Peluang pasar modal untuk kembali bergairah pada 2021 terbuka. Kondisi menjelang penutupan tahun ini stabil sehingga calon emiten lebih percaya diri menawarkan saham perdana pada tahun depan.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Menutup tahun ini, pasar saham di Indonesia dinilai cukup stabil. Investor lebih yakin membeli saham karena kondisi lebih baik dibandingkan dengan awal pandemi Covid-19.
Pada hari terakhir perdagangan tahun ini di pasar saham, Rabu (30/12/2020), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada posisi 5.979,073. Sejak awal 2020, IHSG melemah 5,09 persen.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, kinerja pasar modal Indonesia ada di posisi ke-25 dunia dan posisi ke-10 di Asia Pasifik. Sementara di ASEAN, kinerja IHSG ada di bawah Vietnam dan Malaysia.
Analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai, kondisi pasar saham pada akhir tahun ini cukup stabil. Meski demikian, ia menyoroti pasar yang sepi di masa pandemi karena ditinggal investor institusi dan investor asing. ”Hal ini membuat calon emiten tidak cukup yakin emisi berukuran jumbo akan terserap dengan baik,” ujarnya.
Selain mencermati dinamika pasar modal, lanjut William, calon emiten tentu mempertimbangkan kondisi internal perusahaan dan perkembangan sektor industri terkait.
Keyakinan sejumlah perusahaan menggalang dana di bursa saham akan jadi momentum untuk menggairahkan pasar. William berharap rencana IPO yang batal terealisasi pada 2020 dapat terwujud pada 2021.
Keyakinan sejumlah perusahaan menggalang dana di bursa saham akan jadi momentum untuk menggairahkan pasar.
Berdasarkan catatan BEI, dalam tiga tahun terakhir, rata-rata hanya dua perusahaan dalam setahun yang meraih dana di atas Rp 1 triliun dari IPO.
Pada 2017, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk meraih Rp 1,13 triliun dan PT PP Presisi Tbk mendapat Rp 1,01 triliun.
Pada 2018, PT Bank BRI Syariah Tbk dan PT Medikaloka Hermina Tbk masing-masing memperoleh Rp 1,33 triliun dan Rp 1,3 triliun. Sementara pada 2019, PT Gunung Raja Paksi Tbk meraih Rp 1,03 triliun dan PT Uni-Charm Indonesia Tbk membukukan Rp 1,24 triliun.
Sementara, pada 2020, PT Metro Healthcare Indonesia Tbk meraup Rp 1,03 triliun.
Sepanjang tahun ini, nilai transaksi dari penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) dari 51 perusahaan yang melantai di BEI mencapai Rp 5,28 triliun.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengakui, masa pandemi menyebabkan dana yang dihimpun di pasar modal menyusut. Namun, ia optimistis kebijakan dan relaksasi pemerintah pada masa pandemi 2020 akan berbuah manis pada 2021.
”Kami berharap pencatatan efek saham dan berbagai efek lain serta jumlah dana yang dihimpun akan meningkat seiring potensi kinerja sektor-sektor industri berbalik pada 2021,” kata Nyoman.
Kebijakan dan relaksasi pemerintah pada masa pandemi 2020 akan berbuah manis pada 2021.
Perdagangan pasar modal di Indonesia akan dibuka kembali pada Senin (4/1/2021).
Pemulihan
Dalam seremoni penutupan perdagangan pasar modal, Rabu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan optimismenya perihal prospek pasar modal Indonesia pada 2021.
”Setelah sempat menyentuh level terendah di kisaran 4.500 pada Maret lalu, IHSG kembali ke level sebelum Covid-19, yakni di kisaran 6.000 pada akhir tahun,” kata Airlangga.
Pemulihan tersebut, menurut Airlangga, relatif lebih cepat dibandingkan dengan pemulihan pasar modal pada saat krisis keuangan 2008. Pada saat itu, IHSG memerlukan waktu lebih dari satu tahun untuk kembali ke posisi sebelum krisis. Sementara, pada krisis moneter 1998, IHSG perlu waktu dua tahun untuk pulih.
”Tahun ini, IHSG berhasil reli 3,38 persen dalam sebulan terakhir atau 21,18 persen dalam tiga bulan terakhir. Hal ini menunjukkan, di tengah situasi pandemi, kepercayaan investor ritel terhadap pasar modal luar biasa,” ujarnya.
Pada 2020, jumlah investor di pasar modal Indonesia, yang terdiri dari investor saham, obligasi, dan reksa dana, naik 56 persen menjadi 3,87 juta investor. Berdasarkan identifikasi investor tunggal (single investor identification/SID), ada 1,68 juta investor saham tahun ini atau naik 53 persen dari 2019.
Airlangga menambahkan, untuk menjaga atmosfer investasi semakin baik, pemerintah memastikan vaksinasi Covid-19 terlaksana pada 2021. Keberadaan Undang-Undang Cipta Kerja juga diyakini menjadi faktor penarik aliran modal asing ke pasar modal Indonesia.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menyampaikan, semua pelaku industri pasar modal akan lebih kuat dan berdaya tahan menghadapi tantangan pada 2021.
Berdasarkan data OJK, dana yang dihimpun dari pasar modal pada 2020 mencapai Rp 118,7 triliun. Dana diperoleh dari 169 aksi korporasi, berupa IPO dan penawaran terbatas.
Semua pelaku industri pasar modal akan lebih kuat dan berdaya tahan menghadapi tantangan pada 2021.
Direktur Utama BEI Inarno Djajadi menyampaikan, BEI berupaya memperdalam pasar modal, salah satunya melalui layanan IPO secara elektronik. Pada 2021, BEI menargetkan 30 perusahaan merealisasikan IPO dengan perolehan dana lebih besar dibandingkan dengan pencapaian tahun ini.