Sumber Daya Manusia Jadi Modal Penting BCA Bertransformasi
Sumber daya manusia berperan penting dalam transformasi perusahaan. Sumber daya manusia adalah aset utama perusahaan.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sumber daya manusia merupakan modal utama bagi industri perbankan untuk bertransformasi secara digital, termasuk dalam menghadapi pandemi Covid-19. Adapun peningkatan kualitas layanan berbasis digital merupakan keniscayaan.
”Kesulitan di masa pandemi merupakan tantangan. Justru kalau bisa melewatinya, itu hal yang positif karena kita harus bertahan dan pulih,” kata Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja saat berkunjung ke Kompas secara virtual, Senin (16/11/2020).
Jahja didampingi Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim, Executive Vice President Secretariat and Corporate BCA Hera F Haryn, Corporate Secretary BCA Raymond Yonarto, dan ekonom BCA David Sumual.
Vera menambahkan, BCA mengalokasikan Rp 5 triliun untuk belanja modal teknologi informasi. Investasi teknologi digital tidak hanya diterapkan dalam layanan bagi nasabah, tetapi juga untuk operasionalisasi dan otomasi.
Menurut Jahja, perusahaan mesti lincah menghadapi berbagai situasi, termasuk kondisi terkini akibat pandemi Covid-19. Manajemen mesti bisa bereaksi cepat untuk menghadapi situasi yang berubah secara tiba-tiba.
Ia mencontohkan, pameran virtual yang digelar BCA berhasil mendongkrak penyaluran kredit properti dan kredit kendaraan bermotor. Hal itu menunjukkan, sebenarnya masyarakat kelas menengah-atas masih memiliki kemampuan belanja. Namun, perlu saluran belanja dan kondisi yang membuat masyarakat merasa aman.
Manajemen mesti bisa bereaksi cepat untuk menghadapi situasi yang berubah secara tiba-tiba.
Pameran virtual terselenggara karena ditopang sumber daya manusia (SDM) dengan pola pikir dan pola kerja yang mengutamakan dan memprioritaskan digitalisasi. Pola pikir dan pola kerja itu diperlukan agar SDM di industri perbankan bisa berpikir dan bertindak seperti usaha rintisan dan memiliki pemikiran inovatif di tengah penetrasi teknologi informasi.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Filianingsih Hendarta menyampaikan, perlambatan pertumbuhan ekonomi global akibat pandemi Covid-19 menimbulkan tantangan yang menuntut perbankan untuk bertransformasi ke sistem digital.
”Teknologi digital ini juga harus dibarengi dengan cara meningkatkan keamanan, layanan sampai dengan sumber daya manusia yang mumpuni sebagai penyeimbang digitalisasi,” ujar Filianingsih.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi global akibat pandemi Covid-19 menimbulkan tantangan yang menuntut perbankan untuk bertransformasi ke sistem digital.
Sementara itu, melalui keterangan tertulis, Kepala Ekonom Organisasi Internasional The ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) Sumio Ishikawa menekankan, reformasi berkelanjutan di bidang pengembangan SDM adalah kunci untuk menjaga stabilitas lembaga keuangan di masa mendatang.
”Pengembangan sumber daya manusia akan memperkuat ketahanan lembaga keuangan di Indonesia terhadap guncangan di masa depan,” ujarnya.
Serba digital
Kinerja intermediasi BCA pada tahun ini sempat terhambat pandemi Covid-19. Namun, pameran-pameran virtual yang berlangsung pada triwulan III-2020 mendongkrak penyaluran pembiayaan.
Pada April 2020, atau pada periode awal pandemi merebak di Tanah Air, BCA hanya menyalurkan kredit kendaraan bermotor (KKB) sebesar Rp 90 miliar. Meskipun pada dua bulan berikutnya penyaluran meningkat menjadi Rp 180 miliar dan Rp 400 miliar, nilai tersebut masih jauh di bawah rata-rata penyaluran KBB BCA pada kondisi normal, yakni Rp 2,5 triliun per bulan. Transaksi kredit yang dibukukan BCA pada pameran virtual Autoshow KBB BCA 2020 dalam satu bulan bisa mencapai Rp 1 triliun.
Hal serupa terjadi pada penyaluran kredit sektor perumahan atau kredit pemilikan rumah (KPR). Gelaran KPR BCA OnlinExpo yang mewadahi 60 developer dan mencatatkan kunjungan virtual lebih dari 100.000 pengunjung dalam 32 hari berhasil membukukan transaksi KPR mencapai Rp 7,5 triliun.
”Capaian ini menunjukkan golongan menengah ke atas mampu masih punya kemampuan belanja, akan tetapi harus ada sarana yang membuat aman. Artinya, daya beli masih ada, tinggal perlu penyaluran dan keamanan, karena kalau masyarakat merasa aman, masyarakat akan berbelanja,” ujar Jahja.
Lebih lanjut Jahja mengungkapkan, kunci utama untuk mengembangkan digitalisasi perbankan adalah permodalan yang kuat sehingga perusahaan dapat menginvestasikan dananya untuk sistem digital. ”Sejak enam tahun lalu, kami merencanakan akuisisi bank untuk jadi bank digital. Artinya udah dari enam tahun kita berupaya untuk bertransformasi. Pandemi Covid-19 menjadi momentum yang tepat, karena ketika nasabah membutuhkan, kami sudah siap,” ujarnya.
Selain pameran virtual, sejumlah fitur dalam layanan perbankan BCA telah lama memudahkan nasabah dalam bertransaksi. Perannya cukup signifikan di masa pandemi, seiring pembatasan kegiatan masyarakat.
Perilaku konsumen yang memilih berbelanja dari rumah turut mengerek pendapatan BCA. Pada semester I-2020, BCA mencatat pendapatan dari komisi atau provisi sebesar Rp 6,6 triliun, naik 1,7 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Vera menyebutkan, di masa mendatang, BCA akan menghadirkan bank digital yang bakal menyalurkan kredit di segmen ritel serta usaha mikro, kecil, dan menengah yang selama ini tidak mejadi fokus BCA. Untuk memperkuat layanan digitalnya, pada April 2019 lalu, BCA telah mengakuisisi PT Bank Royal Indonesia senilai Rp 988,04 miliar.