kawasan Asia Pasifik. Apalagi, keinginan untuk berwisata di kawasan Asia masih tinggi. Namun, semua itu masih tetap dibayangi dengan ketidakpastian aturan perjalanan di sejumlah negara,” katanya.
Biabaud mengingatkan pula kemungkinan masih adanya xenofobia di sejumlah negara. Xenofobia adalah ketakutan terhadap orang-orang dari negara tertentu, khususnya dari negara tempat pandemi Covid-19 berasal atau negara dengan kasus sebaran Covid-19 masih tinggi. Ia mencontohkan adanya gejala penolakan suatu negara terhadap kunjungan warga dari negara lain tempat virus tersebut berasal.
Semakin luas vaksinasi dilaksanakan di suatu wilayah, hal itu akan memberikan sentimen positif bagi wisatawan untuk berkunjung.
Haiyan Song memperkirakan, proses pemulihan wisata, khususnya di kawasan Asia Tenggara, akan mulai terjadi tahun ini. Hingga 2023, tingkat kunjungan wisatawan di Asia Tenggara diperkirakan menyamai angka kunjungan pada 2019 atau saat sebelum terjadi pandemi Covid-19. Pada 2019, angka kunjungan wisatawan di Asia Tenggara hampir menyentuh 150 juta orang dan jatuh merosot menjadi sekitar 25 juta orang pada 2020.
”Total kunjungan wisatawan di kawasan Asia Pasifik akan pulih di angka 342,8 juta orang sampai 667 juta orang pada 2023 nanti,” ujar Song.
Kemampuan negara
Bremner berpendapat, pandemi Covid-19 telah mengubah banyak hal di sektor ekonomi. Perubahan ini turut berdampak pada perilaku wisatawan di seluruh dunia. Setelah terpuruk sepanjang 2020, sektor perjalanan wisata akan kembali pulih secara bertahap. Alokasi belanja untuk perjalanan wisata per kapita diperkirakan naik dari 265 dollar AS per kapita pada 2021 menjadi 340 dollar AS per kapita pada 2024.
”Dalam jangka pendek dan menengah, juga ada perubahan pola perjalanan wisatawan dari yang semula lintas negara berubah ke destinasi yang lebih dekat dengan asal wisatawan atau destinasi domestik,” ujarnya.
Alokasi belanja untuk perjalanan wisata per kapita diperkirakan naik dari 265 dollar AS per kapita di 2021 menjadi 340 dollar AS per kapita di 2024.
Kendati diprediksikan mulai bangkit tahun ini, imbuh Bremner, aspek keselamatan dan kesehatan harus menjadi prioritas utama dalam industri pariwisata. Kemampuan suatu negara atau wilayah mengatasi pandemi Covid-19 akan menjadi kunci penting pemulihan industri pariwisata. Pengelola destinasi wisata diharapkan tetap memperhatikan atau menegakkan protokol kesehatan dengan ketat.
Dalam jumpa pers akhir tahun 2020 secara virtual, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno menyatakan, pandemi Covid-19 menyebabkan kunjungan wisatawan pada 2020 menurun drastis. Selain itu, 1,42 juta lapangan kerja di sektor ini terdampak. Pemerintah menyiapkan skenario pemulihan pariwisata sembari upaya pemberantasan Covid-19 dijalankan.
”Tahun 2021 adalah momentum pemulihan pariwisata Indonesia. Vaksinasi terus berjalan, tetapi kita tidak perlu menunggu vaksinasi selesai sebab ada protokol 3M dan K4,” kata Sandiaga.
Protokol 3M yang dimaksud Sandiaga adalah memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Adapun protokol K4 adalah kebersihan, keselamatan, kesehatan, dan kelestarian. Istilah K4 diimplementasikan lewat penerbitan sertifikas CHSE (cleanliness, health, safety, and environment) oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.