Meski luas ruang terbuka hijau Kota Surabaya sudah melebihi angka ideal, Pemkot Surabaya konsisten terus menambah area hijau. Pemkot Surabaya terus mendorong warga menghijaukan lingkungannya.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Meski luas ruang terbuka hijau Kota Surabaya, Jawa Timur, sudah melebihi angka ideal, Pemkot Surabaya konsisten terus menambah area hijau. Tidak hanya menjadikan taman, tempat bermain, dan olahraga, ruang terbuka hijau juga menjadi titik pertemuan warga dari semua kelompok.
Saat ini di Surabaya dengan luas 350 kilometer persegi terdapat 573 taman kota yang tersebar di berbagai titik. Luas ruang terbuka hijau sudah mencapai 1.651 hektar. Keberadaan taman dan ruang terbuka hijau juga bisa mengurangi polusi udara dan suhu kota dengan penduduk 3,3 juta pada malam hari dan hampir 5 juta di siang hari.
Menurut Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Surabaya Anna Fajriatin di Surabaya, Kamis (10/12/2020), seluruh taman dibangun dengan luas yang berbeda-beda serta masing-masing memiliki tema.
Dengan luas ruang terbuka hijau 7.356 hektar atau 21,99 persen dari luas Kota Surabaya, artinya ruang publik di kota ini sudah di atas target minimal sesuai dengan Peraturan Menteri PU Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. ”Target ruang terbuka hijau publik sudah di atas target minimal karena semua lahan yang ada dimanfaatkan jadi taman,” katanya.
Selain menambah luasan taman, Pemkot Surabaya pun melakukan penyempurnaan pengelolaan sampah. Saat ini sudah ada 533 bank sampah dan telah menyalurkan setiap kampung 10.000 magot untuk 500 kampung peserta Surabaya Smart City 2020 guna pengurangan sampah rumah tangga.
Ada pula delapan lokasi tempat pembuangan sampah sementara sebagai lokasi reduce, reuse, recyle (R3) di beberapa tempat dan 28 rumah kompos di berbagai titik. ”Pengelolaan sampah di Surabaya juga sudah bisa menghasilkan listrik di PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah) Benowo,” ujarnya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, penambahan RTH di Surabaya terus dikembangkan meski secara ketentuan sudah ideal. Meski rata-rata lingkungan sudah dikelola oleh warga termasuk pengelolaan sampah, penghijauan terus digalakkan.
Gerakan menghijaukan sekaligus menata lingkungan terdekat pun menurut Risma terus dilakukan. Warga Surabaya karakternya mudah diajak berkontribusi dalam segala hal terkait lingkungannya. Maka berbagai program dari Pemkot Surabaya untukl terus mendampingi warga untuk mengolah sampah, sehingga sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir Benowo terus berkurang.
Komitmen Pemerintah Kota Surabaya meningkatkan kesejahteraan warganya, salah satu dengan memperhatikan kearifan lokal. Potensi yang ada di masing-masing wilayah itu dimaksimalkan agar dapat meningkatkan ekonomi warga sekitar.
Salah satu dengan memberdayakan warga di sekitar Tempat Pelelangan Ikan Romokalisari, Jalan Tambak Osowilangun Surabaya. Kini, kompleks pelelangan ikan ini menjadi salah satu destinasi wisata dan kuliner di Surabaya.
Menurut Risma, perpaduan antara wisata kuliner, wisata bahari, dan pasar apung yang ada di Kompleks Sentra Ikan Romokalisari ini diharapkan semakin memberikan dampak positif ke warga sekitar. Terutama manfaat untuk ekonomi mereka.
Untuk itu, Risma mengajak kepada pedagang dan nelayan yang ada di Kompleks Sentra Ikan Romokalisari ini agar menjaga kebersihan makanan dan tempat berjualan agar pengunjung atau wisatawan meningkat.
Menurut dia, modal utama untuk meningkatkan pengunjung atau pembeli adalah kebersihan. Oleh karena itu, ia ingin agar para pedagang dapat benar-benar memperhatikan kebersihan setiap makanan yang dijual. ”Modal utama adalah bersih, termasuk makanan. Sekali lagi harus berubah,” kata Risma yang selalu menjadi kurator seluruh produk pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Presiden Asosiasi Pemerintah Daerah (UCLG Aspac) ini menjelaskan, membangkitkan destinasi itu tidak hanya sekadar menyiapkan fasilitas, tetapi juga bagaimana membuat produk dan tempat dibuat menarik.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Surabaya Yuniarto Herlambang mengungkapkan, ada beberapa potensi yang dikembangkan di Komplek Sentra Ikan Romokalisari, salah satunya budidaya kepiting soka. ”Potensi di Pulau Galang kepiting, maka ke depan nelayan tangkap terus dimasukkan ke dalam kumbung-kumbung (keramba) tadi untuk dijadikan soka,” ujarnya. Selain budidaya kepiting soka, pihaknya juga mengaku memberdayakan nelayan sekitar.
Caranya dengan memanfaatkan perahu nelayan untuk dijadikan wisata air di saat akhir pekan. Sudah direncanakan setiap Sabtu dan Minggu warga bisa memanfaatkan wisata perahu. Jadi, nelayan Romokalisari memberdayakan ada 14 kelompok usaha bersama nelayan.