Di tengah pandemi Covid-19, perusahaan digital berkolaborasi untuk mendorong peningkatan usaha dan mengakomodasi kebutuhan konsumen.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan di sektor digital berkolaborasi menciptakan ekosistem yang mengakomodasi pergeseran perilaku konsumen di masa pandemi Covid-19. Industri ini juga berinovasi untuk menjawab daya beli masyarakat yang tertahan akibat pandemi.
Hal tersebut terungkap dalam webinar bertema ”Digitization: Catching up with The New Era of Consumer” sebagai rangkaian Kompas100 CEO Forum, Kamis (14/1/2021), yang dimoderatori Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kompas Tri Agung Kristanto. Webinar menghadirkan Direktur Consumer Service PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk FM Venusiana R, Co-CEO PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek) Kevin Aluwi, Chief Marketing Officer PT Media Dokter Investama (Halodoc) Dionisius Nathaniel, dan Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi sebagai pembicara.
Venusiana menyampaikan, Telkom membuka diri terhadap segala peluang kolaborasi dan kerja sama untuk meningkatkan layanan.
”Pandemi Covid-19 mengubah konsumer di berbagai aspek kehidupan, perjalanan berkurang, sementara transaksi e-dagang naik luar biasa. Semua perubahan membutuhkan keterhubungan digital hingga peningkatan ekspektasi pelanggan terhadap layanan kami,” ujarnya.
Pandemi Covid-19 mengubah konsumer di berbagai aspek kehidupan.
Akibatnya, kebutuhan bandwith atau kapasitas konsumsi transfer data yang erat kaitannya dengan kecepatan koneksi internet meningkat. Layanan fixed broadband atau bisnis internet kabel yang memanfaatkan jaringan fiber optik berpotensi berkembang. Penetrasi layanan ini di Indonesia masih kurang dari 15 persen terhadap populasi rumah tangga. Angka ini lebih rendah ketimbang Thailand (47 persen) dan Jepang (82 persen).
”Didukung potensi peningkatan jumlah rumah tangga kelas menengah dari tahun ke tahun, kami meyakini permintaan fixed broadband masih akan tinggi pada beberapa tahun mendatang,” ujarnya.
Telkom mendirikan Telkom Akses Command Center sebagai pusat pengelolaan jaringan akses dengan pengendalian yang terintegrasi secara digital untuk mendeteksi potensi gangguan di suatu daerah sehingga potensi tersebut dapat segera diperbaiki.
Kevin Aluwi mengatakan, terobosan dan inovasi dilakukan untuk meminimalkan dampak buruk pandemi Covid-19 terhadap kondisi perekonomian pengemudi serta pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang bermitra dengan Gojek.
”Di masa-masa seperti ini penting sekali pelaku sektor digital bahu-membahu dan saling membantu untuk mengedepankan kepentingan mitra dan konsumen,” ujarnya.
Dukung UMKM
Digitalisasi, lanjut Kevin, berperan penting untuk mendukung pertumbuhan UMKM di Indonesia. Langkah ini merupakan bagian dari adaptasi dalam menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang di masa normal baru.
Apalagi, pandemi mengubah kebiasaan hidup masyarakat untuk lebih banyak beraktivitas secara dalam jaringan.
Tahun ini ada 900.000 mitra gerai atau ritel UMKM dalam ekosistem Gojek atau meningkat 80 persen secara tahunan.
Kevin menuturkan, untuk menjaga daya tahan mitra UMKM di tengah pandemi, Gojek juga memberi akses permodalan melalui sejumlah inisiatif. Inisiatif tersebut berupa penggalangan dana internal yang bersumber dari gaji manajemen dan karyawan serta menghubungkan mitra UMKM dengan mitra bisnis Gojek untuk membantu ekspansi bisnis.
”Bantuan kepada UMKM bukan hanya dalam bentuk dana, melainkan juga membantu mencarikan pasar konsumen baru melalui strategi citra dan promosi,” ujar Kevin.
Pandemi mengubah kebiasaan hidup masyarakat untuk lebih banyak beraktivitas secara dalam jaringan.
Gojek juga bekerja sama dengan pihak ketiga untuk memperluas akses pelaku UMKM menawarkan layanan yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Layanan itu misalnya GoMart dan GoShop, yang menggandeng pedagang pasar tradisional, minimarket, dan warung kelontong.
Telemedis
Dionisius Nathaniel mengatakan, teknologi berperan penting dalam penanggulangan pandemi Covid-19. Halodoc secara aktif bermitra dan bekerja sama dengan pemerintah dan pelaku industri digital untuk meningkatkan pelayanan medis jarak jauh atau telemedis.
”Tanpa teknologi, digitalisasi, dan kerja sama aktif antarpemangku kepentingan, penanggulangan Covid-19 di Indonesia tidak dapat berjalan secara baik,” ujarnya.
Kondisi pandemi dan pembatasan sosial, lanjut Dionisius, membuat layanan konsultasi medis jarak jauh menjadi andalan masyarakat. Dalam memberi layanan konsultasi secara virtual, Halodoc bermitra dengan 20.000 dokter umum dan dokter spesialis. Adapun produk kesehatan bisa dipesan dari 3.000 lebih apotek yang bisa diantar langsung ke rumah dan dapat diakses di lebih dari 100 kota.
Kondisi pandemi dan pembatasan sosial membuat layanan konsultasi medis jarak jauh menjadi andalan masyarakat.
”Semenjak Halodoc bermitra dengan Gojek, terjadi peningkatan rata-rata kecepatan dari pemesanan obat hingga obat sampai ke tangan konsumen menjadi 33 menit,” ujarnya.
Di tengah upaya peningkatan layanan dari para penyedia jasa, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mencatat pengaduan konsumen mencapai 3.692 kasus selama 2020. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan 2019 yang sebanyak 1.872 pengaduan.
Tulus Abadi mengatakan, permasalahan baru konsumen bermunculan selama pandemi Covid-19. Permasalahan tersebut di antaranya alat kesehatan, tagihan listrik, jaringan internet, dan layanan belanja daring, yang meningkat signifikan dibandingkan dengan kondisi normal.
”Terdapat lima terbesar pengaduan konsumen, yaitu sektor jasa keuangan 33,5 persen, belanja daring 12,7 persen, telekomunikasi 8,3 persen, kelistrikan 8,2 persen, dan perumahan 5,7 persen,” ujarnya. (DIM)