Meski Bunga Acuan Rendah, Transmisi Masih Berjalan Lambat
BI akan mendorong penurunan suku bunga kredit melalui pengawasan dan komunikasi publik atas transparansi suku bunga perbankan bersama Otoritas Jasa Keuangan.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Nasabah antre untuk mendapat pelayanan di Bank Mandiri Cabang Supomo, Tebet, Jakarta, Jumat (30/10/2020). Sebanyak 133 kantor cabang Bank Mandiri beroperasi secara bergiliran untuk memberikan layanan perbankan, seperti setoran pembelian BBM, layanan kas terbatas, penggantian buku tabungan, pembukaan blokir, dan cetak mutasi rekening.
JAKARTA, KOMPAS —Posisi suku bunga acuan Bank Indonesia yang ada di level terendah dalam sejarah belum berdampak signifikan terhadap penurunan suku bunga perbankan. Bank sentral berkomitmen untuk terus mengawasi dan memastikan proses transmisi suku bunga acuan ke suku bunga perbankan berjalan baik.
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) pada 16-17 Desember 2020 memutuskan mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 3,75 persen. BI juga memutuskan mempertahankan tingkat suku bunga penempatan dana rupiah (deposit facility) sebesar 3 persen dan suku bunga penyediaan dana rupiah (lending facility) sebesar 4,5 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo, Kamis (17/12/2020), mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini konsisten dengan perkiraan inflasi yang tetap rendah dan stabilitas eksternal yang terjaga. BI mempertahankan suku bunga acuan ini juga untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional.
Namun, Perry menyoroti lambannya transmisi penurunan suku bunga perbankan meski suku bunga acuan BI telah berada di posisi rendah. Penurunan suku bunga perbankan seharusnya dapat berjalan lebih cepat ditopang pelonggaran likuiditas serta penurunan suku bunga acuan sebanyak 125 basis poin dalam setahun terakhir.
”Penurunan suku bunga perbankan saat ini berjalan terlalu lambat. Dengan begitu, penurunan bunga kredit masih akan berlanjut tahun depan seiring likuiditas yang longgar dan rendahnya suku bunga BI,” katanya.
Penurunan suku bunga perbankan seharusnya dapat berjalan lebih cepat ditopang pelonggaran likuiditas serta penurunan suku bunga acuan sebanyak 125 basis poin dalam setahun terakhir.
BANK INDONESIA UNTUK KOMPAS
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam pemaparan perkembangan ekonomi terkini di Jakarta, Kamis (2/4/2020).
BI mencatat, pada November 2020, rata-rata suku bunga deposito menjadi 4,74 persen, turun 19 basis poin dari Oktober 2020 yang sebesar 4,93 persen. Di sisi lain, kredit modal kerja hanya turun 6 basis poin dari 9,38 persen pada Oktober 2020 menjadi 9,2 persen pada November 2020.
Bank sentral, lanjut Perry, akan tetap memperkuat kebijakan makroprudensial akomodatif untuk mendorong peningkatan kredit untuk sektor-sektor prioritas. BI juga akan mendorong penurunan suku bunga kredit melalui pengawasan dan komunikasi publik atas transparansi suku bunga perbankan bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
”Sinergi dengan pemangku kebijakan lain akan dilanjutkan untuk membangun optimisme pemulihan ekonomi nasional. Penyaluran kredit perbankan dirangsang dari sisi permintaan dan penawaran dengan melanjutkan stimulus moneter dan makroprudensial,” katanya.
BI juga akan mendorong penurunan suku bunga kredit melalui pengawasan dan komunikasi publik atas transparansi suku bunga perbankan bersama OJK.
Aktivitas pekerja di UMKM yang khusus memproduksi pakaian batik di Kecamatan Larangan, Kota Tangerang, Banten, Rabu (20/11/2019). Pemerintah berencana menurunkan suku bunga Kedit Usaha Rakyat (KUR) tahun depan dari 7 persen menjadi 6 persen. Penurunan bunga kredit diharapkan dapat membantu pengembangan usaha pelaku UMKM.
Masalah struktural
Pengamat ekonomi dan perbankan Ryan Kiryanto berpendapat, efek level suku bunga acuan di level 3,75 persen baru akan semakin terasa terhadap suku bunga kredit pada triwulan I-2021 dan berlanjut sepanjang 2021 berjalan.
”Penurunan suku bunga perbankan dan pembiayaan akan terjadi beriringan dengan pertumbuhan penyaluran kredit dan pembiayaan serta pertumbuhan PDB Indonesia sejak triwulan I-2021,” kata Ryan.
Sementara itu, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara, mengatakan, lambatnya transmisi penurunan suku bunga kredit di tengah penurunan suku bunga acuan BI disebabkan masalah struktural dalam industri perbankan.
Transmisi bunga yang lambat berkaitan dengan biaya dana, perebutan dana simpanan pada bank buku kecil, dan tingginya tingkat risiko debitor. ”Tugas OJK adalah mencari akar persoalannya untuk kemudian melakukan konsolidasi dengan perbankan agar transmisi tidak berjalan lambat,” ujarnya.
Sekretaris Perusahaan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Rudi AS Aturridha menuturkan, Bank Mandiri terus mengkaji untuk melihat peluang penurunan suku bunga dasar kredit (SBDK) lebih lanjut dengan tetap memperhatikan suku bunga pesaing dan tingkat efisiensi bank. Bank Mandiri sudah menurunkan SBDK di semua segmen sejak awal tahun ini berkisar 10-600 basis poin.
Hingga Oktober 2020, SBDK Bank Mandiri untuk segmen korporasi sebesar 9,85 persen, ritel 9,8 persen, mikro 11,5 persen, kredit pemilikan rumah (KPR) 10 persen, dan konsumtif non-KPR sebesar 11,6 persen.
”Segmen konsumtif telah diturunkan untuk ketiga kalinya seiring penurunan biaya dana. Per September 2020, biaya dana Bank Mandiri terus menunjukkan tren penurunan mencapai 2,72 persen,” ujar Rudi.