Mitigasi Dampak Banjir Rob, Sistem Logistik Perlu Diperbaiki
Sistem logistik perikanan perlu diperbaiki untuk mengantisipasi dampak bencana rob yang kerap terjadi.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bencana banjir rob yang melanda pelabuhan perikanan di sejumlah daerah pada pertengahan November 2020 belum berdampak signifikan terhadap distribusi dan ketersediaan produk perikanan. Kendati demikian, sistem logistik perikanan perlu terus diperbaiki agar dampak bencana semakin minimal.
Kejadian banjir rob belakangan ini dilaporkan terjadi di sejumlah daerah, antara lain di pesisir Jakarta, Bekasi di Jawa Barat, dan Surabaya di Jawa Timur. Di Jakarta, banjir rob yang sudah sering terjadi kembali menerjang pesisir utara Jakarta sejak awal pekan ini, pada 16 November hingga 18 November 2020.
Menurut informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, kawasan yang terdampak banjir dengan ketinggian kurang dari setengah meter antara lain di kawasan sekitar pelabuhan di Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, dan Pelabuhan Kali Adem di Muara Angke.
”Hari Minggu sampai Rabu, air memang pasang tinggi, tetapi tidak sampai limpas dari tanggul. Hanya rembesan dari beberapa sambung sheet pile,” kata Kepala Unit Pengelola Pelabuhan Perikanan Nusantara Muara Angke Mahad kepada Kompas, Jumat (20/11/2020).
Kendati demikian, banjir dilaporkan menghambat aktivitas logistik. Namun, hambatan itu belum berpengaruh pada harga dan ketersediaan ikan untuk ritel.
Kepala Bidang Ketahanan Pangan Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Perikanan DKI Jakarta Bambang Purwanto yang dihubungi secara terpisah mengatakan, pascabanjir rob, harga pangan dari produk perikanan tangkap masih aman dari sisi harga ataupun stok.
”Sampai saat ini, kita tidak mendengar kenaikan harga. Stok di cold storage (gudang pendingin) masih banyak. Kalau kurang, akan dikeluarkan,” tuturnya.
Secara nasional, Direktur Pemasaran Direktorat Jenderal Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Machmud juga mengatakan, sampai saat ini belum ada laporan gejolak harga terkait fenomena banjir rob di banyak daerah.
Sepanjang tahun 2020 hingga Oktober, PDSPKP KKP mencatat, fluktuasi harga ikan secara umum masih normal mengikuti musim ikan (penangkapan) dan musim panen (budidaya). Dengan pengecualian bulan Maret-Mei 2020 di mana harga ikan turun karena panic selling di awal pandemi.
Ketua Umum Dewan Perwakilan Pusat Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey juga melaporkan, sampai hari ini para peritel masih dapat menyediakan stok produk perikanan dan tidak terganggu bencana rob.
”Rata-rata stok menjelang akhir tahun biasanya sudah ditingkatkan 20 persen sampai 25 persen di gudang atau pusat distribusi peritel,” katanya.
Terkait ketersediaan bahan pokok dan kondisi kestabilan harga pada akhir tahun ini, ia mengatakan, Aprindo akan membahasnya bersama Kementerian Perdagangan dalam rapat koordinasi nasional pada 26 November 2020 di Bali.
Antisipasi
Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia Zaldy Masita mengatakan, banjir rob di sejumlah daerah memang cukup mengganggu jalur distribusi. Banjir membuat moda transportasi, terutama truk, tidak bisa masuk atau keluar.
Gangguan ini menjadi lebih bermasalah kalau di daerah yang terjadi banjir rob tidak ada fasilitas cold storage.
”Jadi, salah satu solusinya perlu ada fasilitas cold storage di daerah-daerah yang biasa terjadi rob sehingga hasil perikanan bisa disimpan sampai rob turun,” katanya.
Tidak hanya itu, perbaikan fasilitas dan akses pelabuhan juga dinilai perlu diperbaiki. Jika perlu, pelabuhan bisa dipindahkan jika banjir rob sering terjadi.
”Kalau tidak diperbaiki, penghasilan dari nelayan setempat akan terganggu karena tidak mendapatkan akses logistik yang normal,” ujarnya.