Pasar Modal Dikerubungi Sentimen Positif di Awal Tahun
Pasar modal tengah memasuki periode ”January Effect”, pasar dikelilingi sentimen positif. Indeks sempat tertekan seiring rencana pembatasan mobilitas pada 11-25 Januari. Tetapi, sentimen itu dinilai hanya jangka pendek.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Mengawali tahun 2021 pasar saham dikelilingi sentimen positif yang membangkitkan optimisme. Sentimen datang dari semakin dekatnya implementasi vaksin Covid-19, kenaikan cadangan devisa, hingga potensi lonjakan harga komoditas.
Tak ayal, aliran dana masuk investor asing sejak awal Januari hingga Jumat (8/1/2021) tercatat sudah mencapai Rp 2,65 triliun. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Jumat mencetak rekor posisi tertinggi sejak 24 Januari 2020, yakni berada di level 6.257,84.
Analis Binaartha Sekuritas, Nafan Aji Gusta, mengatakan, pasar saat ini menyambut baik periode ”January Effect”. Periode ini menggambarkan bahwa pada awal tahun pasar akan dikelilingi beragam optimisme setelah hampir tertekan di sepanjang tahun sebelumnya.
”Optimisme pemulihan ekonomi, baik dari sisi domestik maupun global, telah menjadi fokus utama pasar saat ini, terlebih lagi implementasi vaksin Covid-19 di Indonesia semakin dekat,” ujarnya saat dihubungi Sabtu (9/1/2020).
Optimisme pemulihan ekonomi, baik dari sisi domestik maupun global, telah menjadi fokus utama pasar saat ini, terlebih lagi implementasi vaksin Covid-19 di Indonesia semakin dekat. (Nafan Aji Gusta)
Di pasar domestik, publikasi data cadangan devisa periode Desember 2020 yang meningkat menjadi 135,9 miliar dollar AS (Rp 1.921 triliun) dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya, yakni 133,6 miliar dollar AS (Rp 1.888 triliun), juga semakin meningkatkan optimisme pelaku pasar.
”Para pelaku pasar juga mengapresiasi komitmen pemerintah dalam mengoptimalisasikan program pemulihan ekonomi nasional, belum lagi adanya euforia dari kehadiran lembaga Indonesia Investment Authority yang sangat disikapi positif oleh pasar,” ujar Nafan.
Selain itu, para ekonom dunia telah memproyeksi adanya tren kenaikan harga komoditas pada 2021 setelah resesi hebat tahun 2020 akibat pandemi Covid-19. Berdasarkan catatan Daniel Sullivan, seorang manager portofolio di Janus Handerson, dalam 227 tahun terakhir sudah sekitar enam kali terjadi periode super cycle untuk komoditas yang terjadi setelah resesi atau depresi.
Harga Batubara Acuan (HBA) menunjukkan tren menguat. Setelah meningkat dalam tiga bulan terakhir pada 2020, HBA tahun 2021 dibuka dengan 75,84 dollar AS per ton. Harga acuan bulan Januari 2021 itu naik 16,19 dollar AS per ton atau 27,14 persen dibandingkan dengan Desember 2020 senilai 59,65 dollar AS per ton.
Adapun berdasarkan data Reuters, pada Jumat kemarin, harga minyak mentah Brent naik 94 sen atau 1,8 persen dari pekan sebelumnya menjadi 55,35 dollar AS per barel.
Sejumlah faktor yang memicu kenaikan harga komoditas di antaranya adalah suku bunga acuan yang rendah, pelemahan nilai tukar dollar AS, pertumbuhan ekonomi, serta maraknya pembangunan infrastruktur di banyak negara terutama untuk pasar negara berkembang.
”Dengan adanya ledakan komoditas serta aliran penanaman modal asing langsung, IHSG bisa semakin melesat lebih cepat dari yang diperkirakan,” kata Nafan.
Optimisme perbaikan kinerja pasar saham di tahun ini tecermin juga dari dua aksi pencatatan saham perdana yang dilakukan pada pekan perdana 2021. Kedua saham tersebut milik perusahaan perkebunan PT FAP Agri Tbk berkode FAPA serta saham perusahaan pengelola pusat data PT DCI Indonesia Tbk (DCII).
Melalui aksi tersebut, FAP Agri berhasil menghimpun dana segar mencapai Rp 1 triliun, sementara DCI Indonesia menghimpun dana senilai Rp 150 miliar.
Politik AS
Analis Philip Sekuritas, Anugerah Zamzami Nasr, menjelaskan, penguatan IHSG dalam sepekan ini didukung oleh reaksi positif investor atas kondisi politik AS. Kondisi yang dimaksud adalah gelombang biru (blue wave) setelah Partai Demokrat menguasai suara mayoritas di Senat.
”Peluang Presiden Joe Biden meluncurkan stimulus fiskal yang nilainya jauh lebih besar dan sejumlah paket belanja infrastruktur tahun ini akan terbuka lebar dengan hasil ini,” ujarnya.
IHSG memang sempat anjlok pada Rabu (6/1/2021) karena reaksi atas penerapan pembatasan kegiatan masyarakat di Jawa-Bali pada 11-25 Januari 2021. Namun, menurut Anugerah, sentimen itu hanya berlangsung jangka pendek.
”Investor asing masih melanjutkan aksi beli. Ini menandakan masih ada optimisme di pasar. Optimisme pelaku pasar tahun ini terjaga seiring dengan pendistribusian vaksin Covid-19,” ujarnya.