Prospek Cerah Pasar Modal pada 2021
Indeks Harga Saham Gabungan berhasil melakukan reli sebesar 3,38 persen dalam sebulan terakhir atau 21,18 persen dalam tiga bulan terakhir.
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah memperkirakan kinerja pasar modal pada 2021 akan lebih baik dibandingkan dengan pencapaian tahun ini. Perbaikan itu sejalan dengan prospek pemulihan ekonomi.
Proyeksi tersebut juga memperhatikan ketahanan pasar modal terhadap krisis ekonomi, baik domestik maupun global, akibat pandemi Covid-19.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto optimistis mengenai prospek pasar modal pada tahun depan. Optimisme tersebut berlandaskan pada perbaikan kinerja pasar modal Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutup tahun 2020 dibandingkan dengan periode saat Covid-19 mulai masuk dan menekan perekonomian Indonesia.
”Setelah sempat menyentuh level terendah di kisaran 4.500 pada Maret lalu, IHSG kembali ke level sebelum Covid-19, yakni di kisaran 6.000 pada akhir tahun,” ujarnya dalam seremoni penutupan perdagangan pasar modal Bursa Efek Indonesia (BEI) secara virtual, Rabu (30/12/2020).
Pemulihan tersebut, lanjut Airlangga, relatif lebih cepat jika dibandingkan dengan pemulihan pasar modal pada saat krisis keuangan 2008. Pada saat itu, IHSG memerlukan waktu lebih dari satu tahun untuk kembali ke posisi sebelum krisis.
Baca juga : Kondisi Terburuk Berlalu, Pasar Modal Optimistis Jelang 2021
Pemulihan pasar modal pada tahun ini juga terhitung jauh lebih cepat apabila dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan IHSG untuk bangkit dari krisis moneter pada 1998. Airlangga menyampaikan, pada periode tersebut IHSG membutuhkan waktu dua tahun untuk pulih dari krisis moneter.
”Sementara tahun ini, IHSG berhasil melakukan reli 3,38 persen dalam sebulan terakhir atau 21,18 persen dalam tiga bulan terakhir. Hal ini menunjukkan, di tengah situasi pandemi kepercayaan investor ritel terhadap pasar modal luar biasa,” ujarnya.
Pemulihan pasar modal pada tahun ini juga terhitung jauh lebih cepat bila dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan IHSG untuk bangkit dari krisis moneter di tahun 1998 maupun krisis keuangan 2008.Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto
Sepanjang tahun 2020, jumlah investor di Pasar Modal Indonesia yang terdiri atas investor saham, obligasi, maupun reksadana, meningkat 56 persen menjadi 3,87 juta investor berdasarkan catatan sistem identifikasi investor tunggal (single investor identification/SID).
Kenaikan jumlah investor sepanjang tahun ini empat kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan 2016 yang sebanyak 894.000 investor.
Khusus untuk investor saham, tahun ini sebanyak 1,68 juta investor atau naik 53 persen dari tahun sebelumnya.
Agar atmosfer investasi pada 2021 semakin membaik, lanjut Airlangga, pemerintah telah memastikan vaksinasi Covid-19 terlaksana pada 2021. Selain itu, keberadaan Undang-Undang Cipta Kerja juga diyakini bisa menjadi faktor penarik aliran modal asing ke pasar modal Indonesia.
”Transparansi dan akuntabilitas pasar modal dan ekonomi Indonesia akan semakin stabil dan pulih pada 2021. Dengan begitu, pemerintah memproyeksi pertumbuhan ekonomi di kisaran 4,5 sampai 5,5 persen,” ujarnya.
Baca juga : Jumlah Investor Pasar Modal Meningkat
Pada penutupan perdagangan saham hari, Rabu (30/12/2020) ini, IHSG merosot 0,946 persen atau 57,101 poin ke level 5.979,073. Padahal pada pembukaan perdagangan IHSG sempat naik 0,33 persen atau 19,701 poin ke posisi 6.055,875.
Sementara itu, nilai transaksi dari penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) dari 51 perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang 2020 mencapai Rp 5,28 triliun.
Kendati nilai emisi ini jauh di bawah pencapaian IPO pada 2019 yang sebesar Rp 15,32 triliun, jumlah perusahaan yang menggelar IPO di Indonesia paling banyak dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara.
”Hal ini pencapaian luar biasa. Di tengah situasi pandemi, kepercayaan ritel terhadap pasar modal luar biasa. Ini merupakan modal kita untuk pengembangan pasar pada tahun 2021,” kata Airlangga.
Daya tahan
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menyampaikan, semua pelaku industri pasar modal akan lebih kuat serta berdaya tahan menghadapi tantangan pada 2021. Sebab, ujian pandemi Covid-19 telah meningkatkan ketahanan pasar modal Indonesia
”Pandemi tidak serta-merta menyurutkan semangat pelaku industri pasar modal untuk mengambil momentum dalam mencatatkan capaian yang menunjukkan bahwa industri pasar modal nasional semakin dalam,” ujarnya.
Berdasarkan data OJK, dana yang dihimpun dari pasar modal pada 2020 mencapai Rp 118,7 triliun. Dana diperoleh dari 169 aksi korporasi, baik berupa IPO maupun penawaran terbatas.
Pandemi tidak serta-merta menyurutkan semangat pelaku industri pasar modal.
Kondisi pasar modal yang semakin dalam juga tecermin dari kenaikan rata-rata frekuensi perdagangan sebesar 32 persen menjadi 619.000 kali per hari sekaligus merupakan yang tertinggi di ASEAN. Adapun rata-rata nilai transaksi harian saat ini Rp 9,18 triliun per hari.
Baca juga : Jaga Momentum Reformasi di HUT Ke-43 Pasar Modal
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi menyampaikan, sepanjang 2020 BEI telah berupaya memperdalam pasar modal, salah satunya melalui layanan Electronic Indonesia Public Offering (e-IPO).
”Layanan ini telah meningkatkan efisiensi proses IPO dan meningkatkan perlindungan investor,” ujar Inarno.
Selain itu, lanjutnya, BEI juga meluncurkan aplikasi IDX Virtual Trading yang dapat digunakan sebagai media sebagai simulasi perdagangan calon investor serta membantu anggota bursa mengedukasi calon investor.
Pada 2021, BEI menargetkan realisasi IPO mencapai 30 perusahaan. Kendati jumlahnya di bawah pencapaian tahun ini, otoritas bursa optimistis nilai dana yang dihimpun dari pasar modal pada tahun depan akan lebih besar dari tahun ini.