Memasuki triwulan IV-2020, pemasangan iklan di media luar ruang tumbuh hingga 300 persen. Penggunaan media luar ruang dinilai potensial. Tantangannya adalah menjadikan media ini efektif menyasar target konsumen.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemanfaatan media luar ruang untuk beriklan selama pandemi Covid-19 mulai meningkat. Ada kecenderungan sebagian masyarakat sudah mulai beraktivitas kembali di luar rumah.
Menurut Director Nielsen Media Cerli MZ Wirsal, kebiasaan konsumen untuk mengonsumsi media selama pandemi Covid-19 meliputi televisi sebesar 90 persen, internet 65 persen, dan media luar ruang 55 persen. Kebiasaan konsumen memantau media luar ruang memang sempat merosot saat awal pandemi Covid-19, tetapi berangsur meningkat mulai triwulan III-2020. Hal ini sejalan dengan aktivitas sebagian masyarakat di luar rumah.
Dari survei Consumer & Media View yang dilakukan Nielsen terhadap 17.000 responden di 11 kota besar pada triwulan III-2020, tren kepercayaan diri masyarakat untuk bepergian ke luar rumah mulai meningkat. Di antaranya, per Juni 2020, masyarakat sudah mau berkumpul bersama teman dan saudara serta pergi ke tempat ibadah.
Pada Juli 2020, muncul tren masyarakat mulai berbelanja di mal, dan pada Agustus 2020, masyarakat mulai bepergian ke luar kota. Penggunaan media luar ruang untuk beriklan dinilai kian fleksibel dengan memanfaatkan sisi jalan hingga moda transportasi publik, di antaranya papan iklan (billboard), layar LED, MIDI, hingga kereta dan halte bus.
”Penggunaan media luar ruang sangat fleksibel dan bervariasi di masa pandemi, eksplorasi semakin dinamis,” ujarnya dalam webinar ”Media Luar Ruang: Bersiap untuk 2021” yang diselenggarakan Nielsen, Rabu (16/12/2020).
Ia menilai, efektivitas pemanfaatan media luar ruang memerlukan upaya menghadirkan keterikatan dengan konsumen melalui penentuan lokasi dan titik yang efektif. ”Bagaimana pemanfaatan media luar ruang bisa memunculkan keterikatan (dengan konsumen) supaya tidak mubazir,” katanya.
Co-founder Stickearn, Archie Carlson, mengatakan, pemasangan iklan di media luar ruang umumnya menghabiskan biaya besar sehingga pemasang iklan umumnya berasal dari merek-merek ternama. Penggunaan media luar ruang mendorong efektivitas dari penggunaan media lain. Memasuki triwulan IV-2020, pemasangan iklan di media luar ruang tumbuh hingga 300 persen.
Head of Marketing Communication Bank Central Asia (BCA) Norisa Saifuddin berpendapat, penggunaan media luar ruang untuk beriklan memiliki tantangan untuk menjadikan sarana beriklan tersebut mampu menghadirkan komunikasi dua arah dengan konsumen yang disasar serta memberikan keuntungan.
Media luar ruang dinilai cukup strategis untuk memperkenalkan fitur-fitur inovasi baru dengan jangkauan yang luas serta membantu pengenalan merek semakin baik dan bernilai tambah kepada konsumen. Pihaknya mencoba menghubungkan konten media luar ruang dengan media lainnya, seperti media sosial, untuk menciptakan daya tarik konsumen.
”Target kami adalah menjadikan media luar ruang itu menghadirkan komunikasi dua arah, memberikan laba atas investasi (ROI), dan bukan sekadar meningkatkan kesadaran konsumen,” ujarnya.
Direktur Mahaka Visual Integra Adrian Syarkawi mengemukakan, pemanfaatan media luar ruang untuk beriklan memerlukan kreativitas untuk menghadirkan interaksi dan menciptakan keterikatan dengan konsumen yang dituju. Setiap media memiliki kelebihan dalam menyasar target konsumen sehingga kolaborasi media dalam menyampaikan pesan atau iklan menjadi penting.
”Pendekatan integrasi media menjadi sangat penting, bagaimana integrasi media agar kolaborasi lebih mudah,” katanya.