Ekonomi dan keuangan syariah, termasuk pasar modal syariah, Indonesia dikembangkan secara progresif sejak 2015. Langkah ini ditempuh untuk menjadikan Indonesia sebagai pemain utama di kancah internasional.
Oleh
KARINA ISNA IRAWAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pangsa pasar saham syariah Indonesia kini sudah lebih dari 50 persen. Pengembangan pasar modal syariah terus dilakukan demi mewujudkan cita-cita menjadi pemain global di sektor ekonomi dan keuangan syariah pada 2025.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, ekonomi dan keuangan syariah, termasuk pasar modal syariah, Indonesia dikembangkan secara progresif dan berkelanjutan sejak 2015. Langkah ini ditempuh untuk menjadikan Indonesia sebagai pemain utama di kancah internasional.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, pasar modal syariah kini mendominasi pasar modal Indonesia dengan proporasi jumlah saham sekitar 64 persen dari total saham, kapitalisasi pasar 51 persen, volume transaksi 80 persen, frekuensi transaksi 72 persen, dan nilai transaksi 60 persen per 20 November 2020.
”Pemerintah sebelumnya banyak fokus ke perbankan. Namun, sejak 2015, arah kebijakan diarahkan ke pengembangan ekonomi dan keuangan syariah, termasuk pasar modal,” ujar Perry dalam seminar daring Percepatan Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah di Jakarta, Senin (30/11/2020).
Pemerintah sebelumnya banyak fokus ke perbankan. Namun, sejak 2015, arah kebijakan diarahkan ke pengembangan ekonomi dan keuangan syariah, termasuk pasar modal.
Laporan ekonomi Islam global 2020/2021, yang dirilis DinarStandard, menyebutkan, aset keuangan syariah Indonesia senilai 99,2 miliar dollar AS atau peringkat ke-7 dari 57 negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Aset Indonesia masih lebih rendah dari Malaysia 570,5 miliar dollar AS, Qatar 143,9 miliar dollar AS, dan Kuwait 132,3 miliar dollar AS.
Menurut Perry, pengembangan pasar modal syariah memainkan peran penting bagi perekonomian nasional. Oleh karena itu, berbagai edukasi dan literasi seputar ekonomi dan keuangan syariah terus dilakukan ke seluruh penduduk Indonesia tidak terbatas hanya penduduk Muslim.
”Edukasi dan literasi tidak terlepas dari peran perbankan dan lembaga keuangan syariah lainnya,” katanya.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi menuturkan, pengembangan pasar modal syariah pada prisipnya mengacu peta jalan pasar modal syariah tahun 2020-2024 yang disusun Otoritas Jasa Keuangan. Pasar modal syariah didorong berkontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional.
Dalam peta jalan 2020-2024, paling tidak ada lima arah pengembangan pasar modal syariah, yaitu program literasi dan inklusi untuk memperkuat basis investor syariah ritel, pengembangan efek dan instrumen syariah untuk memperluas bauran produk pasar modal syariah, dan pembangunan infrastruktur untuk memperkuat layanan dan landasan/fatwa.
Selain itu, kata Inarno, penguatan sinergi dengan para pemangku kebijakan pasar modal syariah dan pemanfaatan teknologi untuk pendidikan investasi syariah. Sebelumnya, peta jalan pengembangan pasar modal syariah juga telah disusun untuk periode 2015-2019.
”Kami optimistis pasar modal syariah akan berkembang lebih baik dan unggul di tingkat global seiring dengan potensi yang semakin besar dan implementasi langkah taktis para pemangku kebijakan,” ujarnya.
Investor syariah
Inarno menambahkan, investor syariah Indonesia meningkat signifikan selama pandemi Covid-19. Jumlah investor pasar modal syariah per Oktober 2020 mencapai 81.413 investor dengan pangsa pasar sekitar 5,7 persen terhadap total investor. Angka itu lebih tinggi dibandingkan tahun 2019 sebanyak 68.599 investor.
Peningkatan jumlah investor dibarengi pertumbuhan transaksi pasar modal syariah. Nilai, volume, dan frekuensi transaksinya hingga Oktober 2020 sudah melampaui capaian tahun 2019. Nilai transaksi per Oktober 2020 sebesar Rp 3,58 triliun dengan volume transaksi 10,7 miliar saham dan 1,28 juta kali transaksi per hari.
”Peningkatan minat berinvestasi di pasar modal syariah selama pandemi Covid-19 didukung kegiatan sosialisasi, edukasi, dan literasi,” kata Inarno.
Peningkatan minat berinvestasi di pasar modal syariah selama pandemi Covid-19 didukung kegiatan sosialisasi, edukasi, dan literasi.
Dalam kesempatan yang sama, Investment Strategy Director dan Chief Economist Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat berpendapat, minat investasi di kalangan generasi muda harus ditingkatkan. Hal ini penting untuk mempersiapkan Indonesia ketika memasuki masa penuaan penduduk pada 2030.
”Ketika penduduk sudah menua, Indonesia tidak bisa lagi mengandalkan pendapatan tenaga kerja, tetapi dari nontenaga kerja,” kata Budi.
Pendapatan nontenaga kerja itu bersumber dari cadangan aset. Pengembangan cadangan aset dapat dilakukan sedini mungkin dengan berinvestasi secara berkelanjutan selama minimal tujuh tahun, melindungi investasi dari risiko kredit, inflasi, dan likuiditas, serta mendistribusikan investasi ke instrumen berbeda.